Seorang Desainer Memberiku Gaun

534 17 0
                                    

"Jadi...?" Tanyaku.

"Gaun itu sudah lama kami buat. Dan ketika selesai, Anton berjanji bahwa hanya orang spesial lah yang boleh memakainya." ungkap Meidy. "Aku kaget ketika Anton menyuruhmu memakainya" lanjut Meidy sambil tersenyum padaku.

"Oh,, oke deh. Makasih informasinya" jawabku. Aku nggak tau lagi harus ngomong apa.

"Kamu kayaknya sedikit.... Ah, gimana ya ngomongnya.... Apa yang kau pikirkan?" tanya Meidy ketika melihat wajahku yang berubah.

"Aku nggak.... Eh,, gapapa" ucapku. Agak aneh ketika dia menyebutkan 'spesial'. Kayak nasi goreng aja.

Kami terus berjalan menuju rumahku. Setelah sampai, Meidy segera pulang dan akupun masuk.

Sampai dikamar, aku langsung tidur. Tidur selama 8 jam rasanya seperti 8 menit. Aku masih lelah dan di sekolah, aku sempet HAMPIR ketiduran.

Bel istirahat bunyi. Ah, enak banget. Tapi seseorang datang ke kelasku tiba tiba. Dan kali ini, aku mengenalinya lagi.

Kenji.

Aduh. Jangan bilang dia mau.....

"Barisan ke dua, sebelah kanan!"

Kampret.

"Terimakasih, tapi aku udah tau" ucap Kenji. Dia berjalan ke arahku.

"Anton menyuruhku membawamu lagi hari ini" ucapnya tanpa beban dan seperti biasa, aku mengutuki Anton dalam hati.

Setelah sampai, kali ini aku bertemu dengan dosen mereka. Orang Australia. Lai Costanza.

Anton menunjuki rancangan gaun yang akan dia buat untuk perpisahan kepada dosen. Setelah di setujui, seperti biasa pula, aku melakukan fitting, memilih warna yang kusuka dan tambahan lainnya.

Aku pulang kerumah dan langsung tidur. Tapi itu cuma beberapa menit, karena kemudian ibuku datang.

"Mona..." sahut ibuku. Aku tidak menjawab. Aku tidak mau mempedulikannya dan berusaha tidur.

"Hei, bangun sebentar. Ibu ingin bicara denganmu!" sahut ibuku lagi. Rasa takut di ubah menjadi batu mengalahkan rasa lelahku. Maka akupun bangun.

"Hm..? Ya?" ucapku setengah sadar.

"Hari ini kepala sekolah meneleponmu. Katanya nilaimu selalu menurun setiap harinya. Kalau begini terus, ibu akan panggilkan guru tutor lagi mulai besok!" ucap ibuku.

"Tapi aku udah ikut banyak tambahan, kan?" Tanyaku sewot. Kurang bete apa coba baru bangun dikasih tau beginian.

"Masih kurang, Mona! Mulai besok kamu langsung pulang setelah sekolah, guru akan datang pukul 3" jelas ibuku.

"Tapi aku ada....." ucapku terpotong.

"Ada apa lagi?" tanya ibuku.

"Acara untuk model...." ucapku pelan. Mungkin ibuku tidak mendengarnya. "Boleh kan?"

"Kau ngomong apa sih? Ibu nggak dengar" jawabnya.

"Aku bertemu dengan seorang desainer dan dia ingin aku jadi modelnya. Mereka juga akan membutuhkanku untuk fitting baju setelah sekolah. Jadi ayo lupakan tutor dan...." ucapku terpotong.

"Mona! Nilaimu ini jelek sekali, ibu nggak mau kamu..."

"Baiklah, aku pergi dari sini." ucapku.

Jam 11 malam. Aku tiba di Paradise On Earth. Anton, Kenji dan Meidy masih disini. Dan kuceritakan semuanya kepada mereka.

"Jadi kamu meninggalkan rumah demi kita? Hebat!!" ucap Meidy.

"Hebat apanya?? Sekarang pulanglah dan minta maaf!" kata Kenji.

"Tidak akan pernah!" ucapku.

"Dia meninggalkan rumah untuk tujuannya. Apanya yang buruk?" ujar Anton sambil meminum tehnya.

Aku menengok dan dia mengajakku masuk ke suatu ruangan kecil. Ruangan itu berisi banyak sekali baju.

"Ini studio kami. Semua ini sudah kami buat sejak lama. Aku membuat desainnya, dan bersama sama kami menjahit" jelas Anton.

"Kamu membuat semua ini? Kamu ini jenius, idiot atau bagaimana?" ucapku setengah terkejut, seperempat kaget dan seperempat lagi tidak percaya. Aku melihat banyak sekali tumpukan baju, sepatu, topi dan perhiasan lainnya.

"Aku sudah membuat baju baju ini sejak umur lima tahun.." jawab Kenji.

"Kau memang idiot. Lalu apa kata orang tuamu? Pasti mereka bangga sekali ya." tanyaku sambil melihat lihat.

"Aku kabur dari rumah." jawabnya singkat. Aku terdiam dan mendengarkannya. Apa aku bilang, dia idiot, kan?

"Aku sama sepertimu. Orang tuaku memilihkan rencana, tapi bakatku memilih tujuan hidupku." jelas Anton.

"Aku ingin bisa melakukan sesuatu. Mencari uang dan mengejar bakatku sendiri" gumamku.

"Begitulah hidupku. Dosenku sebenarnya menawarimu pekerjaan. Kau mau mengambilnya?" tanya Anton.

"Hah? Secepat ini?" tanyaku kaget.

"Kalau kau mau, aku akan menantarmu ke tempatnya. Studio model" tawar Anton.

"Eh, tentu saja aku mau!" ucapku.

"Tapi aku ingin kau mengenakan pakaian dari Paradise On Earth" ucapnya.

"Oke deh!" ucapku.

"Bagus, sekarang tidurlah. Besok pagi aku akan mengantarmu kesana." katanya.

"Dimana tempatnya?" tanyaku.

Dia tersenyum dan menjawab,

"Pernah dengar Jakarta?" tanyanya.
.
.
.

Paradise on EarthWhere stories live. Discover now