Segelas Espresso Memperlihatkan Ajalku

437 17 0
                                    

Anton tidak menjawab lagi. Hanya mendengarkan pertanyaanku yang berulang ulang (mungkin?) sambil terus menggambar.

"Kau tau? Aku akan selalu disini. Dan kamu juga bisa terus disini. Kapanpun kau mau." kata Anton akhirnya.

"Yakin nih? Kenapa kamu kayaknya udah tau tujuan hidup ya..?" ucapku pasrah.

"Semua orang memiliki kekurangan, Mona. Ibarat Yin dan Yang.." kata Anton lagi sambil meletakkan sketsa bajunya yang baru. Berwarna Hitam Putih.

"Aku, Kenji dan Meidy akan mulai membuat gaun ini. Lusa mungkin jadi. Pakai untuk salah satu photoshootmu ya?" ucap Anton lagi. Aku mengangguk.

Besoknya. Rencanaku hari ini adalah menuntaskan semua acara foto. Tapi seperti biasanya, aku tidak pernah benar menyelesaikan rencana.

Dari tujuh acara, aku hanya melakukan empat. Wawancara pun belum aku kerjakan. Yah, 24 jam memang terkadang kurang untuk 1 hari.

"Aku pulang.." ucapku ketika sampai di Paradise On Earth.

"Selamat datang!" ucap Meidy. Aku tersenyum padanya dan duduk.

"Selamat datang, Mon! Kamu udah cek cover majalah Weekly Choose bulan Desember ini?" sahut Kenji.

"Sekarang masih tanggal 5, sudah rilis emangnya?" tanyaku.

"Makanya kalo ke wc jangan lama lama. Nih. Aku nggak tau siapa si jelek itu di covernya, tapi yang jelas bajunya bagus sekali" kata Anton sambil menyerahkan majalah padaku.

Ketika melihatnya, aku langsung ingat bahwa ini pertama kalinya aku menjadi model di majalah. Weekly Choose! Ya! Diriku di covernya.

"Hei! Apa maksudmu 'si jelek'?" tanyaku kesal sambil memandanginya.

"Hanya.. Kau taulah.. Keceplosan" katanya meringis. Dafuk emang.

" 'aku nggak tau siapa si jelek itu di covernya' " ulangku sambil menirukan gaya bicaranya

" 'tapi yang jelas bajunya bagus sekali' menurutku tidak ada yang salah dengan itu" ungkap Anton sambil meminum tehnya. Ngeselin banget.

Aku menghela nafas dan membaca sedikit majalah itu.

Besoknya, aku BENAR BENAR menuntaskan segala acaraku. Entah kenapa hari ini terasa lama sekali. Bahkan jam 5 sore ini, aku sudah sampai di Akademi Fortune.

"Woiii! Siapa yang datang sore sore gini!" kata Kenji lantang sambil berlari menghampiriku. Aku tersenyum melihatnya.

"Ini baru jam 5 kok" ucapku.

"Oke deh, kalau begitu siapa yang datang siang siang gini??!" ucapnya.

"Sudahlah. Kalian berdua hentikan itu. Mon, desain baju untuk kelulusan kita udah jadi loh!" kata Meidy semangat.

Dia memperlihatkan sketsanya. Gaun berwarna biru tua. Dengan bordiran bunga dan hiasan polkadot pada pita di kepalanya. Serta sarung tangan biru transparan yang membungkus tangan. Ahh, kalian pasti bisa lah membayanginya. Semoga saja. Tapi sumpah deh, ini.. Keren... Banget....

"Malam ini akan mulai kami buat. Bagaimana? Jika ada yang kurang kau sukai, katakan saja, aku akan berusaha mengubahnya sedikit" ucap Anton padaku.

"Eh.. Nggak ada apa apa. Ini keren banget! Aku suka semuanya!" kataku.

"Bagus deh, silahkan istirahat kalo gitu" ucap Anton sambil tersenyum dan menuangkan kopi untukku.

"Kenapa aku dikasih kopi???!" protesku.

"Kami membutuhkanmu malam ini. Segala jenis teriakkanmu akan sangat membantu untuk mengangkat semangat kami. Makanya kau nggak boleh tidur!" ucap Anton polos sambil terus menuangkannya. Aku menghela nafas.

"Iya deh, terserah." ucapku pasrah dan membuka majalah.

"Minum sana cepet!" ujar Kenji dari belakang.

"Iya iya, lipan ngesot! udah sana kerja aja kenapa sih!" teriakku.

Malam. Walaupun udah jam 11, tapi aku belum ngantuk juga. Sial, ini pasti gara gara Espresso nya si Anton.

Aku lihat Meidy, Kenji dan Anton masih bekerja dengan serius.

Meidy yang menjahit, dan mejanya berantakan kain kain warna biru muda, biru biasa, biru tua, tosca dan warna biru yang aku nggak tau apa namanya. Aku nggak ngerti gimana cara Meidy bisa menempatkan warna warna itu di bajuku nanti.

Kenji yang mengerjakan aksesoris. Mulai dari kepala sampai kaki. Banyak banget. Semuanya warna biru. Entah mengapa aku berpikir 'kenapa warna biru?'

Sementara Anton menjahit hiasan di sepatuku. Bulu domba yang di cat biru dan manik manik lain di tempel sampingnya.

"Hei, aku boleh ikut bantu?" tanyaku sambil mendatangi meja kerja mereka.

"Aku nggak ingin gaun terakhir ini hancur gara gara penjahit amatir yang membantuku. Jadi, nggak usah, terimakasih" ujar Kenji tanpa menoleh kearahku.

"Ah... Iya deh. Kalian juga sepertinya nggak butuh dibantu" ujarku kesal sambil duduk kembali. Memasang headphone dan membaca majalah.

Tepat jam dua pagi, aku ketiduran. Tapi mungkin teman temanku ini masih bekerja.

Aku bangun jam delapan. Aku melihat tiga temanku ini tertidur di mejanya masing masing. Aku mulai merapikan semuanya. Mulai dari semua kain yang berantakan dan benang lainnya.

Selimut disini cuma ada satu, yah, semoga saja si Kenji dan Anton bisa mengalah untuk Meidy. Jadi akupun hanya menyelimuti Meidy. Rasanya untung sekali bahwa sekarang hari Minggu, mereka bisa istirahat.

Aku membuka jendela,, dan ketika aku melihat ke luar, ada seseorang yang mengejutkanku.

Dia..
Adalah...
.
.
.

Paradise on EarthOnde histórias criam vida. Descubra agora