18. 𝔗𝔢𝔫𝔱𝔞𝔫𝔤 𝔭𝔢𝔯𝔞𝔰𝔞𝔞𝔫 𝔰𝔢𝔟𝔢𝔫𝔞𝔯 𝔖𝔬𝔬𝔟𝔦𝔫

889 180 58
                                    






✷        ·   ˚ * .      *   * ⋆   . ·    ⋆     ˚ ˚    ✦   ⋆ ·   *      ⋆ ✧    ·   ✧ ✵   · ✵




Saat memasuki ruang rekreasi asrama Hufflepuff, Soobin lantas menghembuskan napas dengan kasar dan mengusak rambutnya frustasi. Beomgyu yang mengikutinya di belakang dengan cepat melewati pintu masuk sebelum ianya tertutup rapat. Soobin, dia masih marah. Untung tiada siapa di sana, kalau pun ada, mereka tidak akan ikut campur atau coba mencuri dengar perbicaraan mereka. Dan juga, Beomgyu bisa saja menggunakan mantra Muffliato pada setiap orang yang ada di situ.

Muffliato (baca : mafliiato) : untuk membuat orang yang ditunjuk dengan tongkat sihir tidak bisa mendengar percakapan yang ada di sekitarnya.

"Merlin's beard, apa yang telah kau lakukan sebentar tadi?" Beomgyu memutar matanya malas sebelum memulakan bicara. Dengan suara yang tenang, tentu saja. Beomgyu tidak mau berurusan dengan orang yang lagi emosi dengan emosi juga. Itu bukan hal yang bagus.

"Itu bukan urusanmu!"

"God damn it, Soobin. Berhenti bersikap seperti ini. Calm yourself! Tenanglah! Kau seperti orang kerasukan." Sambungnya setelah mendengar jawaban ringkas dari Soobin yang menurutnya sangat childish. Selalu saja seperti itu.

Beberapa siswa dan siswi asrama Hufflepuff menoleh ke arah mereka, meskipun tidak mendengar apa yang mereka bicarakan tapi Beomgyu tidak menyukai tatapan yang diberikan pada mereka berdua. Oleh karena tidak mau menarik lebih banyak lagi penonton di sekitarnya, Beomgyu menarik Soobin di bagian pergelangan tangan —lebih tepatnya mengheretnya dengan paksa karena Soobin berusaha melepaskan pegangannya. Beomgyu mungkin mempunyai tubuh yang lebih kecil dan kurus tapi tenaganya tidak kalah kuat daripada Soobin, apalagi di saat seperti ini. Kakinya melangkah menuju kamar kepunyaan Soobin yang dikongsinya bersama Felix dan seorang lagi siswa Hufflepuff seumurannya. Untung yang lainnya masih belum pulang dan sekarang hanya menyisakan dirinya dan Soobin. Sepertinya lebih aman berbicara di sini dibanding luar sana.

"Seharusnya kau harus bisa mengawal emosi mu, Soobin. Kau yang paling tahu apa yang akan kau lakukan saat sedang marah. Kau akan meluahkan semua yang kau rasa pada saat itu namun pada kenyataannya kau sedikitpun tak bermaksud mengatakannya. Aku tidak ingin kau menyesali semuanya." Ujar Beomgyu dengan nada setenang mungkin, padahal jelas ada gemuruh marah bak ombak bergulung-gulung dalam dadanya. "Walaupun kau sudahpun terlanjur mengatakannya."

Beomgyu menghela napas pasrah, dia lelah menghadapi sikap Soobin yang selalu bertingkah sesuka hatinya walaupun sudah ditegur berkali-kali. Beomgyu melirik ke arah Soobin, menarik napas perlahan lalu menghembusnya.

"Kau marah?" Ucapnya perlahan. Soobin masih bersikeras untuk tetap diam membisu, mengamati karpet beludru yang terbentang di tengah-tengah ruangan seperti orang bodoh. "Tapi kenapa? Kenapa kau marah, Soobin-ah? Aku cukup keliru apa sebenarnya yang kau marahkan. Apa karena dia menipumu dengan berpura-pura berada dibawah pengaruh love potion atau karena dia berpura-pura jatuh cinta denganmu? Kau marah karena itu?"

"Aku sebenarnya tidak marah. Memangnya aku terlihat marah?" Soobin akhirnya membuka suara. Bertanya seakan sebentar tadi dia tidak pernah meninggikan suara di depan pacar pura-puranya.

Siswa Gryffindor itu berdecak tidak suka, membuat muka mendengar ucapannya Soobin. Dia menatap tajam ke arah Soobin. "Kau bercanda? Kau terlihat begitu mengerikan sebentar tadi. Kau, yang selalu saja bisa menetralkan ekspresi wajahmu dan menjaga sikap di luar sana, terlihat tidak peduli dengan sekitarmu dan menjerit kesetanan di depan semua orang. Kau bahkan hampir membuatnya menangis," Beomgyu tertawa sinis, "...ah tidak, kau sudahpun membuatnya menangis. Kau sadar tidak?"

𝕾𝖕𝖊𝖑𝖑𝖇𝖔𝖚𝖓𝖉 | 𝓎ℯℴ𝓃𝒷𝒾𝓃 / 𝓈ℴℴ𝒿𝓊𝓃Where stories live. Discover now