Aku Membuat Keputusan Jelek

340 12 0
                                    

Anton tidak banyak bicara pada perjalanan pulang. Dia tidak menceritakan apapun tentang hal tadi. Percakapan singkat juga terasa aneh sekali.

"Hei, kau udah makan?" tanyaku.
"Gaun kelulusan sebentar lagi selesai kok!" jawabnya.

"Oke deh, di studio nanti kamu mau kerja lagi ya?"
"Kayaknya Meidy udah beli makanan untuk malam" jawabnya.

Aku agak aneh mendengar jawaban yang keluar dari mulutnya.Yah, beginilah orang yang baru pacaran. Gampang aneh (?).

Di studio.

"Kau kemana aja sih??" teriak Kenji ketika melihatku.

"Iya! Pergi kok nggak bawa hp? Ini dari tadi bunyi terus! Berisik tau! Aku ga bisa buka!" tambah Meidy sambil menyerahkan hpku.

"Kenapa? Buka aja" tanyaku balik

"Kita kan nggak tau passwordnya!"

"Oh iya, hahhahahaha" ucapku sambil mengambil hp.

Ketika kubuka, oh, 18 missed call from rumah Mampus. Dalam hati, aku udah baca semua do'a yang aku bisa supaya nggak dikutuk jadi batu.

Akupun meninggalkan mereka dan pergi ke taman depan. Menelepon rumah. Empat kali kucoba, akhirnya nyambung juga. Adikku yang menjawab.

"Halo?"
"Hei, Katya!" ucapku. Tersenyum ketika mendengar suaranya.
"Kakak?"
"Iya iya, ini aku"
"Kemana aja? Kenapa nggak pulang kerumah?"
"Ah, kau bertanya seperti apa yang ada didalam kepalaku" ucapku "maukah kau menyampaikan pesanku pada ibu?"
"Tentu saja"

Aku tersenyum mendengarnya. Dan akupun menyampaikan pesanku.

---

Tahun baru yang singkat kulewati bersama teman temanku. Malam tahun baru yang sederhana juga hanya diisi dengan bbq dan jagung bakar. Serta hiasan petasan yang muncul dilangit.

Ketika aku melihat kalender, tanggal 14 April tercetak tebal di depanku. 2 hari lagi, festival kelulusan temanku dilakukan. Rasanya waktu berlalu dengan cepat sekali.

Sejak aku bicara pada adikku dulu, aku belum pernah menelepon lagi. Bukannya aku malas, tapi sejak Januari lalu, hp ku rusak! Mungkin karena terlalu banyak tawaran photoshoot yang masuk di e-mailku, hpku jadi sering error dan akhirnya kumatikan. Benda itu tidak pernah kusentuh lagi.

"Hei, Mon! Tiga hari lagi festival kelulusan kita! Ayo latihan!" ucap Meidy semangat.

Aku tersenyum dan mengikutinya dari belakang. Bersama sama, menuju aula untuk kelulusan.

Ketika aku sampai, aku cukup terpukau. Aula ini luas sekali! Mungkin ada sekitar 300 kursi dan panggung melingkar yang besar banget.

Aku mulai latihan di panggung. Karena gaunnya belum selesai, aku hanya memakai sepatu yang sebenarnya sedikit kebesaran. Yah, ini emang salahku sih karena waktu di ukur, aku nggak bisa diam.

Ketika lampu di padamkan, aku pejamkan mata dan menarik nafas. 3 detik kemudian, lampu kembali menyala dan alunan nada nada klasik dimulai.

Aku menatap lurus kedepan. Menggerakkan kaki dan mulai berjalan...

Ketika selesai, ntah kenapa aku merasa senang secara tiba tiba. Mungkin karena ini adalah pertama kalinya, aku merasa senang sekali bisa menuntaskannya dengan baik.

15 April, jam 12 siang

Ahhh, rasanya deg degan sekali karena besok waktunya aku tampil. Aku tidak akan mengecewakan semua teman temanku. Semoga saja. Latihan dari kemarin rasanya masih belum puas. Ntah kenapa aku tidak bisa konsentrasi.

Aku duduk dan membuka tasku. Hpku masih ada di dalam dengan keadaan mati. Tiba tiba aku merasa ada dorongan untuk kembali membukanya.

Aku menyalakannya dan kembali aktif. Aku melihat banyak pesan masuk dari adikku.

9 April. 15.47
'Kakakkk! Cepat pulang kerumah!!!!'

9 April. 16.08
'Kakak kemana sihhh? Balas dong! Cepat pulang!!'

9 April. 19.44
'Kakak ngga usah pulang, langsung ke rumah sakit aja! Aku udah bawa papa kesana'

Hah? Rumah sakit? Papa?

11 April. 14.50
'Ka.. Cepet kesini dong!'

11 April. 21.03
'Papa manggil manggil kamu terus nih! Cepet dong!'

12 April. 00.09
'Kakak kemana aja? Nggak usah kerumah sakit lagi! Papa udah nggak ada!'

Oh my goat. Eh, God. ??!

12 April. 12.55
'Semoga sukses tanggal 16 nanti ya! Aku sama mama pasti datang kok!'

Oh wow, aku sibuk sendiri sementara keluarga aku ada yang pergi? Hebat banget kamu, Mon!

"Mona! Ayo latihan lagi! Udah jam 3 nih!" ujar Meidy. Aku memandanginya.

"Kau kenapa?" tanyanya.

"Ini gara gara kalian bertiga!"

"Kau ngomong apa sih?" ucapnya bingung.

Aku menceritakan semuanya pada Meidy. Dia hanya diam dan mendengarkanku.

"Kalau aja aku nggak pergi dari rumah. Kalau aja aku dengerin kata mama. Kalau aja aku tetep belajar dengan guru tutor...."

"Kau dasarkan semuanya pada 'kalau'? Itu ngga akan merubah apapun!" ujar Meidy.

"Kau nggak membantu! Ketika kalian bilang bahwa inilah yang harus terjadi, aku percaya bahwa ini memang takdirku. Tapi sekarang aku tidak percaya lagi kalian!" ucapku.

"Mona.."

"Apa? Lebih baik aku pergi sekarang!"

Aku membuka pintu dan membantingnya dengan keras.

Aku pergi berjalan tanpa arah. Dan tiba tiba, aku bertemu lagi dengan teman sekelasku. Reina.

"Mona..?" ucapnya.

"Eh, hai! Reina?" sapaku.

"Kau kemana aja??"

"Ngerjain apa yang harus dikerjain. Hahahaha. Apa kabar?" jawabku.

"Palsu." ucapnya tiba tiba.

"Apaan?"

"Tawamu itu, palsu! Ada apa, Mon?" tanyanya lagi.

Aku menceritakan semuanya. Pertengkaranku dengan temanku yang baru. Meidy.

"Kenapa kau menyalahkannya?" tanya Reina. Aku hanya menghela nafas,, tidak tau harus menjawab apa.

"Dia pasti juga sedih mendengarnya, tapi memang inilah adanya, Mon! Kau nggak bisa begitu aja meninggalkan mereka. Mereka butuh kau sekarang" ucap Reina sambil tersenyum padaku.

"Mungkin kau benar" jawabku.

"Kau tau? Pertengkaran memang sering terjadi, apalagi sahabat. Tapi kamu harus cepat berbaikan! Tidak ada pertengkaran yang lebih penting dari persahabatan" katanya lagi. Aku tersenyum dan mengangguk padanya.

Aku meninggalkannya dan berlari kembali menuju Akademi Fortune.

Tapi ketika aku berlari, sekilas aku melihat seseorang di sampingku.

Dia adalah...
.
.
.

Paradise on EarthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang