20

5K 449 5
                                    

"Bagaimana anak-anak bisa ada disini?" bisik Jimin kepada Yoongi yang ada di seberangnya.

"Taehyung dan Jungkook yang membawanya. Mereka mengatakan jika hyun dan mini tidak berhenti menangis setelah satu jam kau pergi dari rumah. Dan saat keduanya bingung karena mereka tak tahu dimana tempatku, tiba-tiba Yoonji mengirim pesan alamat rumahku." jelas Yoongi dengan balas berbisik.

Mereka tak bisa mengobrol dengan suara yang keras, karena Hyunmin dam Minhyun baru saja tertidur pulas di antara mereka setelah kelelahan bermain.

Jimin mengerut. "Dari mana Yoonji dapat nomor ponsel Taehyung?"

Yoongi mengangkat bahunya. "Aku tidak tahu. Tapi kupikir saudara kembarku itu tidaklah sejahat yang di lihat. Walau beberapa tahun yang lalu dia sempat membuatku kecelakaan, tapi jika dipikir itu adalah hal yang wajar. Ia baru mengetahui fakta sebenarnya ditambah lagi pada usia seperti itu emosi belum bisa terkendali."

Jimin mengangguk, matanya tidak mengantuk sama sekali. Dan ada begitu banyak pertanyaan yang ingin ia tanyakan pada Baekhyun.

"Sayang... "

Yoongi berdehem dan menatap Jimin, menunggu pria tampan itu yang sepertinya bingung ingin memilah kata.

"Kenapa, Jim?"

"Apa benar dulu ibuku pernah merendahkanmu dengan bahasanya yang kasar?" tanya Jimin dengan hati-hati.

Yoongi mengerjap pelan, wajahnya menampilkan raut tidak percaya.
"Bagaimana kau bisa tahu?"

Jimin menghela napas kasar. Ia beranjak dari duduknya dan berdiri di depan kaca balkon yang telah tertutup gorden.

"Kenapa kau tidak pernah menceritakannya padaku? Aku seperti orang bodoh yang terlihat bahagia dengan hubungan kita, tapi pada kenyataannya kaulah yang paling tersakiti karena perkataan kasar ibu juga orang-orang terdekatku."

Yoongi menghela napasnya, ia berjalan hingga tak ada jarak lagi antara mereka. Menyusupkan kedua tangannya disisi tubuh Jimin, mendekap dari belakang tubuh tinggi namun hangat itu.

"Aku hanya tak ingin menambah beban pikiranmu. Sudah cukup dengan Ayahku yang menentang keras hubungan kita, lalu aku menambah bebanmu dengan mengadukan orang-orang yang juga tidak merestui hubungan kita?"

Yoongi menggeleng.

"Cinta bukan hanya tentang perjuangan satu orang, Daddy. Tapi tentang dua orang yang saling berjuang, maka tentu saja rasa Cinta mereka akan semakin kuat.

Cinta bukan hanya tentang satu orang memberikan keyakinan. Tapi tentang bagaimana dua orang saling yakin dan percaya satu sama lain. Maka tidak akan ada kesalah pahaman di kemudian hari.

Cinta juga bukan hanya tentang pengorbanan satu orang untuk mendapatkan cintanya. Tapi tentang bagaimana keduanya juga berjuang untuk satu sama lain agar mereka bisa bersatu dalam ikatan yang lebih kuat dari cinta itu sendiri.

Kau mengerti sayangku?"

Jimin membalikkan badannya, matanya sudah berkaca-kaca menatap Yoongi yang memberikan senyum manis untuknya. Detik selanjutnya, ia mendekap tubuh mungil itu. Erat, sangat erat. Seakan takut kehilangan detik ini juga.

"Aku mengerti, sayang. Sangat mengerti, terima kasih. Terima kasih karena sudah kuat untukku dan untuk kedua anak kita."

Yoongi mengangguk dalam dekapan Jimin.
"Aku juga berterima kasih padamu karena sudah kuat untukku dan kedua anak kita."

"Aku mencintaimu, Yoongi. Selalu, tak ada yang berubah dan tak pernah berkurang. Bahkan cinta ini terlalu besar hingga rasanya begitu sesak."

"Aku juga mencintaimu, Jimin. Terima kasih sudah berjuang sampai saat ini dan terima kasih karena cintamu yang tak pernah pudar untukku."














BEAUTIFUL BODYGUARD [MINYOON]Where stories live. Discover now