Chapter 18: Jeon Jungkook has saved Samhita.

3K 315 125
                                    

Ada yang salah.

Taehyung yakin ada yang salah.

Kenapa mati terasa sehidup ini? Apakah karena dia sudah hidup begitu lama sehingga kematian terasa terlalu hidup dan tidak asing? Kenapa jantungnya masih terasa berdetak? Kenapa darah masih terasa berdesir di telinganya sendiri?

Apakah dia memang mati?

Dia ingat hal terakhir yang dilakukannya. Apakah itu hal yang wajar terjadi? Bukankah orang mati melupakan semua kenangan hidupnya? Dia ingat menggunakan rune bunuh diri dengan mengeluarkan seluruh tenaganya, menjadikannya ledakan tenaga yang sangat kuat dan bisa menghancurkan siapa saja dan apa saja yang tidak terlindungi oleh runenya sendiri.

Inilah yang digunakannya untuk membunuh Atharva berpuluh tahun lalu namun kali ini, dia melipatgandakannya demi membunuh dirinya sendiri bersamanya. Dia merasakan seluruh ototnya meleleh karena kekuatan rune itu, Taehyung ingat dia meraung—sakit sekali. Hidup berabad-abad, Taehyung begitu asing pada rasa sakit melumpuhkan itu. Sakit yang membuat otaknya kram dan mati rasa, sakit yang membuat seluruh tubuhnya terasa seolah sedang dicabik hidup-hidup. Terbakar. Dihabisi.

Namun dia lega, dia senang karena bangsanya, Samhita akan baik-baik saja dalam lindungan rune yang diberkatinya sebelum perang. Rune perlindungan. Namun Atharva dan Taehyung sendiri akan hancur bersama rune itu—pengorbanan yang harus dilakukannya demi menyalamatkan seluruh bangsanya. Hal yang dilakukan ayahnya malam saat Atharva membantai keluarga mereka dan dia berharap rune ini cukup kuat untuk memutus kehidupan yang mengaitkan Jungkook pada jantungnya.

Dan membuatnya kembali menjadi manusia biasa.

Taehyung tersenyum, sekarang semuanya akan baik-baik saja, 'kan?

Atharva sudah dipukulnya mundur dengan ledakan kekuatan kuno terakhirnya, Jungkook sudah kembali menjadi manusia dan Samhita selamat. Maka inilah saatnya Taehyung mundur dari keabadian—toh, sudah cukup banyak hal yang dilakukannya selama ini. Dia merengkuh kematian itu dengan senang hati, mengakhiri waktunya yang panjang dan tidak terbatas.

Maka dia membuka matanya.

"Akhirnya."

Taehyung mengerjap. "Kau mati juga, ya?" Tanyanya pada sosok di depannya yang mendengus panjang, menyesap teh dari buah keringnya yang tercium memuakkan. Dia mengamati ruangan di sekitarnya dan mengerutkan alis. "Ini... kehidupan setelah kematian?" Cemoohnya. "Jelek sekali."

Dia berbaring di sebuah ruangan yang didominasi warna gelap. Ada jendela besar di sisi Seokjin, dari arah cahaya sepertinya ini sudah sore menjelang senja. Langit mulai berwarna jingga keemasan dan matahari mulai turun. Meja di sisi kepala ranjangnya terisi lilin aromaterapi yang Taehyung tahu adalah milik Seokjin karena siapa lagi yang menggemari hal-hal beraroma menyengat begitu kecuali Seokjin?

Tangannya meraba kasur tempatnya berbaring dan merasakan teksturnya yang lembut di atas kulitnya. Lentur, nyaman dan beraroma lembut pengarum. Taehyung menghela napas dalam-dalam, merasakan bagaiman napas memasuki hidungnya, berdesing memasuki paru-parunya yang mengembang.

Dia merasa sangat hidup. Apakah kematian sungguh terasa seperti ini?

Seokjin, sosok di depannya memutar bola mata. "Sebelum kau mengajukan tuntutan ke Tuhan tentang janji palsu mengenai kehidupan setelah kematian yang indah dengan malaikat seksi yang menyuapimu buah anggur seolah makhluk seperti kita memilikinya, sebaiknya kau mengecek dirimu dulu. Bagaimana keadaanmu?"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 17, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

SpellboundWhere stories live. Discover now