14. Running In Circles

3.1K 623 40
                                    

      Ketika pintu lift terbuka, Renjun menyeruak keluar. Pemuda mungil itu berlarian sepanjang koridor dengan jantung yang seolah akan meledak.

Renjun merasa sangat gugup, dan ia tidak bisa menyimpulkan karena apa, atau apa yang sedang terjadi saat ini. Dan sejujurnya, pemuda itu merasa takut untuk mengetahui.

Lantai 40 gedung W&T Telco terbagi menjadi lima ruangan. Ruangan-ruangan itu merupakan wadah di mana seluruh keamanan W&T Telco digerakkan. Dua diantaranya ialah ruangan CCTV.

Renjun nyaris menabrak pintu itu saat ia sedang berlari di sepanjang koridor bersamaan dengan seorang petugas yang membuka pintu dan berjalan keluar ruangan.

“S-sekretaris Huang!” Pekik pria berkepala plontos itu. “Kau mengagetkanku!”

Pemuda manis itu langsung menghambur masuk ruangan tanpa menggubris ucapan sang petugas keamanan. Matanya meneliti satu persatu layar monitor yang menampilkan seluruh ruangan, lantas mencari kamera yang menayangkan lift dari lantai 14.

“Apa yang ingin anda cari, Huang-ssi?” tanya sang petugas pelan.

“Tolong putar ulang tayangan kamera 33B, sekitar pada pukul sepuluh,” ucapnya tak sabaran.

Untungnya, petugas bertubuh besar itu tidak banyak tanya. Ia langsung menuruti perintah Renjun, mengerti bahwa sekretaris bos-nya ini tengah terburu-buru, seakan dikejar sesuatu.

Tayangan kamera diputar ulang, Renjun menyaksikan dengan khidmat. Manik pemuda itu membulat kala melihat Lucas memasuki lift lalu menekan sebuah nomor, lalu pintu tertutup.

“Mana tayangan kamera dalam lift?!” Ujarnya histeris. “Cepat, aku mohon! Cepat!”

“Baik.” Petugas keamanan itu tampak tidak berani bertanya maupun bertele-tele. Ia segera memutar ulang monitor kamera A5 yang menunjukkan keadaan dalam lift lantai 14.

Sosok jangkung Lucas tampak memasuki lift, dapat Renjun lihat sedikit lebih jelas ekspresinya yang tertekuk—meski cukup buram. Jemarinya menekan tombol lantai teratas, yang merupakan rooftop. Tempat yang tidak populer digunakan oleh karyawan. Namun terkadang ada pula yang datang, apabila ingin merokok.

Dengan itu, Renjun menodong sang petugas keamanan itu disertai pelototan mautnya. “Ikuti aku. Bawa dua orang temanmu,” ancamnya tegas.

Pria itu mengangguk, merasa terintimidasi, lantas menghubungi kedua temannya lewat sebuah HT yang sedari tadi tersemat pada saku seragamnya.

Tak butuh waktu lama untuk dua orang pria—satu bertubuh jangkung dan satu lagi bertubuh agak berisi—untuk muncul di ruangan CCTV. Renjun hanya mengangguk pelan pada ketiganya, lalu melangkah dengan cepat, namun juga gugup menuju lift.

Ketiganya memasuki lift, dan Renjun dengan tidak sabaran menekan tombol rooftop berkali-kali, seakan tombol itu dapat mempercepat lift bergerak.

Selama pintu lift menutup, lalu lift mulai bergerak ke atas, Renjun merasakan matanya memanas. Ia tidak tahu mengapa, rasanya sesuatu buruk tengah terjadi pada Lucas. Dan hal itu bagai menghantui kepala Renjun, terus merangsang rasa cemas dalam dirinya.

Pemuda Huang itu merasa sedang berputar-putar dalam lingkaran. Pikirannya tidak bisa rileks bahkan untuk sebentar.

Ting!

Pintu lift terbuka, menampakkan sebuah tangga yang berujung pada sebuah pintu yang dicat putih. Sontak saja pemuda Huang itu melompat keluar dan menaiki tangga dengan cepat hingga ia nyaris tersandung anak tangga.

Not Your Typical CEO [Lucas x Renjun]Where stories live. Discover now