16 / second threat

5.7K 1.4K 404
                                    

BRAK!

"woy siapa tuh?"

mereka yang semula fokus dengerin soobin mendadak langsung noleh ke arah sumber suara dengan muka kaget.

jinyoung yang duduk deket pintu utama itu langsung jadi sasaran, "intip young!" suruh junkyu.

pelan-pelan jinyoung nyibak tirai di belakangnya buat ngintip, mata cowok itu mengerjap pelan saat ngelihat sesuatu di teras tepat depan pintu.

"i-itu, batu...tapi kayak ada kertasnya deh," ucap jinyoung terus noleh ke temen-temennya.

"sumpah lo? ambil coba."

"jangan gue lah! takut diluar gelap."

kali ini haechan mendengus, sok berani terus bilang, "sinilah biar gue aja yang ngambil." sambil berdiri, dari gaya jalannya udah kayak preman pasar rabu.

taunya pas mau nyampe pintu, "temenin young, hehe."

"kampret," cibir jinyoung tapi tetep berdiri.

karena jarak benda yang dilempar nggak begitu jauh dari pintu, jadi modal jinyoung megangin pintu dan berdiri di sana, haechan buru-buru ngambil benda yang tiba-tiba ada di teras rumah.

setelah berhasil masuk lagi, nggak lupa jinyoung nutup pintu, sekalian dikunci. takut-takut ada hal nggak terduga yang malah kejadian.

sekarang haechan naruh benda yang barusan dia ambil ke tengah-tengah mereka, fyi aja renjun udah dipindahin ke atas sofa plus sunwoo yang duduk di pojokan.

seluruh pasang mata sekarang lagi fokus sama batu berbungkus kertas di depan sana. belum ada yang berinisiatif ngambil. karena lebih banyak pertanyaan yang sekarang lagi menuhin kepala.

"siapa yang kurang kerjaan ngelempar beginian di jam empat pagi?"

"gini deh, coba jujur, sebelum kita semua ketemu, siapa diantara masing-masing yang punya masalah? maksud gue, kayak lari dari masalah?" tanya felix memulai sesi sidangnya.

kompak semua geleng-geleng. karena ya emang mereka terlantar secara alami, nggak ada masalah ataupun perkara sampai terlibat sama orang.

"asli? nggak pada bohong kan?" sekali lagi felix memastikan. "sekarang gue minta kalian jujur sejujur-jujurnya, apalagi setelah denger cerita soobin tadi. siapa yang masih ada orang tua?"

semua saling melirik, sampai akhirnya dua tangan teracung ragu-ragu, "kalian kan tau kalau gue masih ada nyokap?" ucap haechan.

"iya tau." nggak usah ditanya lagi, dulu ketika ketemu haechan dan akhirnya jadi kayak gini, cowok itu adalah orang pertama yang menceritakan latar belakangnya sampai detail.

jadi kalau mau mencurigai kayak nggak cocok, mengingat haechan cuma ada ibu itupun nggak ada disini, karena ibunya haechan milih jagain nenek cowok itu di kampung dan ninggalin haechan buat kerja di kota.

eh malah kena pecat, awokwk.

dan satu lagi yang ngangkat tangan adalah, junkyu. otomatis semua pada kaget, apalagi masih inget kalau dulu cowok itu bilang udah nggak punya orang tua, hmmzz.

"kyu...lo—?"

"sorry guys, gue nggak berniat boongin kalian, tapi g-gue..." junkyu menunduk dalam, nggak berani natap temen-temennya yang butuh penjelasan. "huh, sebenernya gue masih punya bokap...t-tapi dia nggak ada disini, gue yakin bukan bokap gue yang ngelakuin ini..."

sebelah alis jisung naik, matanya menatap junkyu sinis, "punya bukti apa lo?" ucapnya merasa nggak terima kalau selama ini dibohongi.

nggak tau gimana tapi tiba-tiba mereka liat badan junkyu jadi geter, "a-anu...b-bokap gue sekarang dipenjara..." bahkan waktu ngomong suaranya lambat laun menghilang. junkyu nggak sanggup.

hening.

bahkan setelah kata terakhir meluncur dari mulut junkyu, mereka mendadak jadi bisu. nggak ada yang bersuara kecuali suara hembusan napas kasar dari cowok yang baru aja confess itu.

seungmin mendekat, menepuk pelan pundah junkyu sambil bilang, "maaf kyu, kita nggak tau...tapi harusnya lo juga jujur dari awal." rasanya aneh ngeliat junkyu yang hobi cengar-cengir tiap detik jadi merengut sedih kayak gini.

jadi apa dari sekarang kalian percaya kalau orang yang keliatan nggak punya masalah hidup dan hobi senyum dua puluh empat per tujuh biasanya malah orang yang punya beban hidup lebih besar dari mereka yang terang-terangan ngasih tunjuk masalahnya?

"gue cuma takut nggak diterima lagi...selain karena kemampuan yang gue sering dibilang aneh bahkan gila, gue nggak mau nambah kebencian mereka dengan ngaku kalau gue anak napi..."

kali ini seungmin mengangguk paham, jujur ada di posisi kayak gitu nggak bakal mudah. apalagi hidup diantara cacian orang yang secara nggak langsung bisa ngerusak mental.

jangan sebut nama seungmin kalau ngatasin masalah kayak gini nggak bisa, cowok itu cukup banyak pengalaman dari cerita beberapa anak muridnya yang kerap jadi bahan bully di sekolah.

"lo nggak perlu takut kyu, sejauh kita kenal, apa lo merasa kita bikin lo tertekan?" tanya seungmin yang dijawab junkyu dengan gelengan. "makanya mulai sekarang lo nggak usah merasa takut kalau mau cerita sama kita."

"kecuali kalau misalnya lo cerita ke haechan terus malah diledekin, ajakin baku hantam aja, kelar." sahut soobin sambil cengengesan.

"apasih kok gue." dan dengan begitu, suasana canggung beberapa saat lalu jadi cair.

lalu tanpa tedeng aling, batu ditengah-tengah mereka dirampas gitu aja sama hwall, "kelamaan, gue kepo."

"baca gih."

hwall membuka kertas yang ngelapisi batu dengan gerakan cepat, untung nggak sampai sobek, terus dibentangin dilantai. hwall mengernyit,

"gimana kehidupan kamu? pasti hancur banget ya? saya cuma mau ngasih peringatan. pernah dengar kalau nyawa harus dibayar dengan nyawa juga? maka daripada saya bikin mereka mati, lebih baik kamu kembali."





















































[.]

sejujurnya aku juga mumet.

double knot  ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang