04. Can we be friends

212 43 0
                                    

Jihyo tidak tahu harus mulai darimana, sekarang ia hanya mundar mandir sambil mengigit jari telunjuknya cemas.

TIN...TIN...

Itu, suara klakson mobil Sehun. Sebenarnya Jihyo memang menunggu Sehun pulang entah untuk apa, yang jelas ia hanya bolak balik seperti setrika didekat pintu utama. Jihyo membuka gorden jendela dan Sehun sudah memasuki gerbang rumah.

"Aku, aku harus bagaimana ini?" Beberapa menit Sehun tak kunjung membukakan pintu, Jihyo mulai kesal dan pergi dari dekat pintu.

Ceklek

Pintu terbuka, dan Jihyo menghentikan langkahnya.

"Kau sedang apa, Park Jihyo?" Mau tak mau Jihyo berbalik badan dan menatap Sehun. Tubuhnya menegang saat ia memandang Sehun. Jasnya ia tenteng rapi ditangan kanannya, itu kelihatan sangat keren.

"Umm...aku...se-sedang menunggumu." Dahi Sehun berkerut.

"Menungguku? Untuk apa?" Sehun sedikit mengulas senyum, namun ia juga bingung secara bersamaan.

"Aku sudah memasak makanan untukmu. Aku pikir kau pulang malam atau bahkan tidak pulang. Jadi aku akan—"

"Tidak, kau tidak boleh membuangnya. Itu sangat mubazir, kau tahu kan? Jadi biar aku yang memakannya." Sehun memotong perkataan Jihyo, Jihyo yang sedikit terkejut langsung menjelaskan kepada Sehun.

"Aku bukan membuangnya. Aku hanya bilang bahwa aku akan makan seorang diri." Eh? Bukan ya? Sehun menggaruk tengkuk menahan malu, kemudian dia tersenyum manis pada Jihyo.

"Begitu ya? Kalau begitu ayo makan bersama!" Ajaknya pada Jihyo. Jihyo mengangguk. Lalu Jihyo jalan mendahului Sehun menuju dapur, Sehun mengekorinya dari belakang.

Kenapa dia bersikap manis? Batin Sehun.

"Kau masak apa?" Tanya Sehun lembut, membuat Jihyo mendongak menatap Sehun.

"Sup Ayam. Apa kau menyukai Sup Ayam?" Tanya Jihyo.

"Aku menyukainya." Jihyo tersenyum lega. Kalau makanan ini dibuang kan sayang, dia sudah capek capek mencari resep yang paling enak di google untuk memasak Sup Ayam.

"Kalau begitu makanlah."

"Kau juga, ayo makan." Jihyo mengangguk dan mendudukan dirinya dikursi berhadapan dengan Sehun. Rose benar, ini akan lebih mudah jika mereka berdua saling mengobrol dan santai. Keheningan ini sudah tidak seperti kemarin lagi, keheningan yang menciptakan Atmosfer canggung yang menyeruak keseluruh ruangan. Kini Keheningannya sangat asik. Apalagi saat mereka saling memandang dan melemparkan senyuman.

Mereka selesai makan, dan Jihyo merapikan piring piring.

"Mau kubantu?" Tawar Sehun.

"Umm...boleh." Sehun mengambil mangkuk bekas Sup Ayam dan meletakannya diwastafel.

"Kau mau tidur?"

"Tentu."

Sehun mengekori Jihyo menuju tangga, Jihyo yang merasa risih membalikan tubuhnya kebelakang menghadap Sehun.

"Kau? Kenapa kau mengekori ku?!" Ucapnya setengah berteriak.

"Aku tidak. Aku hanya ingin tidur dikamarku." Oh tidak, benar juga. Mereka kan satu kamar. Jihyo pura pura kesal agar menahan malunya dan membanting pintu. Sehun yang tadinya ingin ikut masuk malah terjedot pintu karena dibanting Jihyo.

"Aw! Gadis itu benar benar lucu." Dia tertawa pelan agar tidak didengar sang Gadis, dahinya ia elus elus karena kejadian tadi.

Sehun mencoba membuka pintunya kembali. Dia mendapati Jihyo yang tengah berdiri di balkon, menikmati pemandangan Kota Seoul dan juga udara malam Seoul. Sehun menghampirinya.

Jihyo menoleh kepada Sehun, "Kau tahu? Daridulu aku sangat suka dengan pemandangan kota Seoul. Sangat indah. Seperti Seni."

"Kenapa begitu?" Jihyo menarik sudut kirinya,

"Lihatlah, lampu lampu dikota ini warna warni. Dan jangan lupa gedung gedung yang penuh kaca. Bagiku ini sungguh indah. Jika orang orang menatap keatas melihat bintang, aku malah menatap kebawah melihat kendaraan berlalu lalang."

"Kau pecinta Citylight?" Jihyo mengangguk.

"Sangat, sangat mencintainya! Andai aku punya Camera tercanggih aku akan memotret seluruh pemandangan Citylight di Kota Seoul." Baru kali ini Sehun mendengar Gadis itu bicara banyak tentang kesukaanya itu. Ia berharap bahwa Gadis disampingnya ini mau bercerita banyak tentang dirinya. Karena sesungguhnya ia sudah penasaran dengannya sudah lama. Namun, ia benar benar tak menduga bahwa kali ini mereka bertemu lagi, bahkan statusnya bukan main. Suami Istri.

"Kau tahu, sejak awal bertemu denganmu aku menunggu kau berbicara sepanjang ini. Tapi kau selalu menolak untuk bicara padaku entah kenapa. Seakan kau punya dendam tersendiri padaku." Jihyo terdiam, sebenarnya bukan dia membenci Sehun. Hanya saja ia butuh waktu untuk menerima segalanya, dan Sehun...

"Kau, tahu. Aku melakukannya karena aku masih terkejut."

"Aku mengerti kau butuh waktu. Aku tidak memaksamu untuk membuka hatimu secara cepat untuku. Maka dari itu, Can we be friends?" Jihyo tercekat, sesaat dia memutar otaknya. Oh Sehun, siswa baru yang langsung populer di Sekolahnya mengajaknya untuk menjadi teman? Dia ingin menjabat tangan Jihyo?

Ragu ragu dia membalas jabatan Sehun, "Yes, of course. We are friends right now."

"Right now?" Jihyo mengangguk mantap, "Now." Sehun tersenyum tulus. Dia merasa nyaman saat Jihyo menyentuh telapak tanganya, dia merasa hangat saat jemari Jihyo menempel di jemari miliknya.

Sudah lama ia tidak merasakan hal ini lagi.

Sangat lama.

Dan Jihyo? Apalagi, dia tidak pernah merasakan hal ini. Maka dia sudah sangat terbawa oleh suasananya.

Ada sesuatu yang bergejolak diperutnya.

~~~~

Segini kependekan gak sih? Kalau kepanjangan saya yakin gak ada yang mau baca karena saya juga begitu:v

Saya males banget kalau udah lihat cerita yang panjang panjang.

Kaya anunya Sehun *Plakk*

Tapi saya gabakal males kok kalau lihat anunya Sehun yang panjang:D

Monmaaf XD

STAY INTO YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang