Travelling to the Past𓇽︎

19 11 4
                                    

A story based on;
“Who are you?”

“Who you were meant to be.”

---

Gadis itu mengulas senyum, menatap lamat-lamat apa yang ada depan mata. Kini, ia bisa merubah semuanya. Akan sirna semua nasib buruk, akan hilang semua malapetaka yang menghujani. Dan bisa kembali semua yang telah hilang.

Ia melepas jas putih, melempar ke sembarang arah. Jemari lentiknya menari-nari diatas tombol-tombol yang berjejer manis. Kemudian, ia menarik langkah, memasuki apa yang disebutnya sebagai portal waktu.

Raganya seperti terhisap, gelap sekali di sekitar. Pun terasa sedikit guncangan, akan tetapi tak jadi masalah. Beberapa detik kemudian, terlihat cahaya yang menyilaukan mata. Dengan santai ia melangkah keluar, menatap sebuah ruang yang adalah kamarnya di masa lalu.

Ah, dia jadi ingat akan memori lama. Tangannya menyentuh beberapa benda yang mengandung memori---yang sayangnya kala itu hilang dibawa laut. Dia mendudukkan bokongnya di tepian kasur, menunggu dirinya di masa lalu kembali dari pelajarannya.

Knop pintu diputar, menampakkan sesosok gadis muda dengan kisaran tujuh belas tahun. Dia tampak tersentak, menatap tak percaya. Bibirnya terbuka dan mengeluarkan beberapa kata, "Siapa kau? Mengapa kau mirip sekali dengan aku?"

"Aku adalah kau, tapi dari masa yang berbeda. Aku juga adalah seorang Amelie."

Amelie muda menelengkan kepala, menatap tak percaya akan sosok di hadapannya. Bisa jadi bergurau, bisa jadi tidak. Akan tetapi wajah yang mirip menepis semua keraguan. Mau tak mau ia harus percaya, walau hatinya masih bertanya-tanya.

Sadar akan perubahan air wajah, Amelie dewasa menarik langkah mendekat, menepuk pundaknya sembari berkata, "Aku kembali untuk memberi peringatan. Aku ingin kau bisa mengubah masa depanmu."

"Memangnya ada apa dengan masa depanku?"

Amelie dewasa membuang nafas, mengalihkan atensi dan melangkah menuju jendela disamping kasur. "Semua yang kau cintai hilang, nasib buruk terus mengikuti, malapetaka kerap menghujani. Juga tak ada terang, yang akan kau temui hanya gelap."

Amelie muda bergidik ngeri. Sehancur itukah kehidupannya kelak? Namun, mengapa jadi demikian?

"Satu kesalahan akan kau lakukan, tepat hari ini, nanti sore kala kau bertemu dengan Gabriel. Setelah kesalahan itu, kau akan tetap membuat kesalahan-kesalahan lainnya. Dan aku kembali kemari untuk menghentikan semua itu dengan memberi peringatan."

Amelie dewasa menarik nafas, "Kesalahan pertama; kau menuduh Gabriel menduakanmu karena tanpa sengaja kau melihat ia mendekap perempuan lain, dan kau tau siapa perempuan itu."

"Viona?" gumam Amelie muda.

Amelie dewasa tak menyahut, ia kembali melanjutkan, "Kala kau melihat itu nanti janganlah kau langsung memaki. Atau hubunganmu akan kandas dan hancurlah duniamu setelah itu."

"Bagaimana duniaku hancur karena perkara sederhana seperti itu? Bisa kau jelaskan?"

Amelie dewasa kembali mengalihkan atensinya pada sosok mudanya. "Viona akan merekam semua kejadian, membuatnya viral di dunia maya. Bahkan tak tanggung-tanggung akan dibuatnya rumor-rumor palsu yang tak berpendirian."

"Itu yang pertama, yang kedua; setelah kau mengucapkan kata selesai, kau akan berlari tanpa arah hingga nyari tertabrak. Kala itu, Ibu yang sedang membawa Rocky jalan-jalan menarikmu. Namun naas, Ibu akan meninggal terlindas.

Lalu, Ayah akan kerap menyalahkanmu. Ayah akan berubah, ia akan sering minum dan bermain tangan. Bahkan ia akan membawa pulang seorang wanita yang akan menjadi ibu tiri. Dan dia akan menyiksamu hingga kau hampir mati.

Hingga kau berhasil untuk kabur, kau tak membawa apa-apa. Dalam dinginnya malam kau akan memeluk diri, tidur meringkuk di sudut jalan. Kala Ayah dan Ibu tiri menemukanmu, kau akan kembali disiksa habis-habisan. Semua baru berhenti kala mereka wafat saat kau berusia dua puluh tiga tahun.

Setelah itu kau memang bebas, akan tetapi nasib buruk kembali menyapa. Kau tak akan mendapat pekerjaan, semua karyamu akan ditolak mentah-mentah. Kau akan dicemooh dan ditertawai. Bahkan tidak akan ada seorang lelakipun yang ingin menikahi dirimu."

Amelie tersentak, tak percaya sekali dirinya.

"Baiklah, kalau begitu akan aku ubah masa depanku. Agar nanti kau---maksudku aku yang dari masa depan dapat hidup dengan nyaman."

Amelie dewasa tersenyum.

Saat waktunya menyapa, Amelie dewasa memantau sosok mudanya. Dan kalian tau? Dirinya di masa lalu benar-benar tak melakukan kesalahan seperti yang ia lakukan seharusnya.

Malam menyapa, Amelie dewasa tersenyum. Mungkin saat ia kembali semua akan berubah. Jadilah ia berpamitan, kembali masuk ke portal waktu ciptaannya. Ketika ia sampai di masanya, Amelie tidak percaya. Tidak ada yang berubah, sama sekali tidak.

"Mengapa ... mengapa tidak berubah?"

Amelie membuka kembali buku-buku yang berisi teori-teori. Kemudian ia sadar akan sesuatu. Memang Amelie yang ia temui berhasil mengubah masa depannya, akan tetapi hal itu membuat dunia bercabang. Masa depan Amelie yang ia temui tidak akan sama dan apa yang Amelie itu lakukan tak akan berdampak apapun. Dia telah membuat dunia paralel.

Lemas terasa kakinya bagai tak bertulang. Ia jatuh terduduk, memeluk kedua lutut lalu terisak. Mengapa ... mengapa ia harus bernasib buruk?

---

Hai, pusing gak bacanya? Maaf kalau aneh, aku nulis ini saat keadaanku sendiri lagi gak fit, hehe.

Udah aku gak tau lagi harus ngomong apa disini, bener-bener lagi gak bisa mikir. Sampai jumpa besok!

Just WriteDonde viven las historias. Descúbrelo ahora