Bagian 10: Istikharah Cinta

564 136 30
                                    

Islamic Boarding School (IBS) Series
Judul: FANA (Ketika Dunia Menjadi Tipu Daya)
Penulis: Wahyudi Pratama yudiiipratama
Genre: Spiritual

PERHATIAN!!!Sebelumnya jangan lupa follow dan tag @shohibul_qolbi dan @yudiiipratama di instagram jika kalian share apa pun tentang cerita ini🙏🏻❤️•••[Cerita ini dilindungi undang-undang akhirat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

PERHATIAN!!!
Sebelumnya jangan lupa follow dan tag @shohibul_qolbi dan @yudiiipratama di instagram jika kalian share apa pun tentang cerita ini🙏🏻❤️



[Cerita ini dilindungi undang-undang akhirat. Jika melakukan plagiat, akan dicatat oleh malaikat]

"Di atas sajadah, yakinlah setiap doa akan dijabah oleh Allah.
Termasuk perihal rasa yang penuh keraguan, Allah akan tunjukkan jalan."
🍃🍃🍃

Khalik tiba-tiba bangun dari tidurnya. Sudah pukul dua dini hari, entah apa yang dirasakannya malam itu, Khalik begitu gelisah. Pikirannya terus tertuju pada Rania yang kerap kali terbayang dalam mimpinya.

"Ini salah!" serunya dalam hati.

Fitnah telah menguasainya saat ini. Semenjak kejadian hari itu, ia berusaha untuk tidak lagi berpikiran yang bisa membahayakan dirinya. Terlebih ketika ia tidak dalam pengawasan Gus Emil, Khalik selalu saja berbuat yang tidak baik seperti mengintip akhwat di balik jendela kelas, melirik akhwat ketika di lapangan, dan terakhir mengawasi Rania dalam perpustakaan. Ini jelas sangat salah, dan Khalik tahu itu.

Kegelisahannya membuat Khalik tidak tenang dalam tidurnya. Membuat ia terus bertanya-tanya kenapa perasaannya selalu seperti itu; bimbang dan terluput dari ketakwaan. Padahal, sudah berjalan tiga tahun Khalik bersama-sama Shohibul Qolbi serta berada dalam lingkungan yang menjunjung tinggi islam ber-akhlaqul karimah. Lalu ada apa dengan dirinya?

Saat itu juga Khalik bangkit dari tidur dan langsung menuju masjid untuk berniat melaksanakan salat malam seorang diri. Hatinya tidak lagi bisa terkontrol, oleh karena itu Allah memberinya kegelisahan dan keraguan malam ini untuk mencari jawaban atas kegudahannya itu di atas sajadah. Dalam setiap sujud yang diiringi doa-doa menyerukan nama Allah. Hanya nama Allah.

Memang benar selama pandemi berlangsung, kegiatan rutin tiga kali seminggu salat qiamulail berjamaah di masjid ditiadakan. Namun tidak menutup kemungkinan beberapa santri melaksanakan salat tersebut secara mandiri dengan mematuhi protokol kesehatan yang sudah diterapkan oleh Darul Akhyar. Ini dilakukan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, layaknya islam yang pada dasarnya saat kondisi-kondisi tertentu seperti pandemi maka ibadah harus mengutamakan maslahat dan menolak mudharat.

Sebelum Khalik meninggalkan asrama, ia menarik sarung salat dari atas rak baju miliknya untuk dipakai salat, lalu kemudian menuju masjid. Suara sandal jepit yang digeseknya di atas tanah berbunyi mengikuti iringan langkah Khalik. Dengan keteguhan hati atas segala rasa yang dimilikinya berharap Allah menujukkan jalan malam ini.

🍃🍃🍃

Setelah mengambil air wudhu, Khalik memasuki masjid yang begitu luas dengan lampu yang dinyalakan seperlunya, terlihat hanya di bagian mimbar lampunya tetap dinyalakan. Tak terlihat satu pun karpet membentang dari depan sampai belakang, karpet untuk ibadah tengah tergulung berjejer di saf paling depan sebelah kanan, lagi-lagi hal tersebut dilakukan untuk menerapkan protokol kesehatan di masa new normal. Khalik benar-benar merasakan kesendirian di dalam sana; suasana masjid yang biasanya ramai oleh sebagian santri di waktu seperti ini kini hampa terasa. Sebelum melakukan salat tahajud, Khalik berniat mengambil sajadah yang terlipat rapi dalam lemari di balik mimbar.

FANA [TERBIT]✔️Where stories live. Discover now