12. Sweet Night

229 36 7
                                    

"Kenapa kau ada disini?" Tanya Sehun penasaran. Ia duduk dikursinya, sedangkan Jihyo hanya berdiri gugup.

"A-aku umm ... ini," Jihyo menaruh map di meja Sehun, "berkas mu ketinggalan." Lanjutnya.

"Kau kesini hanya untuk itu?" Jihyo mengernyitkan dahinya.

"Lalu apa lagi?" Sehun terdiam sebentar, lalu ia mengisyaratkan Jihyo untuk duduk.

"Ini, tidak aku butuhkan." Ucapnya enteng. Sedangkan Jihyo melotot tak percaya. Ia jauh-jauh datang kesini hanya untuk memberikan berkas yang tidak dibutuhkan. Merepotkan!!!

"Lalu kenapa kau tidak bilang? Aku pikir kau tidak sengaja meninggalkan ini! Aku sudah jauh-jauh datang kesini dan—" Jihyo berdecak kesal.

"Apa gunanya ponsel?" Ucap Sehun.

Lah lah lah.

Mengapa Jihyo tidak memikirkan ini sebelumnya? Dia bisa menelepon Sehun apakah ia meninggalkan sesuatu atau tidak. Uang yang dipakai ongkos taksipun, semuanya sia-sia. Jihyo tak terima, ia rugi bandar.

Ia lalu beranjak berdiri lagi.

"Entah aku harus marah padamu atau pada diriku yang jelas aku kesal setengah mati." Dia benar-benar kesal, marah, semuanya campur aduk.

"Aku permisi!" Dia lantas melangkah pargi dari ruangan Sehun. Namun ia menghentikan langkahnya lagi lalu berbalik.

"Oh iya, aku—"

*Cupp

Saat ia menghampiri Sehun dia seperti menginjak sesuatu yang licin dan itu membuat ia hilang keseimbangan lalu tak sengaja mencium bibir Sehun yang sedang duduk.

Bukannya menyudahi, Sehun malah melumat bibir Jihyo. Sontak Jihyo membulatkan mata dan melepas ciumannya.

"K-kau? Apa-apaan kau ini!"

"Loh? kita suami istri bukan?"

Ternyata ada seseorang yang menyaksikan pemandangan tersebut.

"Permisi, Pak. Maaf saya lancang. Saya hanya mau memberikan berkas yang harus bapak tanda tangan." Ucap perempuan itu.

"Permisi, Pak." Lanjutnya. Mereka berdua bisa melihat perempuan itu tertawa secara diam-diam.

"Kau mau bilang apa tadi?"

"Tidak jadi! Aku pergi." Sekarang Jihyo benar-benar keluar dari ruangan itu. Dia kembali kerumah dengan keadaan tidak mood.

Sedangkan Sehun, ia tersenyum mengingat kejadian tadi.

Boleh dicoba nanti malam, batinnya.

*****

Pintu terbuka memperlihatkan sosok Sehun. Laki-laki itu masuk kekamarnya mendapati Jihyo sedang membereskan ranjang mereka.

"Kau pulang secepat ini?" Tanya Jihyo. Loh? Dia bersikap biasa saja seolah tidak terjadi apa-apa. Padahal tadi siang dia marah-marah.

"Kau tidak marah lagi?" tanya Sehun waspada.

"Lupakan yang tadi, itu hanya insiden." Ucapnya cuek.

Sehun tersenyum miring, menyeringai kearah Jihyo. Gadis itu menaikan sebelah alisnya.

"Kenapa kau?" Bukannya menjawab, Sehun malah mendekati Jihyo dan menghimpitnya ke dinding.

"Apa yang kau—" Sehun menutup mulut Jihyo dengan tangannya. Gadis itu kesulitan berbicara.

Kini wajah mereka semakin berdekat dan hampir menempel. Lalu Sehun menempelkan bibirnya ke bibir mungil Jihyo. Perlahan melumatnya dengan nikmat.

Dan sialnya Jihyo malah menutup matanya. Dia ternyata menikmati ciuman tersebut. Ini pertama kali dalam hidupnya ia merasakan yang namanya 'Berciuman'. Saat masih remaja ia hanya bisa menontonnya pada adegan di drama. Dia sangat penasaran dengan ciuman. Dan sekarang ia merasakannya, bersama Suaminya.

Legal bukan?

Ciuman itu berubah menjadi liar. Berpindah ke leher mulus Jihyo, mengecapnya dengan penuh gairah. Sensasi yang paling nikmat.

"Ahh.." Terlalu nikmat. Tanpa sadar dia mendesah.

Kini giliran telinga milik Jihyo yang jadi sasarannya. Sehun menjilatinya sambil tersenyum puas.

Setelah beberapa menit kemudian. Sehun mendorong Jihyo keranjang. Lelaki beraura dingin itu membuka seluruh pakaiannya.

Dia akan melakukan itu dengan Park Jihyo.

Istrinya.

Dan Jihyo juga melakukan hal yang sama. Melucuti pakaiannya.

Kalau seperti ini, ia semakin mencintai seorang Oh Sehun.

~~~~~

Halo gaijeu!!!

Kaget gak tuh, dateng dateng malah ngasih begituan? Awokawok.

Aku sih awalnya mau ceritain detail pas adegan ngono nya.

Tapi ... kemarin baru aja lebaran woyy!

Awokawok.

Next gak ni?

STAY INTO YOUWhere stories live. Discover now