Part 39

5.4K 192 16
                                    

Bel pulang akhirnya berbunyi. Semua murid lekas membereskan buku serta alat tulis mereka dan bergegas pulang ke rumahnya masing masing.

Achel menghampiri Sabrina yang tengah menunggunya di depan pintu kelas. Raut mukanya kesal tak seperti biasanya.

"Napa?" tanya Achel.

"Nungguin lo lama banget, gue sampek lumuten nih" gerutunya.

"Yang nyuruh nungguin gue siapa?"

"Gak ada"

"Nah"

"Ish, seharusnya lo itu berterima kasih sama gue karena gue rela nungguin lo"

"Oh?"

"Sialan lo Chel" Achel berjalan mendahului Sabrina.

"Achel tungguin"

"Buruan!"

Mereka berdua berjalan beriringan menuju ke area parkiran dan berpisah karena mereka berbeda arah tujuan.

Mobil milik Achel melaju membelah kota Jepara yang ramai pada sore hari ini dipenuhi dengan para pegawai yang baru pulang dari kerja.

Ia membelokkan mobilnya ke sebuah tempat pemakaman yang tak jauh dari kota. Achel turun dari mobil dan melangkah masuk ke dalam.

Ia menatap sekeliling mencari batu nisan yang bertuliskan nama Davin dan akhirnya ketemu. Achel berjalan menghampirinya dan meletakkan bunga yang sempat ia beli tadi.

Ia menatap kuburan itu dengan sendu dan tak terasa air matanya turun.

"Aku dateng buat jenguk kamu, kamu gimana di sana? Baik baik aja kan? Pasti sekarang kamu udah gak ngerasain sakit kan? Jangan khawatir, aku baik baik aja kok disini"

"Oh ya, aku udah nerima kado yang kamu kasih dan aku suka sama kado kamu. Maaf, aku gak bisa jadi cewek yang kayak biasanya. Maaf kalo selama ini aku buat kamu gak nyaman sama sikap aku ke kamu. Makasih udah mau ada di samping aku selama setengah tahun ini. Aku janji gak bakalan lupain kamu dan aku bakalan janji gak sedih sedihan lagi. Kamu baik baik ya di sana, aku sayang kamu"

"Udah sore, aku pulang dulu ya. Kalo ada waktu nanti aku dateng ke sini buat jenguk kamu, aku pamit" Achel mengelus batu nisan yang bertuliskan nama Davin Refano Bagaskara dan pergi darisana.

Achel menancapkan pedal gas nya meninggalkan area pemakaman dan pulang.

Sesampainya di rumah, ia melempar tas nya ke sembarang arah dan menjatuhkan tubuhnya di atas kasur.

Achel menatap ke arah jam yang terletak di dinding. Sekarang jam lima sore, ia beranjak dari tempat tidurnya dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

Seperti biasanya setelah mandi, ia pun berdiri di balkon kamar sambil memandang langit dan kota Jepara dari atas.

Kali ini langit dipenuhi dengan banyak cahaya cahaya kecil yang biasa kita sebut dengan bintang. Bintang-bintang itu tak bercahaya dengan sendiri karena ada bulan yang menemaninya malam ini.

Hawa dingin mulai masuk ke dalam tubuhnya membuatnya kedinginan. Ia menggosok tubuhnya berulang kali untuk memberi kehangatan.

"Dek?" Achel menoleh ke arah sumber suara.

"Ya?"

"Ngapain disana? Masuk sini, di luar dingin" titahnya.

"Ntar" Dhito berjalan menghampirinya dan berdiri di sampingnya ikut menikmati pemandangan dari atas sini. Sudah sekitar satu jam mereka berdua berdiri di sini.

Achelia [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang