Volly

140 20 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim...

Allahumma sholli'ala sayyidina muhammad wa'ala ali sayyidina muhammad.

°°°

Matahari sudah terbenam di ufuk barat, menimbulkan warna orange yang banyak disukai banyak orang, dan menyebutnya dengan nama sunset. Matahari semakin turun, hingga menimbulkan warna keunguan di langit. Adzan maghrib pun mulai berkumandang dari masjid ke masjid. Lampu-lampu jalanan dan lampu rumah mulai menyala, mengganti cahaya matahari yang sudah tidak bersinar lagi. Pada saat itu, timbul kebahagiaan bagi yang melaksanankan ibadah puasa sunnah, dan memberikan penjagaan ketat bagi anak-anak kecil.

Mayoritas manusia telah mengakhiri pekerjaan mereka pada waktu ini. Banyak pasang kaki yang melangkah menuju bangunan besar yang di namakan masjid, atau yang kecil yang dinamakan mushola.

Semuanya terlihat berbaur dengan senang ketika bertemu di tempat itu. Semua orang yang ada di masjid mulai mengikuti gerakan imam, dengan bacaan-bacaan yang mengerupai imam, namun lirih.

"Assalamu'alaykum warahmatullah, assalamu'alaykum warahmatullah..."

Suara orang mengucapkan salam secara bergantian, lalu dilanjut dengan wirid yang dipimpin oleh imam.

Setelah itu, kebanyakan orang melangkah pulang ke rumah masing-masing untuk melakukan kegiatan berikutnya, begitu juga dengan gadis itu. Ditemani dua laki-laki di sampingnya, seolah-olah terlihat seperti bodyguard-nya.

Di sepanjang jalan, mereka hanya diam, sibuk dengan fikiran masing-masing, dan tidak ada yang berniat membuka pembicaraan.

Sesampainya di rumah, Faricha langsung mengambil Al-Qur'annya, dan membacanya di ruang tengah bersama dengan Farikhin, sementara Firda yang sudah duduk di tempat itu hanya mendengarkan lantunan ayat suci Allah itu, karena ia sedang halangan.

Ia membaca lima halaman, lalu meletakkan Al-qur'annya di meja, lalu disusul oleh Farikhin. Kemudian, Ayah Faricha, Furqon juga datang. Farikhin dan Furqon melihat kearah Faricha dengan tatapan intimidasi, sementara Faricha hanya takut.

"Kalian ini kenapa? Kok ngeliatin Icha kayak gitu?" Tanya Firda bingung.

"Bunda, tanyanya nanti saja. Sekarang kami berdua mau mengintimidasi putri kesayangan Bunda ini, ya." Firda hanya mengangguk, membiarkan putra dan suaminya menginterogasi putrinya. Sementara ia tak tau apa-apa soal ini, karena dari pagi sampai sore ini Firda berada di rumah sepupunya yang sedang mengadakan selametan yang dihadiri oleh ibu-ibu pengajian.

"Dek, apa hubungan kamu sama Bilman?" Tanya Farikhin. Faricha menggeleng. "Aku tidak ada hubungan apa-apa, Bang," jawabnya jujur.

"Bilman yang teman kamu TK itu apa bukan sih, Dek?" Tanya Firda. Faricha hanya diam. "Iya, Nda," jawab Farikhin.

"Kenapa nanyanya soal Bilman doang, Bang. Kan Danish juga kesini kata Abang," ucap Faricha. "Danish memang Abang suruh kesini, karena mau ngasih baju koko pesanannya dia, Abang lagi malas keluar, jadi dia saja yang Abang suruh kesini."

"Memangnya tadi Bilman ngapain?" Tanya Faricha. Farikhin melihat kearah Faricha semakin mengintimidasi. "Dia mau jemput kamu," jawab Farikhin.

Faricha meneguk ludahnya bulat-bulat melihat kakaknya bersikap seperti ini padanya.

"Bang, aku benar-benar tidak ada apa-apa sama dia, aku bahkan tidak suka dia. Tanya saja sama Resti, Indana, atau Danish," ucap Faricha meyakinkan. Bahkan, ia masih teringat tentang tadi, ketika laki-laki itu hanya diam, dan ia tak bisa untuk tak bernegative thinking, ia berasumsi bahwa Bilman menjebaknya, atau lebih tepatnya mengadu domba Faricha dengan Rahsya, dan memberikan corengan buruk bagi nama Faricha yang tak suka dekat dengan laki-laki selain Farikhin dan ayahnya.

FarichaWhere stories live. Discover now