Part 37

2.9K 457 232
                                    

Aku kembali ke kelas dengan beruraian air mata. Ku tutup wajahku lalu duduk di kursiku dan membenamkan wajahku dengan kedua tangan.

"Ra kamu kenapa?" Tanya Keisya khawatir.

Semua perhatian kini tertuju padaku.

"Ra, kamu kenapa nangis?" Ulang Keisya.

Aku tak menjawab. Perasaanku begitu kalut saat ini. Malu rasanya menunjukkan diriku yang kacau ini.

Sesak di dadaku ini terlalu menyayat.

Tiba-tiba suara bisikan di sekelilingku semakin kencang.

"Ra.." panggil suara yang begitu familiar bagiku.

Aku tak bergeming.

"Ra.. maafin aku."

"Jadi lo yang bikin Tiara nangis? Iya?!" Pekik Keisya.

"Ra.." panggil Nuca lagi seakan tak memperdulikan Keisya.

"Ga tau malu banget, pergi woy!"

"Gue mau ngomong sama Tiara!" Nuca menaikkan nada bicaranya.

"Dulu lo nolak gue karena lo bilang lo cinta sama Tiara dan ga bakal nyakitin dia, sekarang apa?! Lo terus nyakitin dia! Mau lo apa hah?!"

Brak!

Suara tendangan meja. Entah siapa yang menendang meja itu.

"Pergi lo brengsek!"

"Kei? Tiara kenapa nangis?" Tanya seorang laki-laki yang baru datang dan ku yakini adalah Sam.

Aku menurunkan tanganku dan yang benar saja. Orang itu adalah Sam.

Bugh!

Sam mendaratkan pukulan kencang tepat di wajah Nuca.
"Bangsat lo!"

Bugh!

Nuca tak melawan sedikitpun. Matanya menatap lurus ke arahku seakan tak memperdulikan Sam yang kini mencengkram kuat kerah seragamnya.

"Ra.." panggil Nuca lirih.

"Ga tau malu lo anj*ng! Udah gue bilang jangan nyakitin dia!"

Bugh!

Cukup sudah.

Aku tidak bisa menyaksikan pemandangan menyakitkan ini.

Degh!

Ku rasakan sebuah denyutan yang luar biasa di dada kiriku.

"Arghh!" Rintihku sembari menekan letak jantungku.

"Tiara!" Nuca memukul kuat Sam untuk menyingkirkannya lalu mendekatiku.

"Ra kamu kenapa?" Tanya Keisya.

"Ra, dimana obat kamu?" Nuca menarik lenganku.

Aku menepis tangan Nuca cepat.
"Aku gapapa Kei, cuma nyeri biasa."

"Kamu beneran gapapa Ra?" Tanya Sam yang tak kalah khawatir.

"Sam..."

"Iya, kenapa Ra?"

"Usir orang ini. Dia bikin aku tambah sakit."

Aku pun menundukkan pandanganku. Rasanya begitu menyakitkan harus melihat wajah Nuca lagi.

Berat sekali untuk menerima kenyataan bahwa ternyata orang yang membuatku bahagia itu kini menjadi orang yang paling membuatku menderita.

***

Unlove you Where stories live. Discover now