Perbincangan Malam

80 15 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Allahumma sholli'ala sayyidina muhammad wa'ala ali sayyidina muhammad.

Selamat membaca😊

°°°

Sepanjang malam, Dhani hanya bisa berchatan canggung di grup yang dibuat kakak temannya itu. Farikhin banyak bertanya tentang dirinya, sehingga membuatnya harus sedikit menjaga image.

Bisa mengirim pesan kepada Faricha saja, ia hanya bisa satu kali. Itu pun hanya di-read oleh gadis itu, dan hal tersebut membuatnya sedikit galau. Apalagi setiap ia akan mengirim pesan lagi, tiba-tiba laki-laki beranjak dewasa itu menelfonnya, entah disengaja ataupun tidak, yang pasti kalau ia bertanya mengapa Farikhin menghubunginya? Namun, lelaki itu membalas, "Maaf, kepencet telepon tadi."

Sementara Faricha, ia merasa sedikit lega. Ia terlalu kesal untuk membalas pesan dari Dhani dan kakaknya menyelamatkannya.

°°°

Pukul 22.00 WIB

Farikhin berjalan pelan keluar dari kamar untuk mengambil air minum. Ia tidak ingin menimbulkan kegaduhan yang hanya akan membangunkan seluruh keluarganya, terutama Furqon, yang jika dibangunkan akan sulit untuk kembali tidur.

Ia mendudukkan diri di kursi makan setelah menuangkan air minum ke dalam gelas, lalu meneguknya tiga kali.

Ketika ia akan kembali, netranya menangkap lubang yang berada di atas pintu kamar adiknya yang menyorotkan lampu. Tangannya pun meraih gagang pintu, lalu menekannya.

Dahinya mengerut ketika menyadari bahwa kamar itu ternyata tidak terkunci. Dalam fikirannya timbul dua hipotesis. Yang pertama, Faricha memang belum tidur, dan yang kedua, adiknya itu tertidur, namun lupa mematikan lampu kamar dan mengunci pintu kamarnya.

Dengan perlahan, ia mendorong pintu dari kayu jati itu agar tidak menimbulkan suara yang membuat adiknya terbangun--jika memang opsi kedua benar.

Ketika pintu sudah terbuka, ia menatap perepuan yang juga menatapnya seraya mendudukkan diri dengan punggung yang disandarkan di sandaran ranjang. Ternyata yang benar adalah opsi pertamanya.

Ia berjalan mendekat ke arah sang adik, lalu mendudukkan diri di tepi kasur.

"Kenapa belum tidur?" tanya Farikhin lembut.

"Belum bisa tidur, Bang. Rasanya badanku sakit semua," sahut Faricha diselingi merintih pelan. Karena memang punggungnya terasa sakit.

"Sakit kenapa?"

"Tadi aku terjatuh dari tangga, dari tengah-tengah sampai bawah," curhat Faricha. Ia mendekat ke arah kakaknya, lalu menyandarkan kepalanya di bahu lelaki itu. Tangan lelaki itu pun terulur untuk mengus rambut gadis itu yang tidak terbalut hijab.

"Yang sakit yang mana?" tanya lelaki itu seraya menatap ke arah adiknya. Faricha mendongak, lalu sedikit menjauhkan tubuhnya dengan Farikhin. Ia menyentuh area punggung yang berada di dekat area leher dan bahu.

"Yang ini," ucapnya pelan.

Farikhin pun menyentuh bagian itu, lalu memijit dan mengurutnya pelan. Sesekali Faricha meringis karena kesakitan.

FarichaWhere stories live. Discover now