Part 5

7K 431 1
                                    

Suasana pagi yang cerah memberikan seberkas cahayanya di balik tirai jendela yang bernuansa monokrom dan manly. Di balik pintu kamar mandi menampakkan seorang pria dengan handuknya yang menandakan kalau dia habis menyelesaikan ritual mandinya.

Sosok laki-laki itu adalah Aiman dia segera bersiap-siap untuk beraktivitas hari ini. Memakai kemeja dan celana kain serta jas khas setelan kantor pada umumnya. Aiman bekerja di kantor akuntan publik milik ayahnya dan di waktu luang dia akan mengunjungi usaha villa dan resort miliknya.

“Selamat pagi Ayah.” Sapa Aiman setelah tiba di meja makan dan sudah ada ayahnya yang duduk disana sambil membaca koran.

“Pagi, ayo sarapan.” Jawab ayahnya.

Semenjak Bundanya meninggal tiga tahun yang lalu ayahnya yang rajin menyediakan sarapan dirumah meskipun ada ART yang datang setiap hari tapi untuk urusan itu selama ayahnya sempat maka ayahlah yang menyediakannya. Kemudian merekapun menikmati sarapan pagi hari ini.

“Wetz, kadar ketampanan ayah bertambah mungkin karena dasi pistachio yang Aiman belikan.” Tebak Aiman diikuti dengan nada meledek yang ditujukan untuk ayahnya.

“Tampil rapi itu perlu agar orang disekitar kita ngak risih nilai plus biar ada yang tertarik sama kita.” Sindir Ayah sambil meneliti penampilan anaknya yang lengan kemejanya dia gulung sampai siku dan jas yang dia sampirkan di bahu. Tetapi kadar ketampanannya Aiman nggak berkurang loh (idih Thor muji cast sendiri)

“Ayah ngak berniat buat cari pengganti bunda kan?” Tanya Aiman curiga.

“Cinta Ayah hanya untuk Bundamu dan ayah akan bahagia jika sudah punya cucu” Sarkas ayah sambil menekankan kata cucu.

“Kalau Aiman ngajuin calon ke ayah apakah ayah langsung memberi restu?” Selidik Aiman.

“Tergantung, syarat dan ketentuan berlaku.” Jawab Ayah.

“Yah, ini bukan laporan keuangan klien yang mesti dikasih opini wajar hingga disclaimer.” Rengek Aiman.

“Sudahlah,ayah berangkat ke kampus dulu jam 1 nanti ayah ke kantor.” Putus ayahnya sambil beranjak dari meja makan.

“Ayah ngak kelupaan sesuatu lagi kan? Nanti yang repot Aiman sendiri” gerutu Aiman karena hal ini selalu terjadi dan berakhir Aiman yang harus mengantarkan kesana.

“Jadi selama ini kamu ngak ikhlas?” Tanya Ayah.

“Ikhlas kok Yah.” Lantang Aiman dengan satu tarikan nafas apalagi kalau ketemu Arumi dikampus lanjutnya dalam hati.

***

Wajah sumringah terus tercetak diwajah Aiman sejak menginjakkan kakinya di lobby kantor mungkin hari ini suasana hatinya begitu baik.

“Sumringah banget tuh wajah.” Ujar Ferry mengagetkan Aiman. Ferry adalah rekan kerja Aiman yang sangat dekat dengannya.

“Mungkin abis dinner kali yaa semalam.” Tebak Ferry.

“Loh, lo kok ngomong gitu?” Selidik Aiman.

“Semalam gue ngak sengaja liat lo di restoran cepat saji lagi makan ama cewek, mau nyamperin tapi takut ganggu.” Jelas Ferry.

“Hanya makan malam.” Tegas Aiman.

“Dinner ama makan malam apa bedanya?”

“ya bedalah.” Salting Aiman sambil menggaruk tengkuknya.

“Jadi sejak kapan es batu meleleh di depan cewek manis?” kata Ferry.

Pasalnya selama dia mengenal Aiman dia tidak pernah melihat Aiman menggandeng cewek manapun jangankan pacaran kenal sama yang namanya cewek aja ngak, mungkin dalam kamus hidupnya perempuan dihidupnya hanya Bundanya.

“Dia bukan siapa-siapa kok.” Elak Aiman karna ketahuan jalan bareng ama cewek.

“Jodoh itu unik Man.” Ujar Ferry. “udah ah, ngopi dulu.” Lanjutnya yang diiyakan oleh Aiman.

“Gue tunggu kabar bahagianya.” Seloroh Ferry yang dibalas anggukan kepala dan senyuman dari Aiman.

***

Suasana perpustakaan begitu tenang kebanyakan pengunjungnya adalah mahasiswa tingkat akhir yang mengerjakan skripsinya diruangan ini. Tak terkecuali bagi Arumi dan Nasha yang sibuk berkutat dengan laptop masing-masing.

“Udah sampe mana skripsinya Rum?” tanya Nasha.

“Bab 2 revisi.” Jawab Arumi.

“Kok bisa? Kamu malas bimbingan yaa?” selidik Nasha.

“Iya malas banget.” Celetuk Arumi.

“Kamu ingat ngak sih pak Ibrahim itu orangnya sibuk, sibuk sekali malahan dan kamu malas-malasan, kapan kelarnya skripsi kamu Rum?” Nasehat Nasha.

“Hari ini aku mau bimbingan kok.” Ujar Arumi.

“Aku bimbingan dulu ya Sha, aku janjinya jam segini.” Pamit Arumi sambil melirik jam ditangannya kemudian berlalu.

“Assalamualaikum Pak.” Salam Arumi kepada pria paruh baya tersebut.

“Waalaikumussalam.” Jawab pak Ibrahim tanpa menoleh ke arah Arumi.

Dasi berwarna pistachio yang dipake pak Ibrahim sama seperti yang dibeli oleh bang Aiman kemarin. Batin Arumi.

Deg

My Love: ACC! (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang