Part 18

5.6K 338 2
                                    

Sepersekian detik Arumi melamun, Nasha yang melihat itu mulai jengah. Mereka sedang berada di café tempat biasanya mereka nongkrong.

Slurrpppp

Arumi menyesap minuman greentea yang ada di depannya.

“Sha, kok aku ngak peka ama keadaan.” Jedanya.

“Dia kembali. Aiman selama ini ada di sekitarku.” Jelasnya.

“Kamu masih berharap sama dia?” Nasha mencondongkan badannya ke Arumi.

“Bukan begitu ih.” Rajuk Arumi. “Hanya saja kenapa dia datang lagi disaat aku sudah lupa.” Sungutnya.

“Kalau kamu sudah tidak memiliki perasaan dengannya kenapa kamu badmood begini?”

“Benci.” Ujar Arumi.

“Awas loh benci jadi cinta. Selama dia tidak mengganggumu harusnya kamu baik-baik.”

“Malah lebih mengganggu pikiran banget.” Malas Arumi.

***

“NIKAH???”

Aiman kaget dengan pernyataan yang dilontarkan oleh Ferry yang mengabarkan kalau dirinya akan segera menikah. Ruangan Aiman menjadi tegang akibat hal tersebut tapi Ferry justru anteng-anteng saja melihat reaksi temannya ini.

“Kok dadakan?”

“Kok ngelangkahin gue?”

Ferry menghela nafasnya.

“Sabar mas bro, gue jelasin satu-satu.”

“Gue dijodohin ama bokap. Dan gue juga udah tunangan sekitar 3 bulan yang lalu.”

“Lo udah TUNANGAN?tapi ngak pernah ngasih tau gue.” Cercah Aiman.

“Dan nikahannya sebulan lagi.” Tambah Ferry.

“Lo ngak lucu bikin shock therapy begini.” Ujar Aiman sambil mengatur detak jantungnya akibat kaget.

“Abisnya pesona anaknya papa Arifin susah ditolak Bro. Makanya ngak ada penolakan.”

“Kenapa ngak sekalian anak pertama lo brojol baru ngasih tau gue kalau lo udah nikah.” Sindir Aiman.

“Yeyy sensi amat keduluan gue. Jangan lupa hadiah pernikahannya satu unit rumah misalnya, misalnya ya misal.” Cengir Ferry.

“Ngarep. Syukur-syukur gue kasih selembar uang merah.” Sungut Aiman.

***

Jalan raya disiang hari cukup ramai, pengendara banyak yang berlalu lalang tak terkecuali Arumi yang membelah jalanan dengan mobil honda Civic miliknya.

Dari kejauhan nampak ada kerumunan, Arumi mengamati kerumunan itu dan menepikan mobilnya untuk melihat apa yang sedang terjadi. Innalillah, kecelakaan telah terjadi karena mobil tersebut menabrak tiang lampu merah dan yang lebih kagetnya lagi sang korban adalah pak Ibrahim.

“Permisi Pak, Bu. Biar saya saja yang bawa beliau ke rumah sakit tolong bantuin saya buat ke mobil.” Ucap Arumi dan orang-orang menggotong pak Ibrahim ke mobilnya yang sudah dalam keadaan tak sadarkan diri.

Beberapa menit kemudian, mereka sampai di rumah sakit dan brankar UGD telah membawa pak Ibrahim untuk mendapatkan penanganan, Arumi sendiri mengurus administrasinya.

Arumi memasuki ruangan inap pak Ibrahim setelah menunggu dua jam untuk sadarkan diri dan kata dokter beliau mengalami shock dan luka ringan. Dan selama dua jam tersebut Arumi harap-harap cemas takut terjadi apa-apa dengan beliau.

“Assalamualaikum Pak. Bapak udah baikan?” sapa Arumi.

“Alhamdulillah. Terima kasih sudah menolong bapak.” Ucap Pak Ibrahim dan dibalasi senyuman oleh Arumi.

“Sama-sama Pak. Kata dokter bapak shock makanya tidak sadarkan diri.” Jelas Arumi.

“wong kagetlah Rum dapat musibah kayak tadi apalagi jantung saya sudah tidak sehat.” Kekeh Pak Ibrahim.

Arumi senang melihat raut wajah pak Ibrahim lagi, meskipun terkesan dingin sewaktu membimbing dirinya tapi lihatlah sekarang malah raut wajah ramah yang dipasang, pantesan saja anaknya ramah banget, aish!! Arumi langsung menggeleng-gelengkan kepala mengingat apa yang dipikirkannya.

“Oh iya Pak. Pihak keluarga bapak udah di hubungi sebentar lagi pasti sampai. Dan saya mohon izin untuk pulang.” Pamit Arumi dan meninggalkan ruangan tersebut.

Tepat di ambang pintu Arumi berpapasan dengan seseorang laki-laki yang nampak terburu-buru memasuki ruangan tersebut. Tetapi ketika melihat sosok di depannya laki-laki tersebut menghentikan langkahnya, dia adalah Aiman. Dan kaget melihat Arumi ada di depannya sosok yang dia hindari akhir-akhir ini.

“Arumi….” Lirih Aiman.

“Permisi.” Ucap Arumi dingin dan melenggang pergi tanpa menatap Aiman.

“Ayah?” panggilnya

“Dia Arumi….” Jawab ayahnya.

“Kejar dia, kalau kamu masih menginginkannya, jangan pernah lepaskan dia.” Ucap Pak Ibrahim meyakinkan.

Aiman langsung berlari ke parkiran rumah sakit sebelum Arumi meninggalkan area ini. Dengan nafas yang tersenggal-senggal Aiman memberhentikan laju mobil Arumi.


“ARUMI STOP!!!”


VOTENYA PLEASEEEE!

My Love: ACC! (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang