Part 34

2.8K 429 133
                                    

Nuca membisu sejenak.

1...
2...
3...

Aku menghitung dalam hatiku.

Kenapa ia diam begitu lama? Apa yang ada dalam pikirannya saat ini? Firasat burukku semakin menjadi-jadi.

"Iya Ra. Nanti aku jemput."

Senyuman merekah di bibirku sesaat mendengar jawabannya.

Aku tau Nuca akan memilihku. Seharusnya aku tidak perlu meragukannya.

"Kamu mau ke kantin?" Tawar Nuca.

Dengan cepat aku mengangguk.

Aku dan Nuca pun berjalan berdampingan melintasi koridor membuat siapapun yang ada disana memusatkan perhatian pada kami.

Bagaimana tidak? Aku mengencani laki-laki idaman mereka.

"Ga capek-capek apa buntutin kak Nuca terus?"

"Kasian kak Nuca, diteror mulu."

"Padahal kak Nuca ga suka," bisik gerombolan siswi di sepanjang koridor yang mampu tertangkap oleh indra pendengaranku.

Aku menarik napas dalam, mencoba untuk tidak memikirkan ucapan mereka.

Jujur saja, aku sudah terbiasa mendengar umpatan-umpatan yang ditujukan kepadaku itu.

Seketika Nuca menghentikan langkahnya lalu menatap gadis-gadis itu.

"Hai kak Nuca," sapa mereka bersamaan.

Nuca diam tak menyahut, ia pun mengalihkan pandangannya ke arahku.

"Apa?" Tanyaku.

Nuca tersenyum hangat lalu menggenggam tanganku di depan banyak orang.

Aku membulatkan mataku.

Bisikan pun semakin ramai.

"Yuk yang?" Ucap Nuca memperjelas kata 'yang'. Sontak semua orang yang mendengar itu terkejut melihat tingkah yang tak biasanya dilakukan oleh seorang Giannuca.

Yang? Apa? Sayang? Nuca mengatakan hal semacam itu di depan banyak orang? Apa ia bercanda?!

"Kamu gila yah?" Tanyaku sedikit berbisik saat kami kembali melanjutkan langkah kaki.

"Apanya?"

"Kamu."

"Aku? Kenapa?"

"Kamu gila."

"Kenapa gila?"

"Nuc, bisa mati aku diteror cewek-cewek jamet itu kalo tau aku beneran pacaran sama kamu."

"Jamet itu apa?"

Aku berdecak. "Jawa metal."

"Kenapa disebut metal?"

"Udah ah, ga penting banget pertanyaan kamu. Sekarang gini, semua orang kan tau kita dijodohin dan kamu ga suka sama aku. Dan semua orang juga tau kalo..." aku menghela napas dalam.

"Kalo apa?"

"Kalo kamu pacarnya Lyo."

Nuca membisu. Ia mengalihkan pandangannya ke arah lain seakan tidak ingin aku membahas itu.

"Nuc?"

"Apa?"

"Gapapa," ucapku singkat. Entah kenapa aku kehilangan moodku.

"Jangan bete gitu. Aku cuma ga mau orang ngira kalo kamu suka sama aku."

"Loh, bukannya emang gitu?" Aku menautkan alisku.

Unlove you Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang