Bab 2: Menunggu hari itu tiba

2.7K 222 42
                                    

Suasana pagi di asrama terasa segar dan cerah. Cahaya matahari perlahan menyinari koridor yang sepi. Reynal bangun dari tempat tidurnya dan melangkah ke jendela, menghirup udara pagi yang segar. Ia merasa semangat menyambut hari baru di SMA Harapan Bintang.

Setelah mandi dan berpakaian, Reynal bersiap-siap untuk berangkat sekolah. Ia mengambil tasnya dan melangkah keluar dari kamar asrama. Baru beberapa langkah, suara Arkan terdengar, Reynal menoleh, melihat Arkan berlari mendekatinya dengan seseorang yang tampaknya baru dikenalnya.

"Reynal! Kemarin gue lupa cerita. Ini, gue mau ngenalin lo sama Bima, dia anak asrama baru. Kemarin malam gue sempat bantuin dia pindah. Kamarnya gak terlalu jauh dari kita lho! Bima dari klub jurnalistik, Rey, bagian fotografer. Dia juga satu kelas sama Raka. 11 Mipa 6!"

Reynal mengangguk-anggukkan kepalanya mendengar penjelasan panjang dari Arkan. Ia menyambut tangan yang Bima ulurkan dengan senang hati.

"Reynal. Kebetulan gue juga suka fotografi," ucap Reynal dengan senyum tipisnya.

"Gue Bima. Wih! Seneng banget denger lo juga suka fotografi. Btw, lo sama Arkan gabung Eagles 'kan ya? Keren banget! Gue jadi gak sabar pengen jepret foto kalian pas pertandingan nanti."

"Tujuan gue mau temenan sama lo, ya itu, Bim." Arkan tersenyum, membuat Bima terlihat bingung.

Reynal mengalihkan perhatiannya pada Bima, merangkulnya dan mengajaknya berjalan meninggalkan Arkan. "Jangan didengerin, Bim. Yuk, berangkat! Udah siang ini."

Arkan hanya terkekeh lalu menyusul mereka. Mereka bertiga berjalan bersama menuju sekolah, sambil mengobrol tentang klub jurnalistik, dan minat mereka yang lain. Reynal terlihat excited mempunyai teman baru seperti Bima. Raut wajah Reynal berbeda dari kemarin, hari ini dia berseri-seri dan ekspresinya gembira, membuat Arkan yang melihatnya turut bahagia dan merasa lega.

🏀🏀🏀

Saat bel istirahat berbunyi, Reynal keluar dari toilet dan tak sengaja berpapasan dengan Raka, sang kapten basket. Raka pun mengajak Reynal untuk duduk dan mengobrol sebentar tentang pertandingan nanti.

Dan di sini lah mereka, duduk di bangku yang ada di samping lapangan basket, saling memberikan ide dan masukan satu sama lain. Diskusi mereka terasa sangat intens dan produktif, hingga Raka sampai bercerita tentang lawan pertamanya yang sulit.

"Terus, gimana strategi kita buat lawan mereka nanti?" tanya Reynal, mengalihkan pembicaraan mereka ke topik yang lebih serius.

"Gue kemarin sempat liat juga permainan mereka di sosmed-sosmed. Menurut gue, kita harus fokus ke pertahanan dan serangan balik. Kita bisa manfaatin kelemahan tim lawan yang cenderung agresif dan kurang disiplin."

Reynal menghela napasnya. "Lawannya beneran kasar, Ka?"

"Bukan lagi! Senior kita, 'kan, juga banyak yang bilang gitu. Yang bikin greget, gue tau setiap mereka main, wasit sadar mereka lakuin pelanggaran. Tapi kenapa wasit gak pernah mutusin foul?!" Raka menghembuskan napasnya, membayangkan tim lawan pertamanya membuat Raka kesal.

Reynal hanya diam mendengar penjelasan dari Raka. Ia merasa semakin yakin bahwa mereka harus mempersiapkan diri dengan sangat baik untuk menghadapi tim lawan yang kasar dan kurang disiplin itu.

"Lagi bahas pertandingan, ya?" Tiba-tiba saja Arkan datang, ia langsung ikut duduk di bangku bersama mereka.

Raka menoleh. "Yoi, Ar! Lagi mikirin tim sebelah yang suka main kasar."

Reynal; Dribble of Destiny √ [Terbit]Where stories live. Discover now