Bagian 4: Pohon Jomlo

1K 173 153
                                    

Islamic Boarding School (IBS) Series
Judul: FANA (Ketika Dunia Menjadi Tipu Daya)
Penulis: Wahyudi Pratama yudiiipratama
Genre: Spiritual

PERHATIAN!!!Sebelumnya jangan lupa follow dan tag @shohibul_qolbi dan @yudiiipratama di instagram jika kalian share apa pun tentang cerita ini🙏🏻❤️•••[Cerita ini dilindungi undang-undang akhirat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PERHATIAN!!!
Sebelumnya jangan lupa follow dan tag @shohibul_qolbi dan @yudiiipratama di instagram jika kalian share apa pun tentang cerita ini🙏🏻❤️



[Cerita ini dilindungi undang-undang akhirat. Jika melakukan plagiat, akan dicatat oleh malaikat]

"Di antara yang mendapatkan naungan khusus di padang mahsyar kelak adalah mereka yang saling mencinta karena Allah, bertemu karena Allah, dan juga berpisah karena Allah."
🍃🍃🍃

Jam istirahat sedang berlangsung siang itu. Setelah mengerjakan salat zuhur, para santri kembali tadarus di Masjid Jami dalam bimbingan Gus Bahtiar. Khalik terlihat gelisah di tengah keramaian dikarenakan dirinya baru saja tertangkap basah mengintip santri putri di perpustakaan oleh Ustadz Emil sebelum salat tadi.

Dalam beberapa minggu ini, Khalik sudah mendapatkan banyak teguran dari ustadz-ustadz Darul Akhyar, bahkan ia dijewer oleh Ustadz Ahsan karena tingkahnya sendiri yang nggak masuk kelas karena kedapatan mengintip santri putri. Dan hari ini, ia sudah benar-benar kapok. Ia tidak ingin dijewer untuk kedua kalinya dari Ustadz Emil.

Kurang lebih tiga puluh menit tadarusan selesai, dengan lincah Khalik langsung berdiri dan bergegas menuju tempat paling aman. Bayu dan yang lain terheran dibuatnya. "Kenapa lagi tuh bocah ngapak?" tanya Bara yang berdiri di sebelah Bayu.

Bayu tak menjawab, Syahrul menggeleng tak tahu. Arif dan Imam pura-pura tak peduli. Sementara Khalik terus saja berlari menuju asrama. Siang itu memang cuaca begitu panas—kemungkinan hujan tak akan turun hingga beberapa hari kedepan—dan seragam Khalik telihat basah oleh keringat. Bukan karena cuaca, tetapi keringat bercucuran karena dirinya yang tergesa-gesa untuk bersembunyi dari Gus Emil—sapaan santri.

Terdengar suara Khalik terengah-engah saat ia melempar dirinya ke atas ranjang. Ia tak berhenti membayangkan jika seandainya hari ini telinganya harus dijewer lagi, atau dihukum karena ulah yang selama ini menjadi kebiasaannya; setiap jam istirahat kerap kali Khalik mengintip satu santri putri yang berhasil menarik sorotan matanya di perpustakaan.

Setahu Khalik, nama santri putri itu adalah Rania, perempuan teduh pemilik mata sayu nan sendu berkebangsaan Saudi Arabia; ia adalah anak pindahan pertengahan semester genap di kelas sebelas lalu, dan Khalik baru menyadari kehadiran Rania saat semester awal di kelas dua belas saat ini.

Kecantikan Rania memang melebihi para santri putri yang bergabung dalam Geng Micin, dan Khalik akui itu. Rania tak ada tandingannya. Wajar saja, apa ada yang bisa menandingi kecantikan wanita arab selain bidadari syurga? Pria mana pun pasti akan terfitnah olehnya. Apalagi Khalik yang sudah dicap di pelbagai kalangan santri dengan sebutan the king of bucin.

FANA [TERBIT]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang