Bagian 7: Kepulangan Gus Nuril

800 163 91
                                    

Islamic Boarding School (IBS) Series
Judul: FANA (Ketika Dunia Menjadi Tipu Daya)
Penulis: Wahyudi Pratama yudiiipratama
Genre: Spiritual

PERHATIAN!!!Sebelumnya jangan lupa follow dan tag @shohibul_qolbi dan @yudiiipratama di instagram jika kalian share apa pun tentang cerita ini🙏🏻❤️•••[Cerita ini dilindungi undang-undang akhirat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PERHATIAN!!!
Sebelumnya jangan lupa follow dan tag @shohibul_qolbi dan @yudiiipratama di instagram jika kalian share apa pun tentang cerita ini🙏🏻❤️



[Cerita ini dilindungi undang-undang akhirat. Jika melakukan plagiat, akan dicatat oleh malaikat]
"Sejauh manapun kaki melangkah, Darul Akhyar akan selalu menjadi rumah bagi para santri yang tak hanya mengejar dunia tetapi juga akhirat-Nya."
🍃🍃🍃

Hampir sebulan lebih kondisi new normal berlangsung dan Darul Akhyar telah mengeluarkan surat edaran untuk ditempel pada setiap mading dan dinding-dinding kelas yang garis besarnya adalah proses belajar mengajar di pesantren Darul Akhyar akan tetap dijalankan sebagaimana mestinya dengan mematuhi protokol kesehatan dan ikut andil dalam menjalankan social distancing.

Perihal jaga jarak, Shohibul Qolbi tidak akan mungkin mengindahkan hal tersebut. Barang sehari saja tidak terlihat bersama di pelbagai situasi, pasti ada yang kurang.

Seperti di kelas saat ini. Sambil menunggu kehadiran ustadz, mereka tertawa keras mendengar cerita konyol dari Imam. Entah bagaimana bisa kata-kata jenaka yang terlontar dari mulut Imam meski wajah datar membuat semua perut tergelitik.

"Tahu ndak, santriwati kalau lihat santri putra melintas di depannya suara hatinya seperti apa?" tanya Imam dengan suara kecil seperti berbisik.

Semua menggeleng tidak tahu.

Khalik yang tak pernah ketinggalan jika membahas perihal akhwat, kupingnya semakin mendekat ke Imam. Ia terlihat begitu antusias mendengarkan. Sedikit lagi Arif akan menjewer telinga Khalik itu.

"Assalamualaikum calon imamku," terka Imam.

"Maasya Allah," sahut Khalik dengan suara yang paling keras menutupi suara lainnya.

Dengan lantang Khalik berdiri mengarahkan badan menghadap ke jendela yang menampilkan para santriwati di seberang sana. "Waalaikumsalam, calon makmumku, ya ukhti fillah," ucap Khalik seraya tangan kanannya menadah tinggi-tinggi.

Semua mata tertuju pada Khalik. Begitupun mata seseorang yang baru saja memunculkan diri di depan pintu kelas.

"Assalamualaikum akhi," salam seseorang di depan pintu.

Mata kemudian berpindah arah sumber suara, dan Khalik menoleh kan kepala ke pintu sembari spontan menjawab, "Waalaikumsalam ukhti." Wajah polosnya yang tersenyum lebar berubah datar.

Sontak seisi kelas menertawai Khalik yang setengah sadar menjawab salam dari seorang ustadz yang masih asing dilihatnya. Khalik kembali duduk, wajahnya memerah oleh karena tak kuasa menahan malu.

Ustadz hanya menggeleng-geleng tersenyum sambil berjalan masuk ke kelas. Semua mata memandang asing wajah baru itu. Seharusnya yang masuk adalah Gus Bahtiar yang mengajarkan Kitab Fiqih.

Beberapa saat kemudian, Ustadz memperkenalkan diri di depan para santri. Namanya Gus Nuril; salah satu alumni Darul Akhyar yang baru saja kembali dari Istanbul. Katanya di sini ia tidak akan berlama-lama, untuk masa libur dua bulan saja dan dalam masa dua bulan itu, ia sekaligus akan melakukan penelitian di pesantren sendiri untuk tugas akhir setelah itu kembali ke kota idaman para penuntut ilmu agama setelah Madinah dan Mesir. Gus Nuril masih sangat muda, tampan, dan para santri di kelas langsung terpukau dengan background Gus Nuril yang disampaikannya sendiri; bahwa beliau dulu semasa mondok sudah menjadi panutan sebagai santri yang berprestasi dan pada akhirnya gelar tersebutlah yang membawanya melanjutkan studi di Istanbul dengan beasiswa fully funded.

Salah satunya Syahrul yang langsung mengagumi sosok Gus Nuril dari ceritanya yang inspiratif. Apalagi Syahrul dengan segala ambisiusnya itu tak henti-hentinya berdecak kagum di hadapan Gus Nuril.

"Ingat tidak ada mimpi yang sia-sia, jika kita percaya bahwa kekuatan doa bisa mengabulkan segalanya. Insya Allah, semua akan terwujud atas seizin Allah," khotbah Gus Nuril kepada para santri.

"Afwan Ustadz," tegur Syahrul mengangkat tangannya.

"Afwan, akhi," sahut Gus Nuril langsung. "Panggil saja ana Gus Nuril atau Kak Nuril. Jangan panggil ustadz," lanjutnya tersenyum teduh.

Syahrul mengangguk paham. "Afwan, Ustadz. Eh ... afwan, Gus Nuril. He he," kekehnya. "Ana cuman mau tanya, dalam rangka apa Gus kembali ke tanah air? Maksud ana, apa yang membuat Gus memilih Darul Akhyar sebagai tempat penelitian akhir? Padahal masih banyak tempat yang lebih baik."

Lagi-lagi Gus Nuril tersenyum. "Tidak ada yang terbaik selain Darul Akhyar. Rasa cinta ana pada pesantren ini begitu besar. Antum semua harus pegang prinsip ini; sejauh manapun kaki melangkah, Darul Akhyar akan selalu menjadi rumah bagi para santri yang tak hanya mengejar dunia tetapi juga akhirat-Nya."

Perkataan dari Gus Nuril sederhana, tetapi berhasil menusuk para santri kelas dua belas IPS B yang sebentar lagi akan menempuh ujian akhir tertegun. Khususnya para Shohibul Qolbi, tatapan mereka satu per satu kosong dan pikirannya sudah mengarah jauh entah berentah. Semua campur aduk.

Kepulangan Gus Nuril ke Darul Akhyar membuat mereka terus menerus berpikir bahwa suatu hari mereka juga akan berada di posisi tersebut; meninggalkan jauh Darul Akhyar, entah untuk cita-cita, melanjutkan dakwah, atau memilih untuk menikah. Ya paling tidak yang memikirkan tentang nikah saat ini kemungkinan besar hanyalah Khalik.

Pikiran mereka semua serentak tertuju pada satu pertanyaan yang tengah diajukan oleh Gus Nuril. "Apa yang sudah antum berikan pada Darul Akhyar yang telah mengajarkan tentang banyak hal?"

Beberapa kepala menunduk, selebihnya termenung; merenungi bahwa sebentar lagi giliran mereka yang akan meninggalkan Darul Akhyar tercinta.

🍃🍃🍃
To be continued ....

Afwan semalam ketiduran, baru bisa published bab ini. Ana sudah terlanjur janji, jadi notif jebol ke hari jum'at. Afwan.

Dah, ah. Komen aja pendapat kalian perihal bab ini.
Dan jangan lupa, Al-kahfih time🤧🤲🏻🙏🏻💙

FANA [TERBIT]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang