66

2K 195 169
                                    

Karena, sekuat apapun kita memaksa hati untuk tidak peduli, Pada akhirnya, akan tetap ada satu perasaan, yang membuat kita tak pernah benar-benar sanggup mengabaikan.

Patahan.Ranting
-

Rian Ardianto POV.

Aku menghela nafas lega, saat berhasil menjelaskan kepada papa Anya perihal pertengkaranku dengan Anya, minggu lalu.

Melalui panggilan telpon lintas negara yang kami lakukan hampir 2 jam, aku menceritakan semua yang terjadi mulai dari permasalahan awalku dengan Anya.

Aku juga sangat meminta maaf kepada papa Anya, atas sikap kasarku kepada Anya.

Aku pikir, pembahasan yang kami lakukan akan berlangsung cukup alot, tapi yang aku dapatkan justru sebaliknya, papa Anya bersikap sangat baik terhadapku dan menasehatiku perihal sikap Anya yang memang masih memiliki ego tinggi, jika sudah menyangkut perasaan.

Papa Anya juga cukup memberikan masukkan kepadaku, bagaimana cara menghadapi perempuan seperti Anya, yang menurut Papa Anya mirip sekali dengan sang Mami.

Aku cukup terbantu untuk itu, namun aku masih merasa bersalah, dengan apa yang sudah terlontar dari mulutku kepada Anya saat itu.

Aku juga cukup sadar, bahwa memang benar baik aku ataupun Anya memang sama-sama belum bisa bersikap dewasa dan belum membuat komunikasi yang baik diantara kami berdua, mungkin Break yang Anya minta kemarin itu untuk membuat kami sama-sama sadar dan intropeksi diri bahwa memang aku dan Anya perlu waktu untuk memikirkan semuanya.

Aku dengan permasalahan yang gampang cemburu, dan Anya dengan sikap keras kepalanya.

Selain mendapat telpon dari Papa Anya, aku juga mendapat telpon dari Disa yang meminta maaf kepadaku, ia merasa bersalah sudah mengajak Anya ketempat itu, dan Aku pun memaafkannya. Aku pikir, salahku juga yang tidak mendengarkan penjelasan Anya, dan malah tersulut emosi yang merasuki ku saat itu.

Jujur saja, Aku sangat merindukan Anya saat ini, namun tidak bisa melakukan apapun. Terakhir kali aku berkomunikasi dengan Anya, saat aku mengucapkan selamat ulang tahun kepada Anya itu pun sudah lewat hampir 4 hari.

Bucket yang aku pesankan lewat Leo pun, sudah sampai ditangan Anya. Walau aku tak tahu Anya menyimpannya atau tidak, tapi setidaknya Aku sudah melakukan hal yang bisa aku lakukan disaat keadaan hubunganku, dan Anya yang belum bisa dikatakan membaik.

Mungkin, sepulang dari Swiss nanti, aku akan mencoba untuk berbicara kepada Anya secara langsung.

Karena saat Anya tidak ada di sisiku, rasanya sangat aneh sekali.

Saat ini, aku sudah berada di Swiss untuk mengikuti tournament Swiss open.

Aku sekamar dengan Koh Hendra kali ini, dikarenakan Kevin/Marcus tidak mengikuti tournament super 300 ini.

"Yan, bilangin ke Anya ya, terimakasih oleh-oleh mainan dan baju dari New York nya, RRR girang banget" suara Koh Hendra menyadarkanku dari lamunan.

"Ah... apa koh?" Tanyaku lagi.

"Tolong bilangin makasih ke Anya, karena udah kasih oleh-oleh untuk RRR" ucap Koh Hendra lagi.

'Ah, gimana mau bilang koh, aku saja break dengan Anya' gumamku dalam hati.

Memang Koh Hendra tidak mengetahui perihal hubunganku, hanya orang-orang terdekat saja, karna aku memang tidak ingin semua orang tau.

"Iya Koh, nanti dibilangin ya" ucapku basa-basi.

"Ayok, berangkat ke hall yok" ajak Koh Hendra.

Ya, hari masih pagi disini, aku dan tim Indonesia memang sudah tiba di Swiss sejak semalam, jadi sekarang kami akan melakukan latihan sekaligus tes lapangan.

Lose One's Heart | Rian Ardianto ✔Where stories live. Discover now