Part 7

5.8K 396 0
                                    

Suasana resto cukup ramai oleh pengunjung. Resto yang cukup unik yang beratapkan akuarium yang bertema restoran dibawah laut, menikmati hidangan yang disajikan sambil menatap langit-langit penuh dengan aneka jenis ikan rasanya menenangkan mendengar gemericik air. Begitu pula yang dirasakan Aiman dan Arumi sambil menyantap makanannya.

"Tumben ngajak makan diluar Bang, dirumah ngak ada yang masakin yaa?" tanya Arumi memulai percakapan.

"Dirumah cuman ada saya dan Ayah, Bunda 3 tahun yang lalu udah meninggal, ART juga datangnya cuman siang saja. Ayah jago masak tapi dia sibuk udah tua juga." Ungkap Aiman.

"Maaf." Lirih Arumi mendengar penjelasan Aiman.

"It's Okey"

"Emang kamu mau masak buat aku?" tanya Aiman.

"Jadi ART shift malam dirumah Bang Aiman? Ogah!" ketus Arumi yang di balas senyum santuyyy oleh Aiman.

"Siapa juga yang minta kamu buat jadi ART."

"Lah, tadi ngomongnya minta dimasakin. Lagian Arum ngak jago di dapur." Elak Arumi.

"Masa?"

"Ih apaan sih." Cebik Arum.

Aiman menggenggam tangan Arumi dan mengeluarkan kotak beludru merah yang berisi sebuah cincin, dia refleks menoleh ke arah Aiman.

"Arum maukah kau menjadi pelengkap hidupku, menjadi pendampingku, dan penyempurna dari separuh agamaku, menjadi tempatku untuk pulang, menjadi orang yang selalu mencicipi setiap masakanmu. Arum listen to me,will you marry me?" kalimat panjang yang terlontar dari bibir Aiman dan mampu membuat rona merah dipipi Arumi bersemu bahkan blush on pun kalah.

Aiman sadar terlalu dini untuk menyatakan perasaannya apalagi langsung mengajaknya ke jenjang yang lebih serius. Dia selalu berfikir kesempatan tidak datang dua kali mengenai diterima atau ditolak itu urusan belakangan.

Lama Arumi mencerna setiap kata yang keluar dari bibir Aiman. Nampaknya otaknya susah untuk menyimpulkan keinginan Aiman saat ini.

"Aku butuh waktu." Gugup Arumi.

"Dan kita pulang sekarang." Ucapnya sambil beranjak pergi dan Aiman menyusulnya.

***

Tingg!!

#AimanIbrahim : lagi dimana?

#AimanIbrahim : udah makan atau belum?

#AimanIbrahim : mau makan apa?nanti saya bawakan.

Itulah sederet chat dari Aiman yang masuk ke ponsel Arumi, sejak kejadian malam itu sebisa mungkin dia menghindar dari Aiman. Dia belum tau pasti keinginan hatinya dan belum memutuskan pilihannya. Baginya Aiman adalah sosok yang diidamkan olehnya tapi terlalu banyak yang menjadi bahan pertimbangan.

#ArumiFatina : makasih Bang! Arum udah makan.

Balas Arumi kemudian menghempaskan tubuhnya ke kasur.

***

Kantin cukup ramai di jam makan siang tak terkecuali Arumi dan Nasha yang memilih duduk santai di kantin sambil menunggu jadwal bimbingan mereka.

"Bagaimana lamaran Aiman, Rum?" mulai Nasha.

"Entahlah, bagiku ini terlalu mendadak." Acuh Arumi.

"Pikirkan yang terbaik, aku tak bisa untuk menyuruhmu menerimanya ataupun menegurmu untuk menolaknya. Toh kamu yang menjalaninya."

"Tapi jangan kelamaan mikirnya."

"Sha, Aku bimbingan dulu ya." Pamit Arum dan dibalas anggukan kepala oleh Nasha.

Sama seperti sebelumnya pak dosen pembimbing Arumi terus berkutat dengan draft skripsi yang diajukannya bimbingan kali ini.

"Hanya revisi kok kamu butuh waktu 2 minggu." Cercah Pak Ibrahim.

"Kamu masih mau lanjutin skripsi kamu?" tanyanya.

"M-masih pak." Jawab Arumi terbata-bata.

"Sudah saya peringatkan untuk rajin bimbingan."

"Ya sudah kamu lanjut ke Bab 3."
Arumi pamit dan beranjak keluar. Dia berjalan di koridor kampus dan mendengar namanya dipanggil.

"Arum, Arumi." Panggil seseorang.
Aduh gawat itu pasti Bang Aiman pikirnya dan mulai mempercepat langkahnya dia belum siap untuk menemui Aiman.

Dengan langkah cepat Aiman mensejajarkan langkahnya dengan Arumi.

"Kok saya panggil ngak menoleh. Kamu sengaja menghindar dari saya?" Ujar Aiman.

"Ngak kok. Arum hanya buru-buru." Canggung Arumi karena setelah kejadian malam itu seperti ada jarak yang terbentang diantara keduanya.

"Bagaimana jawaban ka..."

Brakkk

Seorang mahasiswa yang sedang berlari menabrak punggung Aiman sehingga ia limbung dan menghimpit tubuh Arumi ke tembok. Posisi yang cukup dekat sehingga jarak keduanya sangat dekat yang hanya berjarak 5 centimeter seperti posisi berciuman.
Manik mata mereka beradu saling menatap serta detak jantung mereka berpacu diatas normal. Oh god, ingatkan mereka ini ditempat umum dan please jangan khilaf.

Dari arah berlawanan seseorang telah memergoki mereka berdua dan kaget atas apa yang dia lihat.

"Ekhem." Suara deheman berasal dari seseorang tersebut.

Mereka menoleh ke sumber suara dan mengubah posisi mereka yang cukup dekat tadi karena malu-malu telah ketahuan.

"Ayah." Kaget Aiman

"Pak Ibrahim." Pekik Arumi.

Tamat sudah riwayatmu Rum.

Jangan lupa di vote....

My Love: ACC! (Complete)Where stories live. Discover now