Emotionless ᪥︎

14 10 0
                                    

A story based on;
You are born without emotions; to compensate this, you started a donation box where people could donate their unwanted emotions. You've lived a life filled with sadness, fear, and regret until one day, someone donate happiness.

---

Lagi-lagi kesedihan yang diterima. Tak ada yang lain. Kamu menghela nafas, sudah hampir setahun kesedihan menghujani dirimu. Memang, dirimu sendiri yang membuat kotak donasi emosi, emosi yang tidak diinginkan pula. Apa yang bisa diharapkan selain kesedihan?

Manikmu berkaca-kaca, membuat buram pandangan. Sebuah kesedihan yang kuat telah kamu terima, bersama dengan sebuah penyesalan yang mendalam. Bila dilihat-lihat, itu dikarenakan kehilangan orang yang terkasih. Satu detik kemudian, kamu memecah tangis.

Hatimu hancur bagai diterpa sejuta panah. Sesak sekali. Mana lagi rasa menyesal yang amat dalam membuat penderitaan itu tambah tak berkesudahan.

Sedari lahir tidak didapati emosi dalam dirimu. Hal itu membuat kalang kabut keluarga, bingung melanda mereka. Bahkan ketika kamu jatuh dan terluka dalam, pandanganmu tetaplah kosong. Tak menangis sedikitpun, walau kamu baru berusia lima tahun.

Hingga pada suatu malam, seseorang tak dikenal menyarankan suatu hal kala kamu sudah dewasa. Hal itulah yang kini membuatmu memiliki emosi, walau hanya melingkupi kesedihan, ketakutan, serta penyesalan.

"Aku ingin merasa bahagia," cicitmu dalam sela isakan ringan.

Kamu bangkit walau lemas masih terasa. Dengan pelan beranjak menuju ranjang. Memejamkan mata yang tidak berhenti berair. Kamu melangkah masuk alam mimpi. Namun, hal itu malah membuatmu semakin sesak. Donasi yang kamu terima berlaku jua di alam mimpi, membuatmu tetap terisak di sana.

Tidurmu tak nyenyak. Kamu gelisah. Hingga terbangun lalu melirik nakas. Sudah pukul tujuh ternyata, pikirmu. Lalu kamu bergegas turun, mencari orang yang hendak mendonasikan emosi lagi.

Kamu berjalan menyusuri taman kota kala itu. Banyak anak kecil riang berlari kesana kemari, kamu hanya menghela nafas berharap bisa turut merasakan. Kamu mengambil tempat disalah satu bangku kosong sambil memangku sebuah kotak yang bertuliskan 'Donasikan emosimu disini.'

Kamu hanya menunggu sampai Sang Syamsu berada di atas kepala, seseorang menghampiri. Seorang gadis besurai gelap dengan ulasan senyum yang indah. Pastilah kesedihan yang akan gadis rupawan itu donasikan, batinmu.

Akan tetapi, gadis itu malah mendonasikan kebahagiaannya. Kamu terkesiap, menatapnya lamat-lamat sembari bertanya, "Kenapa? Kenapa kau memberiku kebahagiaan."

Gadis itu hanya diam awalnya. Beberapa waktu kemudian barulah ia buka suara. Begini katanya, "Aku terlalu sering bahagia. Aku merasa tidak pantas bahagia karena suatu dan lain hal. Ketika aku melihatmu, dalam benak tertuang bahwa hanya kesedihan yang kau dapat dari donasi itu. Untuk itulah, aku mendonasikan kebahagiaan. Agar rasa bahagia pada akhirnya menyapamu."

Kamu masih terperangah, menatap tak percaya. Gadis itu mengulas senyum, lalu beranjak pergi meninggalkanmu.

Tak lama setelah itu, hatimu berdebar. Kamu bertanya-tanya, inikah kebahagiaan itu? Untuk kali pertama kamu mengulas senyum, langkahmu jadi ringan tanpa beban.

Untuk hari ini saja, hidupmu dipenuhi oleh tawa riang. Pada akhirnya, kamu mendapat kebahagiaan. Suatu hal terpetik olehmu, bahwasanya semua orang berhak bahagia. Terlepas dari semua yang pernah atau sedang ia lakukan.

---

Tidak ada yang ingin aku bicarakan. Semoga kalian suka dengan cerita pendek hari ini. Sampai jumpa esok hari!

Just WriteWhere stories live. Discover now