Chapter 6: Glory of Royal Navy

399 12 8
                                    

London.
Pukul 07.00 AM

Di sebuah rumah di pinggir kota London, seorang gadis sedang mengenakan seragam perwira angkatan laut setelah sarapan bersama ke dua orang tuanya.

Echalyn: "Hmm, apakah sudah rapih?" Dia melihat ke kaca sambil menyesuaikan seragamnya.
Echalyn: "Aku sedikit gugup..." *melihat bingkai foto di meja.
Echalyn: Kakak.... Saat pikiran Echalyn mulai kosong tiba-tiba ibunya memanggil.
Ibu: "Echalyn, ada yang datang menjemputmu."
Echalyn: "Ah, baik ibu aku akan segera turun." Dia mulai memeriksa barang bawaannya kembali di koper miliknya, setelah yakin sudah tidak ada yang tertinggal Echalyn menutup kopernya. Sebelum menutup koper dia melihat kembali ke arah bingkai foto, lalu mengambilnya dan memasukan ke dalam koper kemudian segera turun ke bawah.

Sementara itu di ruang tamu.

Setelah sarapan pagi Ayah Echalyn, Leo duduk di ruang tamu sambil membaca koran pagi. Kemudian terdengar suara bel pintu berbunyi, dia berjalan ke arah pintu depan dan mengintip dari balik gorden. Saat dia melihat siapa yang datang Leo segera membuka pintu dan menyambutnya.

Leo: *membuka pintu. "Laksamana Reinhard, selamat datang."
Reinhard: "Terima kasih tuan Leo, saya datang untuk menjemput Echalyn."
Leo: *mengangguk. "Tentu, silahkan masuk dan duduklah." Leo lalu menyuruh istrinya Emilly untuk memanggil Echalyn.
Leo: "Anda ingin minum teh tuan Reinhard?" Mereka duduk di sofa saling berhadapan.
Reinhard: "Tidak terima kasih, Saya sudah minum sebelum datang ke sini." Kemudian Emilly keluar dari dalam ruang keluarga.
Emilly: "Oh, Laksamana Reinhard anda sudah tiba." *tersenyum.
Reinhard: *mengangguk. "Nyonya Emilly."
Emilly: "Tunggu sebentar saya akan memanggil Echalyn."

Emilly naik ke lantai 2 dimana kamar Echalyn berada, sementara ayahnya dan laksamana berbincang-bincang sedikit di ruang tamu.

Leo: "Sudah beberapa waktu kita tidak bertemu."
Reinhard: "Itu benar tuan Leo, tugas yang terus menumpuk di Angkatan Laut membuat sedikit kerepotan."
Leo: "Tapi, saya berterima kasih atas segalanya yang anda lakukan untuk keluarga saya khususnya Echalyn."
Reinhard: *Tertawa kecil. "Anda membuat saya enak. Semua yang saya lakukan karena rasa bangga yang tinggi terhadap kakaknya karena memiliki adik yang punya usaha dan semangat yang sangat besar untuk mencapai cita-citanya."
Leo: "Ya, semenjak kepergian kakaknya dia banyak berubah. Menjadi pekerja keras dan pantang menyerah....kecuali..." *sedih.
Reinhard: *Melihat Leo. "....Apa dia masih...meratapi kepergiannya?"
Leo: "Bisa dibilang begitu, dia sering melamun dan pikirannya kosong. Bahkan terkadang air matanya sampai menetes." *menghela nafas.

Reinhard hanya bisa diam saat mendengar ini, memang tidak bisa dipungkiri Echalyn sangat menyayangi kakaknya. Dia mengingat saat pemakaman Ferry, Echalyn menangis tersedu-sedu di bangku bawah pohon. Reinhard melihat kondisi dan perasaan Echalyn seperti kaca yang hancur berkeping-keping. Dia tidak sempat untuk menghiburnya waktu itu karena ada pertemuan mendesak di kementrian pertahanan. Setelah beberapa tahun, sepertinya Echalyn masih berat untuk melepas kepergiannya.

Beberapa menit kemudian Echalyn turun dari kamarnya ke ruang tamu untuk bertemu Laksamana Reinhard, saat dia memasuki ruang tamu dia melihat Laksamana sedang mengobrol dengan ayahnya lalu menyapa Laksamana.

Echalyn: "Selamat pagi Laksamana."
Reinhard: *Melihat Echalyn. "Pagi juga Echalyn, kau terlihat sangat rapih."
Echalyn: "Terima kasih Laksamana." *sedikit malu.
Leo: "Putriku sungguh gagah dan cantik dengan seragam perwiranya." *tersenyum.
Echalyn: *Merona. "A-ayah hentikan! Kau membuatkku malu!" Melihat reaksi Echalyn membuat ayahnya dan Laksamana tertawa.
Emilly: "Sudah kalian berdua hentikan, jangan menggodanya. Ini Echalyn." Memberikan bekal makanan untuk Echalyn.
Echalyn: "Ibu ini...."
Emilly: "Karena kau seorang perwira yang akan ada banyak melaksanakan tugas nanti, aku membuatkan makanan kesukaan mu untuk terakhir kalinya." *tersenyum.
Echalyn: "Terima kasih, Ibu." *memeluk ibunya.

Azur Lane: Panggilan TugasWhere stories live. Discover now