3 - Cooking Club

67 15 7
                                    

Takuya berlari kecil menerobos kerumunan siswa yang keluar dari kelas. Matanya tertuju pada gadis yang berjalan menghentakkan kaki tak begitu jauh dari pintu.

"Permisi, permisi!"

Tanpa mempedulikan tatapan dan komentar orang-orang, Takuya terus mengikuti (F/N) sepanjang koridor. Berkat kaki panjangnya, menyusul langkah (F/N) dengan cepat bukan hal sulit baginya.

"Hah... hah... tunggu, dong!" Takuya menarik sedikit lengan seragam (F/N).

"Males," sahut (F/N), menjulurkan lidah sedikit, lalu menggoyangkan lengannya agar tangan Takuya lepas.

"Masih marah?" Takuya mulai memperlambat langkahnya, menyamakan jarak dengan (F/N).

"Hm," sahut (F/N) singkat. "Tidak terlalu. Ngapain tarik-tarik bajuku begitu, sih?"

"Kukira kau bakal menjauh," jawab Takuya, masih menatap (F/N) yang masih merengut.

"Bagaimana mungkin?" (F/N) mulai menatap Takuya. "Jerapah kan, temanku."

Mata Takuya berbinar mendengar pernyataan dari mulut gadis itu. "Aku tersentuh~ jadi, apa sekarang (F/N)-chan memaafkan aku?"

"Hmm," (F/N) mengambil jeda sebentar, "tidak."

"Yahh...."

"Tidak mungkinlah aku tolak," ujar (F/N). Masih lanjut jalan. "Sebenarnya sih, masih kesal. Tapi apa boleh buat?"

Takuya langsung mengacak rambut (F/N) begitu (F/N) merengut."Hahaha, makasih!"

Mereka berdua terus menyusuri koridor sekolah bersama beberapa kerumunan siswa lain. Namun, saat kelompok siswa tersebut memasuki sebuah pintu yang cukup besar, (F/N) masih terus jalan, sedangkan Takuya berhenti, mengamati papan nama ruangan yang terpajang di dekat pintu.

Tepat beberapa meter dari pintu ruang klub, (F/N) berhenti, matanya tertuju pada sosok si ketua OSIS yang sedang menepuk punggung anak anjing.

"Hwaa--"

"Oi, oi," panggil Takuya dengan muka datar. "Lewat, lewat!"

"Oh!" (F/N) menyadari sesuatu, lalu berbalik menghampiri sebuah pintu besar. Takuya sudah berdiri sejak tadi di dekatnya. "Disini, toh."

"Cepat amat jalannya, kayak mau ke ujung dunia saja," sindir Takuya, "padahal ruangannya di sini."

(F/N) melirik papan bertuliskan klub memasak tepat di atas kepalanya.

"Sudah, yuk masuk!" Takuya menarik (F/N) yang masih tertinggal di depan pintu.

Anggota yang didominasi anak kelas satu berpencar menuju lemari tempat seluruh perlengkapan yang diperlukan dalam ekstrakurikuler ini seperti celemek dan topi koki. Takuya sesekali membantu (F/N) mencari dan mengingat lemari dan rak-rak peralatan memasak, juga tempat bahan dan bumbu-bumbu tertentu.

"Oi, nih topi," ujar Takuya yang meletakkan topi putih tinggi itu di kepala (F/N).

"Oh, makasih," sahut (F/N) yang kemudian mencoba mengikat tali belakang celemek.

"Mau aku bantu?" tawar Takuya yang langsung dibalas gelengan kepala oleh (F/N).

"Ga usah, bisa sendiri."

"Oh, gitu." Terdapat sedikit rasa kecewa dalam nada bicara Takuya, "ya sudah, deh. Aku duluan." Ia pergi ke barisan meja yang kemudian diikuti oleh (F/N) seperti induk ayam.

Banyak orang berpendapat bahwa anak seperti Takuya seharusnya masuk klub olahraga seperti basket atau semacamnya. Namun, kecintaan Takuya akan hobinya membuat kari dan makanan berkuah menjadi motivasinya untuk mendaftar ke klub memasak.

Sementara (F/N) berpikir ia tidak tahu klub apa yang cocok untuk orang sepertinya. Sehingga ia memutuskan untuk satu klub dengan sahabatnya saja, hitung-hitung kegiatan tambahan setelah belajar. Pikirnya.

"Sayang sekali, adik-adik. Hari ini kakak yang biasa membina klub ini sedang jatuh sakit," jelas salah satu siswi senior. "Tapi, berita baiknya, kami sudah menemukan orang yang akan menggantikannya." Senior tersebut mengakhiri pengumumannya dengan senyum tipis.

Bisik-bisik anggota klub mulai mengisi ruangan. (F/N) yang tidak mengerti menyenggol lengan Takuya yang berdiri di sampingnya.

"Aku juga tidak tahu, (F/N)-chan." Takuya mengangkat bahu. "Kita lihat saja nanti."

Tak lama kemudian, suara derit pintu menghampiri telinga (F/N).
"Minna, konnichiwa!"


Kaichou! [KENN x Reader] ✔Where stories live. Discover now