Nomor 12 Tidak Suka

539 553 19
                                    

Lanita lekas berdiri, menyeka hidung dan pipinya yang basah oleh cairan sebening kristal. Kepalanya menoleh pada mobil Syahdan yang rupanya tak berpindah sedikitpun sejak tadi. Melihat kembali pada Rama yang masih menatapnya lurus-lurus. "Gue nggak papa. Lo pulang aja, Kak."

"Dan tinggalin lo sampe mati kedinginan di sini?" tanya Rama. Kepalanya menoleh pada pintu rumah yang sudah tertutup rapat. Rama yakin tak akan ada kesempatan bagi Lanita untuk diperbolehkan masuk, mengingat betapa jahatnya saudara Lanita itu.

Gadis bernama Lanita ini sudah berjasa dengan menolong hidupnya. Rama tidak mau membuat orang yang telah menyelamatkan nyawanya ini justru menderita. Rama ingin membalas budi.

"Ayo ikut gue." Rama menggandeng Lanita untuk beranjak.

"Ke mana? Ini udah malam. Lagian ini rumah gue." Tarikan Rama ia tahan. Lanita bertahan pada posisinya.

"Rumah adalah tempat pulang terbaik. Orang yang ada di dalamnya akan menyambut orang yang datang dengan suka dan mengantarkan orang yang pergi dengan cita. Tapi apa rumah lo? Lo sendiri yang bilang nggak semua orang dijadikan tempat pulang, termasuk rumah lo, kan?" terang Rama panjang lebar. Sengaja demi membuat pikiran Lanita agar terbuka lebar.

Syahdan mengklakson mobilnya. "Ayo buruan!"

Tora memunculkan kepalanya dari jendela. "Lanita, masuk sini."

Rama memandang Lanita lurus. "Ikut kita pulang."

"Oke, gue ikut. Tapi gue harus pergi ke rumah siapa?"

***

Perlahan lampu-lampu di setiap ruangan menyala. Menyinari semua sudut lalu sinarnya akan menyatu di sebuah lampu gantung besar di dekat tangga. Suasana rumah mewah kediaman Haidi terpampang jelas di hadapan Lanita.

"I-i-ini rumah Kak Rama? Rumah Kak Rama? Serius?" Mulut Lanita tak berhenti melongo, takjub dengan semua apa yang ada di hadapannya.

"Lo nggak mau tinggal serumah bareng Syahdan, kan?"

"Pake banget! Walaupun dia hokay, kalo tuan rumahnya macam dia, mending gue tidur di emperan toko." Dengus Lanita. "Tapi, gue kan bisa tinggal sama Kak Tora."

Rama berhenti melangkah, menoleh dengan tatapan tajam. "Lo mau tinggal bareng Tora?"

Lanita cengengesan. "Hehe, nggak jadi deh."

"Kenapa?"

"Kan gue sukanya sama lo." Lanita tersenyum lebar dan melangkah duluan menyusuri rumah besar ini, entah kemana sebenarnya tujuan Lanita.

Diam-diam Rama tersenyum dengan pipi merona. Menundukkan kepala sejenak untuk menutupi apa yang ada di kepalanya.

"Ayo gue anter ke kamar." Rama meliriknya sekilas, kemudian berjalan duluan kembali.

"Kak, tunggu." Lanita mengekor. "Tapi kok sepi? Mama Papa Kakak kemana?"

"Nggak punya," balas Rama tanpa ekspresi. Mereka mulai menaiki tangga.

"Jadi, ini rumah sendiri?" Lanita makin takjub.

"Bukan."

BEFORETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang