Bab 1: Dia Arkan, teman yang selalu ada

3.9K 256 83
                                    

SMA Harapan Bintang, sebuah institusi pendidikan yang berdiri megah di tengah kota, dikenal sebagai pusat keunggulan dalam bidang olahraga dan akademik

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

SMA Harapan Bintang, sebuah institusi pendidikan yang berdiri megah di tengah kota, dikenal sebagai pusat keunggulan dalam bidang olahraga dan akademik. Dinding-dinding putihnya yang berkilauan di bawah sinar matahari mencerminkan semangat dan dedikasi siswa-siswanya. Di sekolah ini, setiap siswa diberi kesempatan untuk bersinar, mengejar mimpi mereka, dan menjadi yang terbaik.

Lapangan basket di tengah-tengah sekolah ini selalu ramai, menjadi tempat tim basket 'Eagles' berlatih dan bermain, menunjukkan keahlian dan kerja keras mereka. Setiap dribble, setiap tembakan, setiap tetesan keringat, semuanya menjadi bagian dari cerita SMA Harapan Bintang.

Reynal mendapatkan beasiswa boarding school di SMA Harapan Bintang berkat dedikasi dan kerja kerasnya dalam studi dan minatnya dengan olahraga. Meski dulu hanya pemain basket desa yang mewakili SMP-nya, Reynal menunjukkan pengetahuan luas tentang permainan dan semangat yang tak kenal lelah untuk belajar dan membantu tim.

Saat ada event lomba di kota ini, Reynal tanpa sadar menjadi pusat perhatian komite beasiswa SMA Harapan Bintang. Mereka melihat bahwa Reynal bukan hanya siswa yang cerdas, tetapi juga pemain yang berharga untuk tim basket sekolah. Maka dari itu, mereka memutuskan untuk memberinya beasiswa penuh, memberinya kesempatan untuk melanjutkan pendidikannya di SMA Harapan Bintang dan berkontribusi untuk tim basket sekolah ini.

"WOY!"

Reynal menoleh, kenal betul dengan suara khas itu. Arkan, tetangga kamarnya di asrama, terlihat berlari-lari kecil mendekatinya. Reynal menghentikan langkahnya, menunggu.

"Kalo mau berangkat tuh bilang, Rey! Atau kalo lo males nyamper gue, sempetin buka handphone, kabarin 'gue mau otewe,' Gitu," kata Arkan setelah sampai.

Reynal hanya menghela napasnya lalu melanjutkan langkahnya. "Tadi gue kira, lo udah berangkat. Lagian sekolah cuma beberapa langkah, Ar. Emang harus ya, bareng terus?"

Arkan menelan salivanya, mensejajarkan langkahnya dengan Reynal. "Ya enggak sih, gue tuh gak mau aja sendirian jalan di lobi yang gede ini. Kesepian gitu rasanya."

Reynal hanya menggelengkan kepalanya. Berbicara dengan Arkan terkadang mengundang rasa kesepian yang tak perlu bagi Reynal.

"Rey, hari ini Pak Haris datang gak ya, pas latihan?"

Arkan bertanya setelah mereka duduk di bangku kelasnya--11 MIPA 3. Sambil menunggu Reynal menjawab, ia menghidupkan ponselnya, mencari info yang mungkin menjawab pertanyaannya.

"Kayaknya datang. Lo tau 'kan, lomba KU-16 sebentar lagi? Parah sih, kalo Pak Haris masih sibuk. Gue agak was-was kalo dilatih sama anaknya. Dia ambis banget ... sampai gak ngasih istirahat ke tim."

Reynal; Dribble of Destiny √ [Terbit]Where stories live. Discover now