Psycopath Hacker𓂀︎ ⚠️

33 12 10
                                    

A story based on;
Hacker.
Request by Kallista_20june

WARNING!
Mungkin mengandung beberapa kalimat yang bisa saja mentrigger kalian! Jangan dibaca bila kau merasa akan tertrigger!

---

Dalam ruang temaram, lelaki bertopeng mengulas senyum. Atensinya jatuh pada layar komputer. Sesekali ia terkekeh. Sesekali ia terdiam. Sesekali juga ia berkerut. Jarinya menari-nari di atas keyboard, mengetikkan kode-kode hendak menyusup sistem.

"Eh? Berhasil rupanya? Mudah sekali, fufu."

Ia semakin lebar mengulas senyum, mengetikkan beberapa kata, membuatnya jadi paragraf. Dia menulis surat cinta, tapi bukan surat cinta seperti yang kau bayangkan.

Pukul 19.30 malam, aku menunggumu di sana. Kau tak perlu tau siapa aku, walau aku tau siapa kau. Melarikan diri pun percuma, aku memiliki mata di seluruh penjuru. Memanggil polisi sama saja cari mati, walau entah apa yang akan aku lakukan terhadap dirimu.

Jangan! Jangan berdiam diri!

Jangan! Jangan kau kunci pintu!

Karena semua akan sia-sia adanya.

Jangan! Jangan berteriak, atau nyawamu akan melayang.

Lelaki bertopeng itu menatapmu dari balik layar. Ah senang sekali rasanya melihat rautmu berubah jadi gentar. Dia memutuskan untuk kembali mengirim sebuah surat cinta untukmu.

Jangan, janganlah gentar! Tidak rupawan lagi wajahmu itu! Jangan, janganlah takut! Aku menjagamu dari jauh.

Rautmu semakin gentar adanya, menolehkan kepala kiri dan kanan. Kau mematikan komputermu, menyelimuti diri dengan selimut. Dia terkekeh di seberang sana. Sungguh lucu sekali dirimu itu, pikirnya.

Waktu tak pernah berhenti, ia terus merangkak maju. Sudah pukul 19.30 tapi kamu tak kunjung menunjukkan batang hidung. Memang dirinya jadi geram, tapi dia tau dimana bisa menemui dirimu.

Telah dicarinya tempat tinggalmu. Telah dihafalnya denah rumahmu. Telah disadapnya layarmu. Telah diperhatikannya dirimu. Lelaki bertopeng menyunggingkan senyum, terlihat ramah tapi nyatanya tidak.

Dengan tak gentar ia menarik langkah, semakin mendekati kediaman. Dia memutuskan untuk bermain-main sejenak, jadilah ia mengirim suatu pesan vidio kepada dirimu. Kamu membukanya, kamu semakin gentar. Memang tak bersuara, akan tetapi nampak di dalam vidio dia sedang memegang sebuah pisau. Tertulis pula dibawahnya; aku ada di bawah.

Kau menggigit kuku jari, perlahan menyibak tirai dan menatap ke bawah. Kosong, kamu tak mendapati apapun jua. Kamu bernafas lega, tapi tanpa sadar lelaki bertopeng sudah berada dalam rumah.

Malam ini kamu sedang sendirian, tau betul lelaki itu. Kamu mendengar langkah kaki dari arah tangga, semakin mendekat menuju kamar. Awalnya kau berfikir kalau itu adalah salah seorang anggota keluarga, tapi kamu ingat mereka sedang berlibur selama seminggu penuh.

Kamu gentar, peluh mengucur deras, detak jantung berpacu cepat. Apa yang akan kamu lakukan? Lelaki itu memperhatikan dari balik layar ponsel. Ah, kamu bersembunyi di dalam kamar mandi rupanya. Sungguh, tindakan yang sudah terduga.

Kamu mengunci pintu, meraih ponsel hendak meminta tolong. Akan tetapi, kamu tidak bisa mengendalikan ponselmu. Manik cokelatmu membelalak, tak tau harus bagaimana. Kamu mematikan ponsel, meringkuk di sudut kamar mandi, berharap dirimu selamat.

Indra pendengaranmu menangkap suara terbukanya pintu kamar. Gawat, kamu ternyata lupa mengunci pintu. Kamu merutuk, mengumpat.

"Bukannya sudah ku suruh kau menemuiku, gadis manis?" ujar lelaki bertopeng.

Dia berjalan memutari kamarmu, sembari sesekali berkata, "Ah, dimana kau? Mau bermain petak umpet, eh?"

Kamu semakin erat memeluk diri. Menutup kelopak sembari berdoa, semoga Dewi Fortuna berpihak padamu malam ini. Derap kaki semakin mendekat ke arah kamar mandi, bahkan dia sudah berdiri di depannya!

Kamu mendengar suara membuka paksa. Kamu semakin gentar, bahkan sekujur tubuh gemetar. Detak jantungmu sudah berpacu sangat cepat. Bahkan peluh membasahi dirimu di malam yang dingin ini.

"Ketemu."

Lelaki itu berhasil masuk, mengotak atik kunci pintu. Kamu gentar sembari menatap sosok bertopeng. Kamu menggelengkan kepala, bibirmu bergetar. "J-jangan ... j-jangan lukai aku...."

Lelaki itu semakin mendekat, sembari memainkan pisau lipat. Kamu memejamkan mata, pasrah terhadap nasib. Lelaki itu mulai menggores, hingga pada akhirnya menikam dirimu.

Lelaki itu menyunggingkan senyum. Dirinya merasa puas. Bukan karena dendam, tapi hanya karena ingin. Ah, sekarang dia harus mencari mainan baru.

"Berhati-hatilah, mungkin aku atau seseorang sedang mengawasimu dalam gelapnya malam."

---

Nih, request-anmu Kallista_20june. Maaf karena aku mengikutsertakan psikopat di dalamnya, kan kamu maunya thriller, hehe.

Dan bagi semua yang membaca, aku mohon maaf bila ada beberapa kata membuat kalian merasa ke-trigger. Aku janji ga bakal nulis cerita psikopat lagi, janji!

Sampai jumpa besok!

(Note: Cerita mungkin akan di take down bila banyak dari kalian yang tidak suka membacanya.)

Just WriteWhere stories live. Discover now