Masalah Anak Labil

130 22 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Allahumma sholli'ala sholli'ala sayyidina muhammad wa'ala ali sayyidina muhammad.

°°°

Jika temanmu menjauhimu karena kamu mengecewakannya, maka memintalah pada Allah untuk membalikkan hatinya. Sungguh Allah tak akan menjauh ataupun meninggalkanmu, meski kamu seringkali mengecewakannya.

※※※

Langkah kakinya membawanya menuju sebuah kelas Deva. Matanya celingukan mencari gadis berambut panjang itu.

Ia ingin menjelaskan sesuatu pada gadis itu, namun tadi Dhani menghalanginya, dan menanyakan sesuatu. Namun, Faricha langsung melangkah meninggalkan laki-laki itu dengan salaman, namun tanpa jawaban.

Ia mengintip kelas itu dari jendela, namun sayang, di dalam sana tidak ada anak perempuan satupun, hanya ada beberapa anak laki-laki yang sedang memainkan ponselnya dengan horizontal. Mungkin sedang main game, pikir Faricha.

Lalu, secara tidak sengaja, matanya bertubrukan dengan salah satu diantara mereka, Faricha pun mengalihkan pandangannya dan menurunkan tungkainya, karena tadi ia berjinjit.

Faricha melangkah pelan dari area tersebut, mencoba agar tak menimbulkan suara sedikitpun, takit mengganggu mereka. Namun, langkahnya terhenti ketika mendengar seseorang memanggilnya.

"Cha!"

Faricha menoleh kearah orang tersebut.

"Nyariin siapa?" Tanya Bilman. Laki-laki itu melangkah kearah Faricha.

"Ehm... tadi nyari Deva, tapi tidak ada." Bilman menganggukkan kepalanya. "O, tadi bukannya Deva nyusulin lo ya?" Ucapnya.

Faricha terkejut mendengarnya.

"Kapan?" Tanya Faricha.

"Tadi, kurang dari lima menit yang lalu sih. Pas gue lihat dia buru-buru kearah sana, gue tanya dan dia jawab mau nyusulin lo ke kantin." Faricha tersentak mendengar penjelasan dari Bilman. Mungkinkah Deva melihatnya dengan Dhani? Ah, masa Deva marah dengan hal itu? Kan itu hanya obrolan biasa tentang basket, bukan hal lain.

"Oh gitu. Makasih banyak Kak, informasinya. Assalamu'alaykum."

Faricha melangkah cepat menuju parkiran, berharap Deva masih menunggunya di parkiran. Dari kejauhan, ia juga mendengar obrolan teman-teman Bilman yang sepertinya menanyakan siapa Faricha. Namun, Faricha acuh saja.

Ia menghela nafas kasar dikala kakinya memasuki area parkiran. Disana, hanya tersisa beberapa motor dan dua sepeda Polygon, yang salah satunya adalah milik Faricha dan satunya Faricha tak tau.

Ia mengambil sepedanya, dan menuntunnya hingga ke gerbang.

Lagi-lagi ia menghela nafas kasar, ternyata di pos satpam tidak ada security yang menjaga dan tidak ada siapapun yang akan membantunya menyeberang jalan yang ramai itu.

Katakan saja Faricha manja jika terkait hal ini, namun katakan juga kalau Faricha traumaan, karena ia juga masih trauma dengan kejadian yang meskipun itu sudah cukup lama. Namun, bukan berarti Faricha belum memaafkan orang yang membuatnya trauma, ia sudah memaafkannya dengan ikhlas sejak lama. Harap catat! Faricha hanya trauma.

FarichaWhere stories live. Discover now