13. Lift

3.3K 643 65
                                    

       Banyak suasana yang dapat dikategorikan oleh seorang Mark Lee sebagai bitter-sweet. Misalnya, saat ia merayakan anniversary-nya dengan sang kekasih, yang diikuti oleh datangnya fakta bahwa kekasihnya menghianatinya selama ini.

Itu adalah pertama kalinya Mark merayakan sebuah hari jadi bersama kekasih.

Ada pula hal yang lebih ringan. Seperti ... saat ini.

Sungguh menyenangkan rasanya saat pemuda manis yang merupakan sekretaris dari Lucas itu menghubunginya kemarin malam.

Tetapi sangat menyebalkan saat mengetahui bahwa si manis ini menghubunginya karena ingin membicarakan soal Lucas—setidaknya itulah yang dikatakannya pada pesan singkat yang ia kirim.

Mark mendengus. Apa tidak bisa setidaknya mereka berkencan dahulu?

Pemuda manis yang duduk di depannya itu sekarang tengah gugup, ia tahu. Terbukti dari jemari mungilnya yang memainkan ujung kemejanya, mencoba mencari kata yang pas untuk menyampaikan tujuannya.

Mark menghela nafasnya pelan. Bagaimanapun, ia selalu lemah dengan lelaki manis seperti Renjun. Jadi ia memutuskan untuk setidaknya membiarkan Renjun berbicara.

Yah, mendengarkan pemuda itu berbicara sebenarnya menyenangkan.

“Jadi,” Mark mendorong gelas jusnya dengan pelan. “Ada apa?”

Renjun menatap Mark lekat. “Maaf apabila merepotkanmu, Lee-ssi,” bukanya.

“Tidak, tidak apa-apa,” Mark tersenyum, “go on.”

“Aku tidak yakin apabila kau sudah mendengar ini dari Soojung,” Renjun menarik nafasnya berat. “Spilled Ink. Aku yakin kau sudah mengenal Spilled ink. Masalahnya adalah mereka.”

Mark tertawa pelan. “Siapa yang tidak tahu Spilled Ink. Bertahun-tahun mereka telah berusaha menghancurkan W&T Telco. Apakah kali ini mereka melakukannya lagi?”

Renjun mengangguk. “Ya, dan kali ini aku rasa mereka akan berhasil.”

Mark mengerutkan dahinya. “Ya, kau benar. Kali ini mereka bisa berhasil. Terakhir kali mereka mencoba menumbangkan W&T Telco, ayah Lucas masih menjadi tombak perusahaan itu. Dan dia benar-benar jenius,” Mark mengaduk jusnya dengan sedotannya. “Aku mengerti poinmu. Lucas tidak mungkin bisa memertahankan W&T Telco, iya kan?”

Renjun kembali mengangguk, merasa tidak salah memilih rekan untuk diajak bekerja sama. Mark benar-benar memiliki pemikiran yang tajam.

“Aku yakin kau bisa membantuku, Lee-ssi,” ujar Renjun seraya tersenyum kecil.

“Panggil Mark saja—”

“Baiklah, Mark,” jawab Renjun cepat. Ia menarik kursinya mendekat. “Bantulah aku. Kita tidak bisa terang-terangan memukul mundur Spilled Ink. Hanya Lucas yang bisa.”

Mark mengusap dagunya. “Tentu! Tapi ada syaratnya.”

Renjun membulatkan kedua bola matanya. “A-apa itu?”

“Berkencanlah denganku,” timpal Mark seraya tersenyum lebar.

“H-ah?”

Mark menatap Renjun lekat. “Ya. Berkencanlah denganku.”

Renjun membeku. Ia tak mengira Mark akan mengajukan tawaran seperti itu. Maniknya menatap Mark dengan kaku.

Mau tak mau, Mark jadi tertawa geli. Ekspresi wajah pemuda manis itu begitu lucu. Padahal, ia hanya ingin menggoda Renjun saja.

“Aku bercanda. Bisa-bisa Lucas menangis dua hari dua malam kalau kita berkencan,” ucap Mark seraya terkekeh pelan.

“Kenapa dia harus menangis?” Renjun cemberut. “Sudah, aku sudah terlambat berangkat ke kantor, kau tahu. Dia benar-benar bingung saat aku bilang tidak ingin berangkat bersamanya.”

Not Your Typical CEO [Lucas x Renjun]Where stories live. Discover now