Chapter 3: Jeon Jungkook falls in love.

1.8K 325 48
                                    

"Selamat malam, Hyung, hati-hati di jalan!"

"Kau yakin tidak mau aku menginap malam ini?"

Jungkook lekas menggeleng dan mendorong Yoongi keluar dari pintu apartemennya. Kakaknya mendengus, marah tapi juga geli pada sikap Jungkook. "Tidak, tidak. Aku bisa sendiri, oke? Lagi pula kau harus bekerja besok."

"Aku bisa berangkat dari sini, ada beberapa bajuku di lemarimu." Goda Yoongi lagi mengaitkan tangannya di kusen pintu dan Jungkook mengerang keras dan dramatis, mengundang senyuman kecil di bibir Yoongi.

"Aku tidak tahu bajumu kutaruh dimana, Hyung, dan menurutku kau lebih baik berangkat dari apartemenmu sendiri, ya, kan? Maksudku berjaga-jaga jika ada barang yang harus kaubawa dan tidak ada di apartemenku." Jungkook masih mencoba dan Yoongi akhirnya terkekeh serak.

"Baiklah, Nak. Katakan saja kau akan menelepon... siapa tadi? Kim Taehyung? Dan menjerit-jerit seperti anak SMA. Alasan itu jauh lebih mudah mengusirku dari sini." Katanya melepaskan lengannya dari kusen pintu dan berdiri di depan pintu, merapikan jaketnya dan menggunakan topi untuk menutupi rambutnya dari hujan gerimis di luar.

"Tidak!" seru Jungkook terlalu keras hingga suaranya menggema di lorong, gaungnya memantul di sudut ruangan dan kembali ke telinganya sendiri dan membuat wajahnya memerah. Dan Yoongi terkekeh serak lalu mengulurkan tangannya untuk meremas bahu Jungkook dengan hangat.

"Jaga dirimu, oke? Aku mencintaimu." Katanya dengan ketulusan baru yang membuat Jungkook terkejut. Lalu kakaknya menurunkan tangan dan berbalik, melambai hangat dan berlalu.

"Hati-hati, Hyung! Aku juga mencintaimu!" Jungkook melambai pada Yoongi yang menghilang di sudut lorong sebelum menutup pintu apartemennya dan menghela napas.

Dia kekenyangan dan sekarang mengantuk sekali. Jungkook terseok-seok ke kamar seraya menjaga lengannya agar tidak bergesekan dengan pakaiannya. Rasanya nyeri dan berkedut-kedut; menurut Yoongi hal itu merupakan respon alami tubuh terhadap lukanya. Besok lukanya akan lebih baik dan menyarankan Jungkook untuk pergi ke sana setidaknya tiga hari lagi untuk memberi waktu lukanya sembuh. Dia juga meninggalkan setoples gel lidah buaya sejuk yang digunakan Jungkook tadi disekitar lukanya karena bagian gambarnya masih terasa sakit jadi dia mengurungkan niatnya untuk membubuhkan gel lidah buaya ke sana.

Jungkook meraih ponselnya, berpikir sejenak sebelum akhirnya menekan nomor Taehyung yang diberikan padanya tadi. Nada sambung terdengar dari seberang sana dan Jungkook berbaring di ranjangnya seraya menanti. Pada dering keenam, telepon akhirnya diangkat.

"Halo, dengan Kim Taehyung."

"Halo, Hyung." Balas Jungkook dengan cengiran lebar di bibirnya walaupun dia tahu Taehyung tidak bisa melihat senyumannya lewat telepon. Dia berguling lalu berteriak tanpa suara saat tato anyarnya bergesekan dengan seprai. Melompat duduk, dia meniup-niup lukanya sementara di seberang sana Jungkook mendengar suara keresak plastik kemasan.

"Jungkook," suara Taehyung terdengar lega dan manis ditingkahi suara keresak tadi yang Jungkook duga adalah makan malam Taehyung. "Bagaimana lukanya? Apakah bengkak?"

Jungkook mengamati lengannya dan menggeleng secara otomatis dan meringis karena perih yang dirasakannya akibat bergesekan dengan seprai kasurnya tadi. "Hanya sedikit nyeri tapi kata kakakku itu oke."

SpellboundWhere stories live. Discover now