81

2.3K 190 116
                                    

Saat hari-hari gelap datang rasanya terasa berat,
Seperti tidak ada jawaban
tenang...
Perlahan kita temukan jalan

Sesak kata

-

Rian mencoba bangkit, ia dan Fajar mendapat peringatan keras dari Koh Herry, terkait performa mereka yang menurun di beberapa turnamen terakhir, hasil yang buruk menghantui mereka, sampai sekarang ini.

Rian dan Fajar juga membatasi penggunaan social media mereka, terutama Rian yang memilih untuk tidak membuka social media miliknya yang isinya kalimat-kalimat menyesakkan dada, jika dibaca.

Fajar pun mengikuti jejak Rian, lebih memilih berkomunikasi dengan keluarganya yang berada di Bandung, juga sesekali mengusili Rian yang sedang dalam sesi curhatnya bersama Anya.

Hari ini, mereka melakukan sesi latihan terakhir yang berlangsung setengah hari, setelahnya Rian berkonsultasi dengan salah satu psikolog yang bertugas di pelatnas PBSI, bapak Rachman Widohardhono.

Rian melakukan konsultasi untuk memperkuat jiwa, serta mentalnya menjelang World Champion, atau Kejuaraan Dunia, yang merupakan salah satu turnamen bergengsi bagi para atlet badminton.

Sesi konsultasi antara Rian dengan Psikologi PBSI tersebut berlangsung selama satu jam, Rian mendapatkan berbagai macam nasihat, dan keyakinan untuk dirinya, agar tampil lebih percaya diri, dan tidak memikirkan perkataan orang lain.

Rian mendengarkan dengan baik, nasihat yang diberikan, serta motivasi untuk dirinya agar bangkit kembali.

"Kamu itu punya kemampuan Rian, tinggal bagaimana kamu meyakinkan diri kamu, kalau kamu itu bisa. Karena hal pertama yang harus kamu lakukan adalah yakin dengan diri sendiri"

"Kemampuan kamu tidak jauh berbeda dengan para senior kamu disini, kamu hanya perlu fokus dengan apa yang di depan mata kamu, tidak usah mendengarkan perkataan orang lain, yang malah membuat kamu terpuruk. Karena mereka hanya bisa berkomentar, tanpa tau seberapa keras kamu latihan disini, seberapa banyak pengorbanan yang sudah kamu lakukan hingga bisa sampai di titik ini, kamu bisa Rian, kamu harus yakin!" Rian menganggukkan kepalanya, dan dalam hati meyakinkan dirinya bahwa ia bisa mendapatkan medali apapun, dalam kejuaraan dunia kali ini.

"Terimakasih pak, untuk nasihat serta motivasi yang sudah pak Rachman berikan, saya menjadi yakin kembali, kalau saya bisa" Rian mengulas senyumnya, di hadapan pak Rachman yang ikut tersenyum.

"Sama-sama Rian, saya yakin kamu bisa. Ayo bangkit, dan tunjukkan sama mereka yang membuat kamu terpuruk seperti sekarang ini, kalau kamu bisa. Setelah ini, hubungi keluarga, serta kekasih kamu. mintalah doa dari orang-orang terkasih kamu" Ucap Pak Rachman, sambil menepuk pundak Rian pelan.

Setelahnya, Rian pun pamit meninggalkan ruangan pak Rachman. ia berjalan kembali menuju wisma putra, untuk beristirahat sejenak, sebelum nanti agak sore ia pergi memangkas rambutnya.

Sampai di Wisma, Rian berpapasan dengan Leo serta Daniel yang berjalan, berlawanan arah dengan Rian.

"Mas!" Sapa Leo.

"Apa?"

"Mau ke kamar?" Rian mengangguk sebagai jawaban.

Lose One's Heart | Rian Ardianto ✔Where stories live. Discover now