Bab 8: Hari ini penuh kejutan

1.8K 160 57
                                    

Di pagi hari yang cerah ini, keluarga Haris sudah menyelesaikan acara sarapan paginya. Kini mereka sedang bersiap-siap untuk menjalani aktivitasnya masing-masing. Seperti Reynal, Raka dan Haris, yang kini sedang berada di ruangan tengah, memastikan lagi barang-barang yang dibawanya, sambil menunggu mobil yang sedang dipanaskan.

"Rey, kamu masih inget Om mau ngasih hadiah?" Haris bertanya ketika keheningan di ruangan itu tercipta.

Sejenak, Reynal tampak keheranan. Setelah Reynal berusaha mengingatnya, ia menoleh pada Om-nya itu. "Iya, Om. Inget."

"Mau motor? Apa mobil kayak Raka?" Haris mendekat, duduk di sofa sebelah Reynal.

Reynal keheranan lagi, ia membuka mulutnya karena terkejut juga. "Om, apa nggak kemahalan?"

Haris tertawa kecil. "Nggak kok, Rey. Om Haris 'kan selama ini belum pernah ngasih apa-apa ke kamu."

Reynal mengulum bibirnya, walaupun Haris menawarkan seperti ini, Reynal tetap tidak merasa enak. "Ketemu sama Om aja, itu udah hadiah besar bagi Reynal kok, Om."

Haris tersenyum, tangannya terangkat untuk mengelus rambut Reynal yang sudah rapih, dan wangi. Hatinya terasa hangat saat mendengar Reynal berkata seperti itu.

"Gak papa, Rey. Sekarang kan libur latihan, Om sama Tante anter kamu beli kendaraan sepulang sekolah, ya." Tiba-tiba Safira datang dari arah kamarnya. Wanita paruh baya itu seperti biasanya--tampak cantik dengan gamis panjangnya, lengkap dengan kerudung pashminanya yang kini berwarna cokelat.

Reynal berpikir sejenak, ia baru ingat hari ini akan bermain ke asrama. "Hari ini, Reynal ada janji mau main ke asrama. Om, Tante," kata Reynal memandang mereka bergantian.

Safira mendekat. "Ya udah, nanti aja pulang kamu main. Nggak sampe malam kan, Rey?"

Reynal mengangguk. "Iya, Tante."

"Raka mau ikut?" tanya Haris. Anaknya itu sedang duduk di atas karpet dekat sofa, tampak asik memainkan ponselnya.

Raka menoleh, ia tersenyum tipis melihat Ayah dan Bunda nya duduk berdekatan dengan Reynal di sofa. "Gimana nanti, Yah. Aku belum ngerjain tugas buat besok," jawab Raka. Matanya kembali fokus ke ponselnya.

"Kebiasaan kamu. Jangan suka nunda-nunda ah, Raka," kata Safira.

Raka tersenyum pada Bundanya itu. "Iya, Bunda."

🏀🏀🏀

Bel istirahat berbunyi dengan nyaring di setiap sudut ruangan SMA Harapan Bintang. Siswa-siswi mulai keluar dari kelas mereka, menuju berbagai tempat di sekolah. Ada yang bergegas ke kantin untuk membeli makanan, ada yang menuju perpustakaan untuk membaca buku, dan ada yang berlari ke lapangan untuk bermain.

Namun, di kelas 11 Mipa 6, hampir setengah dari siswa masih sibuk mengerjakan tugas yang akan dikumpulkan setelah istirahat. Mereka tampak begitu fokus pada tugas mereka, seolah-olah dunia di luar kelas tidak ada artinya. Kompak sekali bukan?

"Ka, lihat tugas lo dong. Sumpah gue cuma mau nyamain pertanyaannya aja, takutnya gue salah ngerjain. Nanya ke yang lain pada sinis." Sergio--anak basket juga. Cowok itu tampak memohon pada Raka.

"Ka, gue duluan ya." Tiba-tiba Rasya menepuk pundak sahabatnya itu, berjalan lebih dulu keluar kelas.

Raka tampak tersenyum walaupun Rasya sudah jauh. "Iya, Sya."

"Ka?" Sergio bertanya lagi karena fokus Raka terbagi.

"Iya, Gio. Lo tuh kenapa gak di lapangan, gak di kelas, kurang fokus terus?" Raka menggerutu. Namun tangannya sedang membuka tasnya, mengambil buku tugas yang akan dikumpulkan setelah istirahat ini.

Reynal; Dribble of Destiny √ [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang