Part 8

5.5K 364 1
                                    

Posisi yang tidak menguntungkan bagi mereka. Mereka seolah di interogasi oleh ayah Aiman yang tak lain adalah dosen pembimbing Arumi yakni pak Ibrahim, dia  duduk berhadapan dengan Aiman dan Arumi.

“Sudah sejauh mana hubungan kalian?” interogasi pak Ibrahim.

“Ini tidak seperti yang Ayah lihat.” Jawab Aiman.

“Apa kamu sengaja menggoda anak saya?” tanyanya ke Arumi.

Refleks Arumi mendongak ke atas karena sedari tadi dia menunduk. Dia tidak terima dengan tuduhan yang di lontarkan oleh pria paruh baya yang ada didepannya.

“Ayah, sudah Aiman katakan dia tidak seperti itu.” Bela Aiman dan Arumi hanya diam.

“Apa karena ini kamu malas-malasan bimbingan, kerja skripsi seadanya?” introgasinya lagi yang diarahkan ke Arumi.

“Ayah tidak semestinya ayah ngomong seperti itu. Dia wanita pilihan Aiman Yah.” Ujar Aiman.

“Bang sudahlah jangan memperkeruh suasana.” Ucap Arumi menengahi.

“Aiman tidak bisakah kamu melihat mana wanita baik-baik yang pantas bersanding denganmu.” Cercah Ayahnya.

“Dia masih mahasiswi dan kamu harusnya belajar yang bener biar jadi orang sukses”

“Sebelum semuanya terlambat sebaiknya kamu mundur.” Ujarnya kepada Arumi.

“Kenapa Ayah menolak Arumi?” tanya Aiman

“Pokoknya ayah tidak merestui kalian.” Tutup pak Ibrahim sambil berdiri dan pergi.

Tinggal Aiman dan Arumi yang duduk di koridor kampus, beruntungnya hari itu kampus lagi sepi jadi tidak ada yang melihat perdebatan mereka.

“Rum, kamu percaya sama abang? Kita berjuang sama-sama.” Ucap Aiman meyakinkan Arumi sambil menggenggam tangannya terlihat mata Arumi mulai berkaca-kaca.

“Sudahlah, jangan memaksa keadaan.” Pinta Arumi.

“Tidak ada yang memaksakan keadaan kita hanya butuh berjuang.” Ralat Aiman.

“Aku tidak bisa melanjutkan hubungan ini tanpa restu.” Ucap Arumi.

“Tunggu aku, sampai aku bisa meyakinkan ayah.” Ujar aiman meyakinkan.

“Tidak perlu, memang benar kata pak Ibrahim Aku tidak pantas untuk bang Aiman. Permisi!” ujarnya sambil berlalu.

Bagaimana rasanya ditolak mentah-mentah secara langsung? Sakit, rasanya sudah tidak ada yang perlu dipertahankan. Itulah yang dirasakan oleh Arumi belum sempat ia menjawab keinginan Aiman tapi sudah di tolak duluan oleh sang calon mertua yang tak lain adalah dosen pembimbingnya sendiri.

Baginya, Aiman sosok yang dia cari selama ini. Dan seolah Aiman mengerti apa yang dibutuhkan oleh dirinya. Meskipun lamaran tempo hari mendadak baginya mengingat dia masih kuliah tapi hatinya justru yakin untuk menerima lamaran Aiman. Apakah statusnya yang masih mahasiswa menjadi penghalang restunya? Mengingat dia bukan mahasiswa biasa tetapi mahasiswa yang malas dan bersikap acuh tak acuh.

Di sisi lain, keadaan Aiman di koridor hari itu sama hancurnya dia harus memikirkan untuk mendapatkan restu dari sang ayah dan mendapatkan kembali hati Arumi. Mungkin kata let it flow tidak berlaku kali ini karena baginya jika bukan dia yang berjuang lantas siapa lagi justru Arumi sudah mundur duluan sebelum semuanya dimulai.

Ini adalah part yang kesekian dengan teks yang begitu pendek, idenya mentok segitu, huft!

But, jangan lupa di vote yaa

My Love: ACC! (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang