Part 13

5.2K 349 1
                                    

Masih menjadi kebiasaan Arumi menunggu kabar dari seseorang. Dia belum bisa menghilangkan kebiasaannya tersebut. Seperti yang dilakukan saat ini dia termenung menggenggam ponselnya sambil buka tutup aplikasi chatting sekiranya ada kabar dari seseorang. Seketika itu dia tersadar kalau hubungannya dengan Aiman sedang tidak baik atau lebih tepatnya sudah berakhir.

Segera dia beristigfar dan mulai berselancar di ponselnya untuk menonton video dakwah yang sekarang ini sudah banyak terpublikasi di media sosial. Setelah keputusannya untuk menjadi yang lebih baik lagi step by step asupannya juga lebih berfaedah.

Begitulah malam-malam yang dilalui Arumi mulai berbenah diri, mengerjakan pekerjaan rumah tangga, mencoba berbakti kepada kedua orang tua, dan lain sebagainya. Obat dari patah hati tidak mesti mencari orang baru tetapi mencoba menjadi pribadi yang lebih baik justru itu yang terbaik.

***

Tok tok tok

"Assalamualaikum Pak." Salamnya.

Menantu material di Acc. Batin pak Ibrahim yang melihat penampilan terbaru Arumi yang sudah mengenaka hijab. Dalam penglihatannya Arumi terlihat wanita yang dewasa dan memiliki kepribadian yang tenang, yang awalnya men-judge Arumi yang tidak-tidak karena kepergok hampir ciuman dengan anaknya tapi sekarang semuanya hilang dimatanya hanya Arumi orang yang baik.

"Ini lanjutan skripsi saya pak, silahkan di koreksi." Ujar Arumi sambil mengulurkan draft skripsinya ke hadapan pak Ibrahim.

"Metode penelitiannya harus jelas, kuantitatif atau kualitatif."

"perhitungan rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas, dan rasio profitabilitas harus teliti jangan salah ambil angka."

"Hasil analisanya harus kamu perkuat, karena ini adalah titik terpenting dari judul skripsi kamu."

"Kalau hanya menghitung anak SMA juga bisa ngak usah dilakukan penelitian."

"Harusnya kamu ngasih diagram batang dan diagram pie agar gampang dibaca."

"Kalau habis titik di beri spasi."

"satu lagi jangan miskin kalimat. Tapi jangan terlalu bertele-tele."

Hufftt

Itulah sederet komentar-komentar pak dosen pada bimbingan Arumi kali ini yang di balas anggukan kepala dan jawaban iya. Jangan lupakan coretan yang tercipta dalam draft skripsinya serta tulisan koreksi dari pak dosen yang tak ayal tak bisa di baca oleh Arumi dan mahasiswa tingkat akhir lainnya.

***

"Rum, lesehan di minimarket yuk." Ucap Nasha yang tiba-tiba datang menghampiri Arumi di parkiran kampus.

Dan Arumi hanya mengangguk mengiyakan permintaan Nasha.

"Kenapa wajahnya di tekuk begitu?" tanya Nasha yang datang membawakan sebotol air minum untuk Arumi yang telah lebih dulu duduk di emperan minimarket.

"Pak Ibrahim ngoceh dan ngasih revisinya panjang kali lebar Sha." Keluh Arumi.

"Itu sudah umum Rum. Revisinya pasti ada."

"Tapi ngak banyak gitu."

"Mungkin draft skripsi kamu memang masih perlu ditambahin." Tebak Nasha.

"Mungkin si pak dosen masih dendam sama aku makanya dilampiasin ke skripsi aku." Sebal Arumi.

"Huszt, jangan soudzon begitu, jadi orang itu harus positive thinking."

"Makin kesal Aku sama bang Aiman."

"Benci dan cinta itu beda tipis. Setipis lembaran tissue."

"Bang Aiman tuh ngak pernah ngehubungi aku lagi sejak kejadian itu."

"Jadi berharap di hubungi dan di perjuangin?" pancing Nasha.

"Pake modal nekad main lamar-lamar, eh kesandung batu malah mundur padahalkan belum jatuh. Aih makin kesal Arum sama model manusia macam dia. Ya allah mengapa kau ciptakan hamba yang seperti itu." Gerutu Arumi.

"Di dunia ini begitu banyak tipe laki-laki. Ada yang langsung to the point bermodal nekad, ada yang ambil ancang-ancang dulu, ada yang memilih mundur setelah ada masalah, dan ada yang memilih tetap berjuang sampai ke titik akhir."

"pokoknya kesal sama laki-laki macam bang Aiman awalnya nyerempet-nyerempet ngedeketin bahkan sampe ngelamar eh sekarang malah mundur tanpa berita." Ucap Arumi final sampai meneguk minumannya sampai habis.

"Kata hati Rum. Cari dan pastikan apa yang dibutuhkan hatimu. Jangan gegabah memilih pilihan yang justru malah tersiksa batin." Tutup Nasha.

***

Hari-hari terlewati begitu cepat, hal yang pertama menjadi fokus Arumi adalah menyelesaikan skripsinya dan bisa melanjutkan tahapan hidupnya dengan mengejar karirnya.
Kalau dulu dia ogah-ogahan kerjain skripsi lambat laun dia mulai menerima apapun komentar dan revisi yang didapatkan. Jadwal bimbingan pun dia kejar bahkan sampai malam pun dia jabani demi skripsi di acc.

Hingga tiba waktunya, Arumi ujian meja yang mampu membuatnya babak belur dan jantung jumpalitan. Huftt hal yang cukup menegangkan.
Tak lupa Arumi berdoa semalam suntuk yang mungkin menurut orang lain hal tersebut berlebihan tapi menurutnya hal itu yang mampu menenangkan hati dan pikirannya.

Dengan merapal bismillah Arumi mempersentasekan hasil penelitiannya dan menjawab pertanyaan yang diajukan oleh para penguji dan semuanya dia lalui dengan tenang meskipun hatinya gugup.

Hingga pada akhirnya pembacaan berita acara.

"Baiklah, berita acara hari ini ....... Kepada saudari Arumi Fatina Azzahra dinyatakan lulus dengan IPK 3.89."

"Alhamdulillah." Syukur Arumi.

"Sampaikan ucapan terima kasih kamu kepada kedua orang tua, karena dia sudah mampu mendidikmu hingga sebesar ini, membiayai pendidikan kamu sampai saat ini, dan hanya ucapan terima kasih yang bisa kau ucapkan untuk beliau saat ini." Nasihat pak Ibrahim kepada Arumi.

"Dan saya memohon maaf jika selama bimbingan kamu dan yang lainnya kurang nyaman, ada perkataan saya yang menyinggung, saya buat kamu menunggu, dan banyak coretan revisi di draft skripsimu."

Tes tes tes...

Terharu rasanya dapat wejangan seperti itu dari pak dosen bimbingan. Harusnya Arumi yang meminta maaf jika selama ini selalu mengumpat, memaki-maki sang dosen bukan malah sebaliknya. Dan yang lebih ingin rasanya nangis kejer diruangan ujian yaitu beliau membahas orang tua seketika rasanya pengin langsung meluk.

"Ohiya, Arumi setelah ini mau lanjut pendidikan atau ke pelaminan?" tambah pak Ibrahim.

"Hah?Lah.." kaget Arumi.

"Anak saya masih available." Frontal pak Ibrahim.

***

Perhelatan acara wisuda begitu meriah. Banyak yang menyambutnya dengan suka cita.

"Mak anakmu wisuda"

"Bapak, mamak anakmu sarjana."

"Aku lulus woy"

"Aku siap dilamar"

"Bang, adek wisuda.nikah yuk!"

Begitulah sekiranya mimik wajah yang ditampilkan para wisudawan dan wisudawati hari ini.

Arumi cukup anggun memakai gamis modern yang cukup sederhana.
Wisudanya kali ini tidak ada yang spesial kecuali pemindahan tali toga dan salaman para jajaran petinggi kampus.

Tak ada doi yang datang membawakan sebuket bunga apalagi datang membawa cincin lamaran.hahahaha

Di vote yaa gratis kok...

My Love: ACC! (Complete)Where stories live. Discover now