4. 𝔗𝔢𝔫𝔱𝔞𝔫𝔤 𝔡𝔲𝔞 𝔟𝔞𝔶𝔦

1.6K 217 36
                                    


✷        ·   ˚ * .      *   * ⋆   . ·    ⋆     ˚ ˚    ✦   ⋆ ·   *      ⋆ ✧    ·   ✧ ✵   · ✵


Setiap pagi seperti hari-hari biasanya, Soobin akan berjalan keluar dari asrama Hufflepuff berseorangan, melewati beberapa lukisan ceria yang sebagian besar adalah makanan yang tergantung pada dinding sepanjang koridor berbatu yang luas dan lorong yang sentiasa diterangi dengan obor. Ia berjalan menelusuri anak tangga menuju ke lantai dasar untuk bersarapan di Great Hall.

Sementara menunggu kedatangan sepupunya, Beomgyu, Soobin memilih bersandar pada dinding bersebelahan pintu masuk ke Great Hall, berdekatan dengan jam pasir raksasa yang lekat pada luar dinding Great Hall. Suasana di Entrance Hall saat ini kelihatan sedikit lengang karena masih terlalu pagi. Soobin sengaja bangun sedikit pagi hari ini, entah karena apa. Yang pasti ia tidak bisa melanjutkan tidurnya jadi, ia segera membersihkan diri dan bersiap-siap untuk memulakan harinya.

Soobin sekarang sedang sibuk membaca buku teks Herbology, subjek favoritnya yang membuatnya sedikit terleka dengan keadaan sekelilingnya. Tanpa ia sadari, seseorang sedang memerhatikan setiap gerakannya, terkekeh perlahan saat Soobin mengerutkan hidungnya lucu. Bunyi derapan sepatu kedengaran menggema dalam ruangan. Soobin tidak menggubris apa yang terjadi di sekitarnya karena bisa jadi siswa dan siswi lain sudah mulai mendatangi dan memenuhi Great Hall untuk bersarapan juga.

Beberapa detik kemudian, fokus Soobin terhenti sejenak saat mendengar derap langkah mendekat ke arahnya. Belum sempat ia mengalihkan pandangannya dari buku yang dibaca, sebuah tangan terulur menariknya mendekat, sedikit bersembunyi pada jam pasir raksasa supaya mereka tidak begitu kelihatan berdua di tempat umum. Walaupun sebenarnya hanya ada mereka berdua di situ saat ini. Soobin merasa terkejut dan terlihat sedang berusaha mengumpulkan nyawa dengan sedikit mengerjap.

Seseorang yang lebih pendek darinya, rambut abu-abu dan scarf hijau dan perak melilit di lehernya. Oh, demi Merlin. Ya Tuhan, kenapa kesialanku mesti terjadi sepagi ini? Batinnya berbicara.

"Morning, Binbin-ah." Makhluk berwajah bulat dengan bibir plum merah alami itu menyapanya lembut lalu memberi kecupan ringan pada rahang tegas milik Soobin. Yeonjun lagi malas berjinjit untuk mengecup pipi lembut Soobin. Setelahnya ia tersenyum manis, mata monolidnya menyipit membuat pipi gembilnya terangkat.

Manis.

Soobin sedikit membelalakkan matanya saat menyadari kalimat yang barusan terlintas di pikirannya.

"Ayo masuk." Yeonjun berkata, menarik tangan yang lebih besar untuk mengajak Soobin mengikutinya ke dalam Great Hall. Soobin yang masih merasa shock dengan pemikirannya sendiri, hanya menurut tanpa bantahan, melupakan hasratnya menunggu Beomgyu yang tidak kunjung tiba.

Beomgyu yang sedari tadi melihat adegan kemesraan teman baiknya tersenyum sinis. Bukan selalu ia bisa melihat teman baiknya hanya diam tidak berkutik sama sekali, menutup mulutnya rapat- rapat. Kalau saja ia bisa merekod momen ini, pasti ia bisa mengerjai teman kelebihan tingginya itu dengan memblackmailnya. Sayangnya peranti electronik tidak boleh digunakan di sekolah ini karena kuasa ajaib yang terlalu banyak di sini. Beomgyu terkekeh sendiri. Ini baru hari kedua, dia berharap Soobin bisa melewati hari ini dengan baik.


✷  .                     ·   ˚ * .    *   * ⋆   . ·   ⋆
  ˚ ˚   ✦   ⋆ ·*      ⋆ ✧    ·  ✧ ✵
  · ✵


Soobin mengernyitkan alisnya ketika tiba-tiba mendapat surat saat sedang makan siang di Great Hall. Burung hantu pengantar surat berwarna putih abu-abu milik staf di Owlery itu tiba-tiba saja muncul, terbang ke arahnya lalu menjatuhkan surat tanpa nama pengirim tepat dalam genggamannya.

𝕾𝖕𝖊𝖑𝖑𝖇𝖔𝖚𝖓𝖉 | 𝓎ℯℴ𝓃𝒷𝒾𝓃 / 𝓈ℴℴ𝒿𝓊𝓃Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt