15. Belanja bareng

72 21 2
                                    

Di hari rabu yang cerah ini Jihyo pergi mengunjungi Yeonseo dikediamannya dengan membawa sebuah makanan yang ia buat sendiri. Semenjak bertemu dengan Yeonseo, Jihyo selalu merasa nyaman berada dilingkungannya, kasih sayang yang diberikan oleh Yeonseo tidak pernah diberikan oleh Ibu kandungnya. Ibunya hanya memaki dan memaki. Tetapi, Yeonseo itu sangat baik dan lembut. Walau mereka baru mengenal selama 6 bulan tetapi mereka sudah sangat dekat.

Jihyo mengetuk ketuk pintu utama.
“Ibu, ini aku.”

Tak lama pintu itu terbuka, mata Jihyo membola mendadak. Tanpa diduga yang membuka ternyata bukan Yeonseo, tetapi orang yang sangat Jihyo benci saat SMA.

Kim Jennie.

Sialan, orang ini lagi. Batinnya.

“Jennie, siapa yang datang?” itu suara Yeonseo, wanita paruh baya itu menghampiri Jennie. Ia tersenyum begitu tahu siapa yang datang.

“Jihyo, ternyata kau. Kenapa kau tidak memberitahuku sebelumnya?” ujarnya cukup terkejut dengan kedatangan Jihyo.

“Maaf, aku pikir aku akan mengejutkanmu,” jawabnya namun matanya menatap kepada Jennie tidak suka.

“Ini, aku buatkan ceker pedas kesukaan Ibu.” Jihyo menyodorkan sebuah rantang kepada Yeonseo.

“Yaampun terima kasih, kau sudah sangat tahu ya kesukaan Ibu,” ucap Yeonseo antusias. Jihyo hanya tersenyum simpul. Sepertinya Jihyo salah waktu untuk mengunjungi Yeonseo. Entahlah, hawanya sangat menyebalkan karena ada si ular Jennie.

“Bibi, kita kan mau belanja. Kapan kita bisa pergi?” Jennie angkat suara.

Dia sendiri kesini untuk bertemu Yeonseo karena sudah lama tidak bertemu, juga untuk mencuri perhatian Yeonseo supaya kepincut dengannya dan mau menjodohkan Jennie dengan Sehun. Tapi realita tak semulus ekspektasi, nyatanya Sehun sudah menikah. Itupun dengan gadis kampungan seperti Jihyo. Jennie bersumpah dia masih lebih baik dari Jihyo, hanya dadanya saja yang besar, selebihnya Jihyo tidak menarik sedikitpun.

“Oh iya, aku lupa,” ucap Yeonseo,“Kenalkan dia Park Jihyo, istrinya Sehun,” Yeonseo memperkenalkan Jihyo kepada Jennie. Dia tidak tahu saja mereka sudah bertemu dikantor Sehun.

“Aku sudah tahu, kemarin kami bertemu dikantornya Sehun.”

Yeonseo manggut-manggut, “Begitu ya, baiklah. Semoga kalian bisa berteman,”

Jihyo langsung berdecih didalam hati. Teman konon, melihat wajahnya saja sudah muak.

“Bibi, kenapa kalian tidak memberitahuku hal penting ini? Aku sangat terkejut,” Jennie mengerucutkan bibir sok ngambek dengan lucu.

Jihyo berjanji, setelah pulang ia akan meludah sebanyak mungkin.

“Ceritanya panjang, Jen. Sekarang bagaimana kalau kita berbelanja bersama? Aku dan Jihyo juga belum pernah berbelanja berdua. Aku sangat sibuk, kini ada kau jadi kita bisa santai-santai bertiga. Bagaimana?”

“Lain kali saja, Bu. Aku harus merapikan rumah,” tolak Jihyo, sebenarnya gadis itu dirumah pun hanya rebahan saja. Tapi mana mungkin ia jalan bersama Jennie? Orang yang pernah menikungnya. Jelas sangat tidak sudi.

Jennie pun tak kalah, dia menolak jalan dengan gadis kampung, “Kenapa ajak dia? Kalian kan bisa pergi kapan saja. Tapi Bibi kita baru bertemu,” rengek Jennie.

“Yaampun ayolah, kalian tahu hampir tidak bisa aku bersantai jadi jangan menolak,”

“Tapi Bu—”

“Kau harus ikut Jihyo,”

Dengan sangat (bahkan sangat) terpaksa Jihyo mengiyakan. “Baiklah, aku akan ikut.”

STAY INTO YOUWhere stories live. Discover now