Prolog

23.9K 929 7
                                    

Terik mentari nampaknya telah berseri-seri memancarkan sinarnya, membangkitkan semangat yang sempat redup karena hari libur telah usai,parkiran kampus telah di penuhi dengan kendaraan mahasiswa-mahasiswi yang siap melakukan aktivitasnya.

Dari arah pintu gerbang melaju mobil toyota yaris berwarna merah dan segera memarkirkan mobilnya di sebelah kanan mobil honda civic putih.

“Nasha, gimana nanti kalau aku dapat dosbing yang killer?” ucap perempuan dengan rambut yang di kuncir kuda yang sedang berada di dalam mobil toyota yaris.

“Kamu tuh Arum, ndak boleh pesimis gitu.” Ucap Nasha dengan penampilannya yang berhijab dan anggun dan lagi fokus memarkirkan mobilnya.

“Tsk, Madina Nasha Arifin aku tuh khawatir tau ngak sih.” Ketus Arumi. “udah ah, Aku turun.”

Brakkkk

Yapsss! Pintu mobil merah sebelah kiri bergesekan dengan pintu mobil putih sebelah kanan.

“Ya Allah, kalau lagi buka pintu hati-hati dong.” Cercah Arumi.

“Maaf ya Mbak saya ngak sengaja, mobilnya ngak kenapa-kenapa kan?” tanya sang empunya mobil putih yang menampakkan sosok lelaki yang perawakan tinggi, garis rahang yang kuat, lengan kemeja navy yang di gulung sampai siku.

Disusul dengan Arumi yang keluar dari mobil dan mata mereka saling menatap.

Hening

Saling menatap

1

Menatap dengan lekat

2

Menajamkan penglihatan

3

“Arumi? Arumi Fatina Azzahra? Tanya laki-laki tersebut dengan ragu-ragu.

“Iya, betul.Maaf dengan siapa?” tanya Arumi karna tak mengenali orang yang di depannya.

“Aiman Ibrahim, senior kamu di SD.” Ucap Aiman.

“Wah daya ingat anda sangat kuat ya. Jaman SD sudah lewat sekitar 9 tahun yang lalu tapi sangat mengenali saya.” Cerocos Arumi.

“Bagaimana tidak ingat. Tahi lalat kamu yang berada di garis hidung di antara mata dan alis kamu yang jadi penanda bahwa kamu itu adalah Arumi.” Jelas Aiman sambil melirik tahi lalat tersebut.

“hehehe, saya lupa.” Cengir Arumi sambil meraba tahi lalat tersebut.“oh iya, ini Nasha teman.” Ujar Arumi ketika melihat Nasha berjalan kearahnya.

“Nasha”

“Aiman”

Dering ponsel Aiman berbunyi yang menampilkan nama ‘Ayah’ di layar LCD.

“Halo, Assalamualaikum, Yah. Aiman udah di kampus berkasnya di antar kemana?”

“….”

“ Baik Ayah. Assalamualaikum”

“Saya duluan ya. Eh, boleh minta contact person Arumi?” tanyanya sambil menyodorkan ponselnya.

“Boleh.”

Setelah itu, ponsel sudah di tangan Aiman dan dia berlalu menuju ruangan ayahnya.

“Mobil kamu ngak apa-apa,Sha?” Tanya Arumi sambil melirik pintu mobil yang sempat bergesekan guna mengulur waktu untuk menghindari pengurusan pengajuan judulnya.

“Ngak kok, Rum. Ayo ke akademik.” Ajak Nasha.

“Yah.” Jawab Arumi dengan lesu.

**

“Pak Ibrahim Setiawan, dosen terkiller kedua di kampus ini dengan jam terbang tinggi.” Dikte Arumi sambil menatap kertas persetujuan bimbingan skripsinya.

“Arum, ngak usah lesu begitu, beliau itu orangnya baik, menurut cerita sih dia orangnya membimbing banget, setidaknya kamu beruntung dapat dosbing dia.” Nasihat Nasha.

“Teteup aja Sha. Ini demi kemaslahatan Aku disaat ngerjain skripsi.” Lirih Arumi.

“Jangan lebay gitu. Sekarang tugas kamu itu temui pak dosen biar ada kejelasan.” Ucap Nasha.

“Ogah.” Ketus Arumi sambil berlalu.

My Love: ACC! (Complete)Where stories live. Discover now