6 - Bento Delivery

62 15 17
                                    

Kelas 1-B sudah diramaikan oleh anak-anak yang duduk di bangku masing-masing. (F/N) mengintip dari celah pintu, mencari keberadaan guru.

"Eh, itu (L/N)-chan, kan? ngapain di sana?" tanya salah satu siswa yang duduk dekat dengan pintu.

"Apa, Kakki? Di mana?" Takuya menoleh ke arah yang ditunjuk temannya yang keturunan Jerman itu, "Oalah, si bucin. Masuk aja cepat! Tidak apa-apa, kok."

Begitu mendengar suara si tiang berjalan, tangan (F/N) langsung menggeser pintu.

"Eh, maaf," Takuya menyembunyikan diri di balik buku, "keceplosan."

"Percuma juga jerapah sembunyi. Bakal ketahuan dengan mudah, tahu."

"Selamat pagi, anak-anak!"

Suara berat yang datang dari pintu seakan mendorong kaki (F/N) untuk lebih cepat sampai di bangkunya.

"Awas ya nanti, jerapah-kun," bisik (F/N) dengan nada mengancam ke arah Takuya yang satu deret bangku dengannya.

Kelas kembali tenang ketika guru jam pelajaran pertama masuk.

Bel istirahat akhirnya berbunyi saat guru jam pelajaran kedua mengakhiri pelajarannya di hari itu. Anak-anak banyak yang berhamburan ke luar kelas, sedangkan (F/N) mengambil kotak bekal dari tasnya, seperti beberapa anak yang masih tinggal di bangku masing-masing.

Oh, atap! (F/N) mengingat isi surat yang ia temukan di loker pagi tadi. Ia pun menarik kain pembungkus kotak bekal dan bersiap untuk pergi.

Namun ada tangan besar yang menahannya dari belakang.

"Ada yang enak, nih. Bagi, dong!"

"Ih, jerapah apa-apaan, sih," sahut (F/N) yang kesal, "ini bukan buatmu, tahu!"

"Oh, ayolah, sedikit saja," ujar Takuya, masih menahan pundak (F/N), "please?"

"Tidak, ini buat orang lain!" (F/N) menggeleng. "Kalau lapar, Takuya-kun kan, bisa makan kari ayam di cafetaria."

"Eh? Jahat." Takuya segera memasang ekspresi merengut. (F/N) memeletkan lidah sedikit, merasa menang dari temannya itu.

"Sudah, ya, aku takut kena semprot lagi. Jadi, sampai jumpa!"

(F/N) menyusuri koridor sambil memeluk kotak bekal buatannya, sesekali menggumamkan lagu-lagu populer yang ia pernah dengar dari radio sekolah. Sejauh ini belum ada bunyi apapun yang menandakan acara radio sekolah dimulai. Ia memutuskan untuk menikmati siaran itu dari atap nanti.

"Ah, benar juga, aku lupa jalan menuju atap itu ada di mana. Apa aku tanya kakak-kakak itu saja, ya?" Gumam (F/N) saat melihat beberapa kelompok gadis di tengah jalan. "Ano, senpai! A-aku mau tanya, jalan ke atap… itu… eh?"

(F/N) berhenti melangkah saat ia melihat tatapan orang-orang disekitarnya.

"Sst, itu anak yang membuat kekacauan di klub memasak kemarin, kan?"

"Karena kejadian itu, dia malah diminta membawakan bekal untuk kaichou."

"Huh, dia hanya beruntung saja!"

Hati (F/N) mencelos saat mendengar pembicaraan mereka. Ia menatap kosong bekal di tangannya.

"Mungkin sebaiknya aku pergi sendiri saja," gumamnya dibalik senyum tipis yang dibuat-buat. Gadis berambut (h/c) itu berbalik, meninggalkan kerumunan siswi yang sedang asyik bergosip tersebut hingga sampai di dekat tangga menuju atap.

"Oh, akhirnya kau muncul juga. Lama sekali!"

"Ugyaa--"

Sebelum mencapai tangga, bahu gadis itu tiba-tiba tertarik ke belakang, memasuki sebuah pintu dengan papan bertuliskan Dilarang masuk. Kecuali orang yang berkepentingan.

"Sudah baca surat di lokermu?"

📔📔📔

"Taruh bekalnya di sana."

(F/N) meletakkan kotak bekal di atas meja, lalu menutup pintu dan duduk di kursi tak jauh dari meja itu. Mata gadis itu mengamati sekeliling ruangan yang cukup asing baginya.

"Kaichou," ujarnya, "bukannya di atap sekolah?"

Kekehan meluncur dari mulut pemuda itu.

"Kau pikir atap sekolah kita itu seperti apa, hah?"

Sebuah jitakan mendarat mulus di dahi (F/N).

"Di atas sana itu panas, tahu!" Ken'ichiro melipat lengan di depan dada, mengelilingi (F/N) sambil tertawa terbahak-bahak. "Kau kebanyakan baca manga ya?"

(F/N) mengelus bekas jitakan yang menurutnya dirasa cukup keras. 

Sementara itu Ken'ichiro duduk di kursi seberang, membuka kotak bekal yang dibawa (F/N). "Hmm, sepertinya lumayan."

"Kalau begitu, s-silakan dimakan!"

Rasa gugup yang menguasai diri gadis itu membuatnya menjadi lebih pemalu dari sebelumnya.

"Hm, itadakimasu... Ah, ini enak sekali!"

Mata (F/N) berbinar mendengar komentar Ken'ichiro.

"Sepertinya aku harus menghukummu untuk membuatkan bekal setiap hari untukku."

Kalau hukumannya begini, sih, mudah. (F/N) membatin.

"Huh, ngapain senyum sendiri?" Ujar Ken'ichiro ketus.

"T-tidak ada apa-apa, kok--"

(F/N) tertunduk, memandangi perutnya yang tengah berbunyi.

Ah, aku lupa bawa kotak yang satunya lagi. (F/N) merengut.

"Hng? Ada apa?" Tanya Ken'ichiro, "lapar?"

"Ng, t-tidak-- amm!"

Mulut (F/N) tiba-tiba disumpal dengan sesuap nasi. "Tuh, makan."

"T-t-tewima kasih..."

"Hawushnya aku yang bilang," potong Ken'ichiro yang pipinya menggembung karena dipenuhi makanan, "kau pasti sudah bewusaha untuk membuatkan bekal ini."

Pipi (F/N) bersemu sedikit. "Kaichou!"

"Hahaha!" Ken'ichiro menyuap nasinya lagi. "Tapi sesuap saja, ya. Kan ini buat aku."

Yah, kaichou.. (F/N ) menatap kosong ke arah Ken'ichiro. Masih aja dibully! gumamnya.

Ia terdiam menatap Ken'ichiro sedang asyik menghabiskan bekal buatannya.

"Nih," tiba-tiba Ken'ichiro mengeluarkan sebuah kotak juga dari tas. "Bukalah."

(F/N) menatap kotak itu dan meletakkannya di pangkuan. "Masih panas..." Ia membuka kain biru muda yang membungkus kotak itu. Tercium aroma hangat begitu kotaknya dibuka.

Sepaket kyaraben berbentuk kepala Shiba inu beserta lauk pauk seakan mendesak (F/N) untuk segera melahapnya.

" Mata (F/N) berkaca-kaca, "t-terima kasih!"

"Bisa dihukum guru aku kalau membiarkan anak orang kelaparan di sini. Jadi, makanlah cepat! Memangnya kau suka belajar dengan perut kosong?"

Tok, tok.

"Ohashi-san, siarannya sebentar lagi dimulai. Sebaiknya ke ruang siaran sekarang."

Decakan meluncur dari mulut si ketua OSIS. "Baik, baik. Aku segera datang! Oh, hei, adik kecil," panggil Ken'ichiro, "cepat pergi."

(F/N) mengangkat kepala, lalu mengangguk pelan, "b-baik, kaichou."

"Huh, bicaramu formal sekali," ketus Ken'ichiro, "yang santai sedikit, dong. Panggil KENN-nii, kek!"

Sumpit yang hampir mencapai mulut (F/N) kembali ke kotak bekal. "A-apa?"

"Panggil aku dengan sebutan tadi," titah Ken'ichiro, "tapi, tidak saat di tengah keramaian. Sudah, aku pergi dulu. Terima kasih atas bekalnya!"

Kaichou! [KENN x Reader] ✔Donde viven las historias. Descúbrelo ahora