Chapter 5: The Eagle Union

293 9 8
                                    

Laut biru sepanjang mata memandang dengan langit yang biru berserta awan putih seperti kapas di Samudra Pasifik, deburan ombak tercipta saat sebuah kapal memecah gelombang yang ada di depannya. Seluruh kru kapal sedang sibuk dengan tugas mereka masing-masing, membersihkan kapal, mengecek kargo, koki mempersiapkan makanan untuk semua kru kapal, dan kru yang menjaga ruang mesin untuk mencegah kerusakan. Sementara di ruang anjungan beberapa kru bertugas di bagian radar, sonar, komunikasi, dan cuaca dengan kapten yang selalu memantau kondisi perairan di sekitarnya.

Kapal tersebut bernama USS Ferrari, Saat ini kapal tersebut bergerak menuju kepulauan Hawaii, membawa logistik vital untuk menunjang militer Amerika disana. Semenjak berlayar dari San Francisco kapal tersebut memaksimalkan kecepatan sampai 100 knot, untuk menghindari sergapan armada Siren. Ukuran kapal logistik militer secara umum sama dengan kapal barang lainnya yaitu medium, tetapi kapal ini dilengkapi dengan sonar dan radar yang kuat serta pertahanan anti udara. Kecepatan kapal khusus ini menggunakan perpaduan tenaga nuklir dan mesin yang diperuntukan untuk pesawat jet, dengan mekanisme yang sangat rumit sehingga kecepatan hampir bisa menyamai mobil balap sekelas Ferrari, di tambah dengan empat turbin jet membuat kecepatan baling-baling kapal menjadi kencang. Sehingga kapal ini mampu menempuh jarak ribuan mil hanya dalam waktu 24 jam. Meskipun dengan kecepatan tinggi, kapal ini tidak bergoyang hebat karena sistem pengaturan air di bagian sisi kanan dan kiri lambung kapal, karena kapal sudah di desain memiliki lambung 2 lapis. Dengan demikian jika ada gelombang yang datang dari sisi kanan maka otomatis air akan mengisi lambung sisi kiri begitu juga sebaliknya untuk menjaga keseimbangan.

Vendeta sedang berada di kamarnya, ukuran kamar untuk kapten bisa diakatakan. Karena dia satu-satunya yang memiliki pangkat yang tinggi di dalam kapal, jadi dia mendapat perlakuan yang cukup tinggi. Saat pertama menaiki kapal beberapa jam yang lalu dia disambut seorang kapten yang bernama Dwayne, dia pria bertubuh kekar dan kepalanya botak berumur 47 tahun. Pertama kali melihatnya Vendeta merasa terintimidasi dengan tubuh besarnya, dia berpikir Dwayne akan mudah membuat orang pingsan hanya dengan sekali tampar menggunakan tangannya.

Namun saat Dwayne bertatap muka dengannya dia langsung menjabat tangan Vendeta dengan kuat dan tersenyum sambil memperkenalkan dirinya. Vendeta diajak berkeliling kapal USS Ferrari olehnya dan tanpa Vendeta sangka Dwayne orang yang sangat humoris dan perhatian terhadap bawahannya, dia juga mulai mengingatkan dirinya 'jangan menilai buku dari sampulnya'. Setelah dia mengelilingi kapal bersama sang kapten, Vendeta kemudian diantar ke kamarnya.

Saat ini Vendeta sedang beristirahat di kamarnya mengenakan celana panjang putih dan kaos oblong putih bertuliskan US NAVY, dia sedang tiduran di kasur dan sesekali melihat Hpnya. Jam menunjukan baru pukul 04.00 sore, namun rasa bosan mulai muncul di diri Vendeta.

Vendeta: "Hah, aku bosan di kamar terus...." *gumamnya.
Vendeta: *memegang tangan kanan. "Cengkraman tangan Dwayne sungguh kuat, untungnya aku dapat bertahan berjabat tangan dengannya. Jika tidak, tangan kanan ku ini bisa keseleo." *tertawa kecil. Dia mengingat saat pertama bersalaman dengan Dwayne dan bersyukur tangannya tidak cidera.
Vendeta: "Mungkin berjalan-jalan berkeliling kapal akan menghilangkan rasa bosan ini."

Dia pun bangun dari tempat tidurnya kemudian mengambil sweather berwarna grey camo dari dalam kopernya dan memakainya, lalu berjalan keluar dari kamar. Vendeta berjalan di koridor dalam kapal, dia bertemu beberapa kru dan mereka langsung hormat saat melihat Vendeta. Wajar bagi para kru karena pangkat Vendeta adalah Letnan Kolonel, namun bagi Vendeta dia masih belum terbiasa dan mungkin dia juga harus mulai beradaptasi dengan pangkatnya.

Vendeta naik ke atas dek ingin keluar dari dalam untuk melihat bagian luar kapal, dia mendekati pintu dan mencoba membukanya. Namun sesaat kemudian Vendeta menyesal karena telah membuka pintu.

Azur Lane: Panggilan TugasWhere stories live. Discover now