Bab 13: Jangan minder, Rey

1.7K 157 52
                                    

Suasana siang hari di jam istirahat SMA terfavorite di kota terlihat sangat ramai oleh siswa yang mengorbankan makan siangnya demi melihat anak-anak basket yang sedang berlatih di gedung basket indoor mereka. Semua pasang mata di bangku penonton sana terlihat memperhatikan setiap pergerakan tim basket sekolah mereka yang beberapa hari lagi akan bertanding itu, nyanyian dan suara drum bass dari para ultras menggema, ditambah teriakan dari para gadis-gadis ketika bola itu terus masuk atau meleset tak jadi masuk ke dalam ring, membuat atmosfer di gedung indoor SMA Harapan Bintang ini makin terasa saja.

Jantung yang berpacu dengan cepat tidak melunturkan semangat orang-orang yang ada di dalam lapangan itu. Mereka terus fokus, mengatur strategi, berlari, menembak, dan juga memperkuat pertahanannya ketika sedang berada di posisi defence.

Sepasang mata hitam legam yang sejak tadi duduk di bangku cadangan tak lepas memandang teman-temannya yang semakin hari semakin siap untuk bertanding, dalam lubuk hatinya, sangat menggebu-gebu ingin ikut bermain juga bersama mereka. Namun apa daya, pelatih yang berstatus sebagai Om-nya itu belum mengizinkannya untuk menari-nari indah menunjukkan skill-nya lagi di dalam lapangan itu.

Sejenak, memori hari-hari kemarin teringat di otaknya. Di mana tak sedikit yang mencibirnya karena jatuh sakit ketika pertandingan sudah ada di depan mata, hatinya merasa tak terima karena dirinya sendiri tidak pernah memperlakukan seseorang seperti itu. Andai mereka tahu yang sebenarnya, Reynal juga tidak mau ada di posisi ini.

Sorakan dan dentuman drum bass dari ultras yang semakin menggebu menutup latihan terakhir ini sebelum mereka bertanding mewakili sekolah yang katanya tidak pernah runner-up. Reynal berdiri ketika teman-temannya saling bersalaman satu sama lain sambil berjalan menepi ke sisi lapangan, Reynal mengambil satu botol air mineral yang tidak jauh darinya, lalu melemparkan botol itu pada karibnya--Arkan.

Hap! Tertangkap. Arkan tersenyum, tangan kekarnya membuka tutup botol itu lalu melangkah duduk di bangku dekat Reynal untuk meneguk air itu. Reynal sendiri masih asik ikut bersalaman dengan teman-temannya yang lain walaupun anak itu tidak bermain, dan... Walaupun tampak sedikit diabaikan oleh mereka.

Arkan membuang botol minumannya ke kardus yang kini sudah dijadikan tempat sampah, napasnya yang masih belum stabil tak ia hiraukan, tungkai jenjang itu kembali dilangkahkan, menghampiri semua teman-temannya yang sudah mulai berkumpul di lapangan, duduk dengan kakinya yang diselonjorkan. Mata cokelat itu tampak mencari orang yang memberinya air, lalu menghampirinya agar duduk di sebelahnya.

Arkan menepuk bahu Reynal yang berbalut jersey itu ketika sudah sampai, merasa kasihan juga karena sudah memakai seragam, namun temannya itu kembali tidak dimainkan.

"Sabar ya. Mungkin besok pas tanding, Pak Haris ngizinin lo buat main," kata Arkan.

Reynal hanya tersenyum. "Iya, Ar. Lo semangat ya. Gue tadi liat permainan lo udah cocok juga, sama Sergio."

Arkan menghembuskan napasnya mendengar itu. "Gue-nya aja yang pinter nyesuain. Enakan passing ke lo, pasti ketangkap terus tuh bola. Sergio mah, ada melesetnya."

Reynal hanya menggelengkan kepalanya, suara pembukaan evaluasi dari pelatihnya itu sudah terdengar. Reynal mendongak memandang Om-nya yang semakin terlihat saja gurat lelahnya, namun, pria paruh baya itu masih tampak terlihat tampan, persis seperti mendiang ayahnya.

"Anak-anak, coba sekarang buka grup," kata Haris.

Beberapa anak didiknya yang sudah membawa tas ke lapangan membuka ponselnya, mengajak mereka yang belum membawa tas untuk melihat apa yang dikirimkan oleh pelatihnya itu.

Beberapa anak didiknya yang sudah membawa tas ke lapangan membuka ponselnya, mengajak mereka yang belum membawa tas untuk melihat apa yang dikirimkan oleh pelatihnya itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Reynal; Dribble of Destiny √ [Terbit]Where stories live. Discover now