Part 24

3.4K 344 74
                                    

"Tangan kamu gede banget deh," ucapku membandingkan telapak tanganku dan telapak tangan Nuca.

"Itu karena tangan kamu yang kecil."

"Eh bentar Nuc, foto pake ini yuk," ucapku menunjukkan kamera polaroid yang baru ku beli.

"Ga ah."

"Ihh ayok! Sini tangan kamu," aku menarik paksa tangan Nuca lalu memotret perbandingan tangan
kami.

"Liat sini Nuc, senyum yah," aku memotret diriku dan Nuca.

Di sepanjang perjalanan pulang, mataku terpaku akan bayangan diriku dan Nuca yang terpantul di trotoar dan membuat tanganku begitu gatal untuk memotretnya.

Rasanya aku ingin mengabadikan setiap momenku bersamanya.

Karena aku tidak tau, kapan jantungku akan berhenti berdetak.
Aku juga tidak tau kapan aku akan menghilang.
Yang ku tahu hanyalah, setiap momen yang kami lalui bersama bisa pula menjadi momen terakhirku dengannya.

Menyedihkan bukan?

Menyedihkan bukan?

ओह! यह छवि हमारे सामग्री दिशानिर्देशों का पालन नहीं करती है। प्रकाशन जारी रखने के लिए, कृपया इसे हटा दें या कोई भिन्न छवि अपलोड करें।

***

"Sstttt!" Aku menempelkan telunjukku di bibir, mengisyaratkan agar Nuca tidak berisik.

Aku berjalan dengan sedikit berjinjit, ku nyalakan lampu ruang tengah, mengedarkan pandanganku untuk mencari dimana ayah dan ibuku. Namun sepertinya, tidak ada tanda-tanda kehidupan. Dimana mereka?

"Ga ada orang?" Tanyaku sedikit berbisik pada Nuca.

"Om? Tante?" Panggil Nuca dengan kencang.

Dengan sigap aku pun meloncat ke arah Nuca, berusaha untuk mengatup mulutnya. Aku sedikit kesulitan karena badannya yang terlalu tinggi itu.

"Nuca!"

"Apaansih? Kenapa harus diem-diem? Om? Ta—?!"

"Nuc!" Aku yang sedang melompat dan berusaha menutup mulutnya itu tiba-tiba kehilangan keseimbangan.

Bruk!

Aku menindih tubuh Nuca ke lantai.

Mataku melebar dengan sempurna.

Apa yang terjadi?!

Apa yang ku lakukan?!

Jantungku seakan ingin meledak.

Tubuhku membeku seketika.

Bibirku menyentuh pipi Nuca.

Kami terdiam beberapa saat, sebelum akhirnya kembali tersadar.

Aku segera menyingkirkan tubuhku dari tubuh Nuca. Kami pun mendudukan diri bersama sembari terus memalingkan wajah satu sama lain.

Aku tidak berani menatap wajah itu.

Dasar Tiara bodoh! Kenapa kau melakukan hal yang memalukan semacam ini? Kenapa kau bisa-bisanya mencium pipi Nuca dengan cara seperti itu?

Unlove you जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें