Aku Bertemu Nenek Menyeramkan

466 17 0
                                    

Gimana ya jelasinnya? Yang pasti aku merasa semua gambaran ini sangat sangat sangat bagus. Dan sedikit terlintas di benakku, pertanyaan seperti 'kenapa bukan Anton yang menjadi desainer nomor satu di dunia?' gambarannya kan bagus banget. Aneh deh.

Kuhilangkan pikiran aneh itu dan kembali ke kamar berusaha tidur.

Besoknya, aku bersyukur bisa bangun pagi. Jam 7 ini, aku membuka jendela dan melihat pemandangan dari lantai 12.

Aku melihat lihat bus yang melaju, beberapa orang mengantar koran dan beberapa lagi membawa anjingnya jalan jalan.

Anton masuk ke kamarku.

"Kau.... Disini? Gimana caranya? Pintunya aku kunci kan...?" tanyaku heran. Kaget.

"Aku punya kunci cadangan. Cepat keluar, sarapan udah siap." jawab Anton sambil meninggalkanku.

Aku berganti baju dan sarapan bersamanya. Omelet, roti bakar dan segelas teh hangat. Ah, aku nggak pernah nyangka kalau dia bisa masak juga.

Jam 9 pagi ini aku ada di Fortune Academy. Pemandangan yang agak berbeda karena biasanya aku sedang duduk sambil mendengarkan Bu Annie mengajar di hari Selasa ini.

"Hei,, dosenku sepertinya menyukaimu" ujar Anton tiba tiba.

"Hah?" ucapku reflek.

"Eh, maksudnya dia menyukaimu. Kemarin dia kirim e-mail, berterimakasih banget sama kamu. Katanya pihak majalah membayarnya dengan mahal untukmu." jelas Anton.

"Oh... Sama sama" ucapku sambil terus berjalan.

"Aku nggak bilang Terimakasih" ucap Anton.

"Sampaikan yang tadi untuk dosenmu tercinta" ujarku padanya.

"Yah, oke deh. Ngomong ngomong dia juga minta kamu untuk jadi model lagi,, yah, di beberapa majalah berbeda dan satu wawancara katanya." ucap Anton.

"Eh.. Woi beneran? seri---" ucapku terpotong

"Kita sampai" ucapnya.

Aku sampai di Paradise On Earth. Dan melihat banyak baju yang sudah disiapkan.

"us..?" lanjutku.

"Kau harus temui dosenku sekarang"

"O... Oke deh."

Aku berjalan menuju ruangan Lai.

Beberapa menit mendengar seorang Lai Costanza memberiku pujian membuatku mengantuk. Bahkan diriku sendiri. Aku nggak butuh begituan, aku mugkin cuma butuh.... Kopi.

"Jadi begitulah, Mon. Aku ingin memakaimu untuk semua tawaran majalah yang masuk di e-mailku ini. Ada 7 dan 1 wawancara tentang dirimu." tawar Lai sambil tersenyum padaku.

"Eh.. Tentu saja aku mau" jawabku.

"Oke deh! Aku pasti akan memberimu beberapa persen dari keuntungan ini" ucap Lai sambil menjabat tanganku. Tersenyum puas.

Akupun keluar dari ruangannya. Ah rasanya menyenangkan sekali menghirup udara luar. Walaupun tidak ada perkebunan stroberi dengan wangi hujan malam, tapi kampus ini lumayan lah. Beda jauh dengan sekolahku.

Aku berjalan menuju Paradise On Earth. Tapi di tengah jalan, aku bertemu dengan seorang wanita tua.

Aku berjalan melewatinya. Berusaha keras untuk tidak menghiraukannya. Tapi rasanya susah sekali. Setiap langkah membuatku penasaran siapa sebenarnya orang ini.

Beberapa pertanyaan sempat muncul di benakku. Kenapa ada orang tua di kampus ini? Maksudku orang yang udah tua, bukan orang tua,, tapi orang yang udah tua banget bukan orang tua yang ngga begitu tua. Ahhh, kau pasti tau lah maksudku.

Ketika aku melewatinya, aku tidak sengaja membaca name tagnya.

Anneke S.

Hm, asdfghjkl.

Paradise on EarthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang