12. TESTPACK

1.7K 217 55
                                    

Bandung, 27 April 2019

Seorang gadis berhidung mancung, mata bulat dengan bulu mata lentik. Kulit putih bersih tanpa noda dan rambut hitam khas orang ASIA, tengah menyandarkan dirinya pada bingkai jendela yang terbuka.

Veranda berdiri diam memandangi pekarangan belakang rumah. Sang surya terbit di seberang sungai, dedaunan tumbuh lebat. Sinar matahari berkilauan menyeruak masuk dan jatuh membelai wajah ayunya.

Segaris sinar menyelinap dari sisi Veranda dan singgah di dinding rumah. Matahari seolah menegaskan hijau alami dedaunan membuat embun berseri.

Permukaan sungai yang berkabut dilenyapkan oleh sang mentari. Sehingga riak sungai yang berair jernih juga tampak bercahaya.

Veranda membiarkan dirinya hidup dalam kesamaran. Membuangnya ke dalam gelapnya lembah kerisauan, serta menghanyutkannya di aliran sungai kebimbangan.

Burung murai dan kutilang berloncatan di ranting bambu, juga dahan—dahan pohon cemara di sepanjang lorong pegunungan.

Burung—burung itu segera bernyanyi syukur dengan kicauannya. Sedang pucuk—pucuk bambu berdansa mengikuti angin semilir.

Suasana pagi ceria menyenangkan hati Veranda dan menyalakan semangat hidupnya yang sempat retak.

Hari berlalu begitu cepat, tak terasa tiga  sudah Veranda berada di rumah duka. Terletak di pinggiran kota Bandung.

Ve!

Veranda berbalik lalu tersenyum lebar, tanpa menampakkan giginya, pipi dan sudut bibirnya tertarik berlawanan. Iya, Mih.”

Ayo kita sarapan, mami sudah masak banyak hari ini

Iya Mih.” Veranda segera mengapit lengan kanan ibunya. Keduanya melesat menuju dapur.

Seusai sarapan bersama  Veranda segera berpamitan. Mih, Ve ke kamar ya, mau kemasin barang—barang.” Lilis mengangguk, Veranda mengangkat kedua kakinya bertolak ke kamarnya.

○●○●

Sawah terbentang di sekelilingnya. Hijau pegunungan menambah sejuknya udara. Keynal bersama dua orang pemuda kampung berjalan di pematang sawah.

Mereka adalah Asep dan Ule, teman masa kecil Keynal, kedua temannya kompak menyapa petani lalu bersenda gurau.  Namun Keynal lebih memilih bungkam di sepanjang perjalanan. Dia hanya menanggapi sesekali jika ditanya.

Lanskap alam dari atas bukit. Sejauh pandang sungai tampak berliku, sawah luas terbentang bagai permadani di kaki langit, gunung menjulang berpayung awan, pemandangan ini sungguh menyegarkan mata.

Di tangan mereka, masing—masing membawa kertas putih besar, kertas pita berwarna merah, 2 stik bambu, benang katun, lem super, selotip, penggaris, gunting serta spidol berwarna biru.

Key, kita bikin layangannya di sini.”

Kumaha cara bikinnya? Kuring hilap.”

Ari nyieun layangan teh tina bambu anu dipotong sarua panjang, na kaitkeun make benang. Lalu bolongin bagian tengah layangan na make jarum atawa lidi anu runcing, kaitkeun kenur atawa gelasan.” Keynal mengikuti arahan Asep dalam merakit layangannya sendiri.

Lalu kita bikin buntut sareng benang, panjangnya kira—kira 2 méter. Terakhir kita hias layangan ini sareng spidol. Nah, jadi weh maenkeun.”

Better With You [VENAL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang