Part 3

9.3K 514 6
                                    

“Silahkan duduk Arumi.” Ucap pak Ibrahim mempersilahkan. “Maaf telah membuatmu menunggu.” Lanjutnya.

“Ngak apa-apa kok Pak.” Jawab Arumi sungkan. Kalau bukan skripsi mana mungkin saya ngelakuin ini.batinnya.

“Jadi keputusanmu apa?” ucap pak Ibrahim tanpa basa-basi.

“Saya pilih ganti judul saja pak.” Putus Arumi sambil menatap seorang pria paruh baya sekitar 50 tahun serta kacamata yang bertengger dihidungnya, dia adalah Ibrahim Setiawan yang akan mendampinginya mengerjakan skripsi.

“Baiklah. Saya arahkan kamu untuk mengukur kinerja perusahaan dengan menggunakan teknik analisis rasio. Terdiri dari rasio likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas, dan rasio profitabilitas.” Jelas Pak Ibrahim dengan wajah datar dan dingin.

“Kamu yakin objek penelitiannya PT Santoso Pratama perusahaan properti?data yang kamu perlukan adalah laporan keuangan dan merupakan data sensitif bagi perusahaan di tambah lagi perusahaan ini belum berstatus tbk. Yakin kamu memiliki peluang untuk itu?” pak Ibrahim kembali menjelaskan.

“ya-yakin pak.” Jawab Arumi terbata-bata.”yakinlah pak, perusahaan itu milik abah saya” lanjutnya dalam hati.

“ya sudah, silahkan kamu kerjakan bab 1 setelah itu temui saya kembali.” Putus Pak Ibrahim.

“Baik pak, saya permisi dulu. Assalamualaikum.” Pamit Arumi sambil berjabat tangan dengan pak Ibrahim. Karena dalam hati Arumi telah terpatri harus sopan sama yang lebih tua dengan menunjukkan tata krama seperti berjabat tangan dan cium tangan.

***

Hari yang cukup melelahkan bagi Arumi setelah menemui dosen pembimbingnya rasanya ingin merilekskan pikiran dengan baca wattpad atau menonton drama korea semalam suntuk. Masalah bab 1 dipikirkan nanti, tapi kalau Nasha tau kalau Arumi menunda pekerjaan lagi pasti sudah banyak rentetan pesan dari dia untuk mendesak pekerjaannya diselesaikan segera.
Sebelum merilekskan pikirannya Arumi berinisiatif membantu ibuk untuk menyiapkan makan malam.

“Buk, mau masak apa hari ini?” tanya Arumi.

“ Mau masak ayam goreng fillet tepung, terus tulangnya di masak jadi sop tulang ayam.” Jawab Ibuk sambil menggoreng ayam tersebut.

“Arum bantu yaa.” Ujar Arumi yang diiringi anggukan dari ibunya.
Makanan pun sudah siap dan tersaji di meja makan tinggal menunggu abah dan adiknya duduk di meja makan.

“Bah, Arum perlu data perusahaan untuk pembuatan skripsinya Arum.” Pinta Arumi

“Iya silahkan. Kamu masukkan surat penelitian kamu di perusahaan. Meskipun perusahaan tersebut punya abah tapi kamu harus ngikutin prosedurnya.” Ujar Abah.

“Iya Bah. Arum paham.” Cengir Arum.

***

Suasana sore hari nampak mendung. Suasana kafe pun lumayan ramai dengan pengunjung yang menikmati minuman hangatnya. Tak terkecuali dengan Arumi dan Nasha. Arumi yang terus saja melamun memikirkan nasib skripsinya dan Nasha yang sibuk mengerjakan revisi skripsi di laptopnya.

“Sha, 7 jam loh aku menunggu dan seenaknya saja berkomentar ini-itu.” Cerocos Arumi.

“Cuman bilang mohon maaf saya membuatmu menunggu.”

“Dia juga sih di chat ngak bilang jam sekian.” Gerutu Arumi.

“Dan butuh waktu sebulan kamu mengurus judul. Apa perlu setahun agar skripsinya rampung?” Tambah Nasha.

“Ya jangan dong. Arum ngak mau lama-lama jadi mahasiswi.” Elak Arumi.

“Rum, kamu jangan kebanyakan mengeluh, jangan kebanyakan bicara, lebih baik kamu itu kerjakan bab 1 biar cepat bimbingan lagi sama pak Ibrahim.” Peringat Nasha.

“Males tau ngak sih. Tiap kali nyalain laptop kerjaku tuh melamun terus dan alhasil 3 jam cuman menghasilkan 1 paragraf saja.” Keluh Arumi.

“Sabar, semuanya bakal terlewati kalau kamu menjalaninya dengan ikhlas.” Dengan sabar Nasha menasihati Arumi.

“Nah masalahnya itu Aku ngak ikhlas.” Ujar Arumi.

“Stop Rum. Berhenti berkoar-koar ini-itu, kamu cuman mendapatkan pak Ibrahim dosen terkiller urutan kedua. Apa kabarnya Aku, yang mendapatkan dosbing terkiller urutan pertama.” Tegas Nasha.

“Enjoy, anggap saja ini latihan sebelum kamu masuk di perusahaan abahmu.” Lanjut Nasha.

“Ok,fine.” Arumi mengalah.

“Jangan kebanyakan pacaran sama Aiman.” Ejek Nasha.

“Kita itu ngak pacaran. Cuman deket aja kok.” Jawaban mengelak dari Arumi.

“Hati-hati Rum. Jangan sampai kamu keasyikan huru-hara malah skripsimu terbengkalai.” Lagi-lagi di peringatkan oleh Nasha.

“Kamu kan tahu sendiri prinsipku. Ngak mau pacaran sebelum halal, tapi boleh deket. Kalau pun memang ada yang cocok langsung saja minta ke Abah dan Ibuk, Arum langsung di halalin aja.” Ujar Arumi yang dibalas anggukan kepala dari Nasha.

My Love: ACC! (Complete)Where stories live. Discover now