Nomor 35 Kepulangan Lanita

128 101 11
                                    

Lapangan futsal sudah diisi oleh para pemain. Hari ini adalah kompetisi antara SMA Tarumanegara dan SMA Merdeka, rencananya akan diselenggarakan seminggu yang lalu, namun karena hambatan di lapangan, makanya baru bisa dilaksanakan sekarang.

Rama ditemani oleh Sandi dan Syahdan yang ikut bermain, mereka sudah mengenakan pakaian futsal berwarna putih dengan nomor punggung masing-masing.

"Ngapain lo main di sini, penjahat! Pergi lo!"

"Huuuu!"

Seruan itu muncul dari tribun, para penonton bersorak kesal karena melihat Rama bermain. Di satu sisi sebenarnya masih ada yang menyoraki Rama dengan bahagia, seperti:

"Kak Rama terbaik! Kak Rama terbaik! Yang hina kayak taik!" seru mereka lantang, bisa dilihat bahwa fans Rama tidak semua mati.

Pluit wasit berbunyi, semua pemain diperintahkan masuk ke lapangan. Syahdan menepuk punggung Rama, memberi semangat dan tersenyum.

Sepanjang pertandingan, tidak seperti biasanya, lawan kali ini justru sengaja menjatuhkan Rama. Mulai dari yang mendorong bahu Rama, menyandung, bahkan sampai menarik baju Rama agar mundur dengan kasar. Rama yang melihat mereka jadi tahu alasannya.

Oleh karena itu, Rama mencoba tetap bermain suportif dan menghindar dari para lawan yang mencoba menjatuhkannya. Di menit ke 25, bola berhasil masuk ke gawang.

"GOOLLLL! KAK RAMA TERBAIK! KAK RAMA TERBAIK! YANG LAWAN KAYAK TAIK!" seru suporter.

Sandi merangkul Rama, tersenyum lebar. Pluit pun kembali berbunyi, semua pemain kembali beradu memperebutkan bola. Dari sisi kanan, Syahdan muncul dan menggiring bola, lalu mengoper pada teman mainnya, dan dioper lagi ke arah Rama untuk menghindar dari lawan yang mencoba merebut.

Rama telah mendapatkan bola, ia terus membawanya, tapi karena ada lawan yang berusaha merebut, Rama memutar tubuh dan membawa bola ke tengah gawang. Para penonton bersorak heboh dengan tindakan itu. Ketika jarak gawang tinggal sedikit lagi, Rama yang sudah fokus untuk menendang, langsung mendapat serangan.

Tubuh Rama terguling sejauh dua meter, tubuhnya tadi tiba-tiba didorong dengan menggunakan kaki. Suporter langsung berdiri dengan pandangan terkejut.

"Woi, lo sengaja kan?!" Sandi mendorong tim lawan yang tadi sengaja mendorong Rama. Keributan pun terjadi.

Syahdan membantu Rama berdiri, tapi karena semua tim lawan mengerubungi, mereka pun saling dorong-mendorong.

"Lo yang jatuh!"

"Dia nggak akan jatuh kalo lo nggak tendang bangke!"

"Jangan asal nuduh lo!"

"Heh, setan!"

Tak terima dikatai, salah satu tim lawan pun memukul Sandi. Alhasil semua yang ada di lapangan saling adu jontos.

"Udah! Udah!" Rama mencoba melerai Sandi dan tim lawan, tapi saat melerai dia malah kena tinju di pipi.

Suasana berubah hening. Rama menatap lawannya dengan tajam.

"Apa? Sini lo!" Tak takut, si lawan dari SMA Merdeka ini menantang Rama. "Ngapain bawa nama sekolah? Sekolah lo pada aja hancur, nggak bener muridnya, termasuk ketua osisnya yang kek anjing ini!"

Rama memukul wajah si lawan. Melihat pertarungan itu, semua anggota tim SMA Tarumenagara menyerang tim SMA Merdeka. Lapangan yang harusnya menjadi tempat mengoper bola, justru berubah jadi ring tinju.

"Serang!"

Tribun tiba-tiba kosong, sebab para penontonnya masuk ke lapangan dan menyerang orang-orang yang mereka anggap bersalah. Fans fanatik Rama pun turut ikut, mereka menjambak tim lawan, menjewer telinga mereka, bahkan dengan sengaja menghancurkan alat kelamin mereka.

BEFORETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang