Bagian 2: Arah Kiblat

1.4K 241 135
                                    

Islamic Boarding School (IBS) Series
Judul: FANA (Ketika Dunia Menjadi Tipu Daya)
Penulis: Wahyudi Pratama yudiiipratama
Genre: Spiritual
Ditulis: Sulawesi Selatan, 11 Juni 2020

PERHATIAN!!!Sebelumnya jangan lupa follow dan tag @shohibul_qolbi dan @yudiiipratama di instagram jika kalian share apa pun tentang cerita ini🙏🏻❤️•••[Cerita ini dilindungi undang-undang akhirat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

PERHATIAN!!!
Sebelumnya jangan lupa follow dan tag @shohibul_qolbi dan @yudiiipratama di instagram jika kalian share apa pun tentang cerita ini🙏🏻❤️



[Cerita ini dilindungi undang-undang akhirat. Jika melakukan plagiat, akan dicatat oleh malaikat]
"Ke mana saja kamu menghadap, maka di sanalah wajah Allah. Di mana pun kamu salat, harus sesuai dengan syarat yakni menghadap kiblat."

🍃🍃🍃

Hujan deras kembali mengguyur Darul Akhyar di waktu dini hari. Satu jam lagi menuju salat subuh, tapi rinai hujan masih juga turun dengan derasnya. Pada lantai dasar asrama putera, di salah satu kamar santri seluas enam petak dengan jumlah dua puluh santri sedang tertidur pulas pada ranjang susun—ranjang berjumlah sepuluh dengan masing-masing dua tingkat dengan dua laci bawah untuk menyimpan pakaian—yang berjejer mengotaki di setiap sudut ruangan.

Enam santri di antaranya lengkap oleh Shohibul Qolbi. Tiga ranjang susun yang terdiri dari mereka berenam saling berdempetan satu sama lain; yang mengisi bagian bawah ada Khalik, Bayu, dan Syahrul. Kemudian bagian atas ada Bara, Arif, juga Imam. Dengkuran khas masing-masing dari mereka terdengar sahut-sahutan, dan oleh karena suara hujan di luar yang lebih deras membuat tidur mereka sangat nyenyak.

Tidak perlu dipertanyakan lagi mengapa mereka selalu terlihat bersama di berbagai situasi di Darul Akhyar. Selain karena jurusan keenamnya adalah ilmu sosial (IPS), ini juga sudah diatur sedemikian rupa oleh abah Khalik selaku penyumbang dana abadi terbesar yayasan ponpes. Maka dari itu, Khalik bisa secara bebas memilih dengan siapa ia ingin bergaul dan memilih mau di kelas mana. Untung saja, hal tersebut tidak membuat Khalik tamak, ia tidak memilih teman berdasarkan latar belakang tetapi semua niatnya semata-mata karena Allah; menjalin ukhuwah menyerupai para sahabat rasulullah. Khalik merasa ia perlu sahabat yang menuntunya ke syurganya Allah.

Waktu subuh telah masuk, tidak terdengar oleh mereka berenam suara Masjid Jami Darul Akhyar berselawat dan kemudian mengumandangkan azan salat subuh. Saat yang lainnya berhasil bangun, suara hujan seakan membuat mereka nyenyak dan tidak mendengar panggilan azan tersebut. Khalik sempat mengigau di sana saat santri lain berusaha membangunkannya. "Iya, Abah. Khalik mau nikah muda, Abahhh. Percepat, Abah!" ucapnya lirih ngelantur.

Bukannya bangun, Khalik justru menutup kepalanya dengan bantal dan tetap saja melanjutkan tidurnya. Lantas kemudian santri itu hanya berhasil membangunkan Bayu dan Syahrul di waktu qamat berlangsung. Hingga pada akhirnya, mereka tidak ada sempat lagi membangunkan yang lainnya oleh karena terburu-buru menuju masjid.

Tersisa Khalik, Bara, Arif, dan Imam masih tertidur pulas dalam kamar dengan lilitan sarungnya masing-masing. Tak ada yang membangunkannya lagi karena sekarang salat subuh sedang berlangsung di masjid. Sedangkan hujan sedikit demi sedikit mereda, kini hanya tersisa embun yang menggemparkan alam sunyi pada peristiwa subuh itu. Betapa meruginya mereka melewatkan salat subuh kali ini.

FANA [TERBIT]✔️Where stories live. Discover now