-Hope (1)-

3.1K 277 38
                                    

By: qwrlrp
warn:
⚠️; Cerita ini dibuat murni dengan pemikiran sendiri, kalau misal 'mirip' sama cerita yang lain, mungkin hanya kebetulan.
⚠️; Banyak wordsnya, ati-ati ngantuk
⚠️; Bagi yang sensitif sama konten self harm, bundir, atau sebagainya bisa minggir
⚠️; Author tidak menyediakan tissue merek apapun (sepertinya ceritanya sedih, tapi gatau ngena atau engga)
⚠️; Cerita ini di buat seorang prematur

note:
disini Haechan aku tempatin sebagai orang yang punya PTSD karena dia sempet di bully dan bikin dia stress, tapi dia ga dirawat dengan tepat (kek contohnya dimana orang tuanya gapeduli sama dia). Dan yang aku cetak miring-miring itu, itu semacam flashbacknya Haechan ke masa-masa lalunya yang 'buruk'

•°'.

"Jungwoo" ucap Haechan.

Haechan adalah murid sekolah Neo Culture dengan nilai yang tidak seberapa, meskipun tidak hancur dan membuat rapot kebakaran. Sebenernya ia tidak ingin sekolah disini, namun jika orang tuanya memaksa, ia bisa apa?

"Jungwoo" ucap Haechan lagi.

Jungwoo-teman sekelas Haechan-yang sedari tadi di panggil Haechan tidak menyahut, sungguh Haechan mulai ragu, apakah ia berbuat salah?

"Nanti ya Chan" balas Jungwoo, lalu pergi begitu saja keluar kelas.

Sungguh apa yang ia lakukan sehingga ia ditinggal? Apa ia terlalu mengganggu? Atau Jungwoo sudah tidak mau lagi berteman dengannya?

Haechan termenung dengan segala pikiran buruknya sendirian, ia memang banyak memikirkan segala sesuatu yang terjadi di hidupnya. Meski ia sering terlihat cerah dan di juluki "sunshine" oleh banyak orang, ia masih merasa ia selalu melakukan kesalahan. Seperti saat dimana orang tuanya mengacuhkan dia saat ia ingin bercerita bahwa ia di bully karena dirinya berkulit 'tan', percayalah karena hal itu ia menjadi tertutup karena menurutnya ia 'mengganggu' orang tuanya.

Haechan yang merasa kesepian pun mengajak Jaemin-teman sekelasnya yang lain-untuk keluar, karena memang sikap Jaemin yang bergaul dengan siapa saja dan mudah bosan, tentu saja Jaemin meng-iya-kan ajakan Haechan untuk berjalan-jalan mengelilingi sekolah.

Haechan dan Jaemin bercanda tawa dengan riang, sampai saat dimana mereka melewati lapangan basket, disana ada geng seniornya yang isinya anak-anak yang sangat populer.

"Heh burik, sini lu" ucap salah satu anggotanya, Johnny.

Jaemin yang sadar akan apa yang akan terjadi jelas melindungi Haechan, ia tidak terima teman sekaligus mood booster-nya di bully.

"Heh cungkring, ngapain si lu jalan sama si burik, gosa so baik lu" ucap anggotanya yang lain Taeyong kepada Jaemin.

Jaemin pun melihat Haechan yang menatapnya dengan tatapan 'aku tidak apa-apa' seakan Haechan sudah kebal di bully seperti itu. Akhirnya Jaemin yang tidak tahu harus berbuat apa hanya bisa diam melihat matahari kecil yang menjelma sebagai teman baiknya itu di bully oleh kakak kelas mereka.

•°'.

Jaemin sudah di kelas, dan sekaligus adalah pelajaran seorang guru killer, dan lebih parahnya lagi, Haechan belum kembali sehabis di bully oleh kakak kelasnya itu.

Tiba-tiba saat guru itu sedang berbicara, Haechan masuk di kelas dengan penampilan yang sangat-sangat menyedihkan, rambutnya yang berantakan, lebam di pipinya yang sepertinya baru saja di obati, serta lecet yang berada di siku tangan kanannya.

find it | markhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang